Liputan Khusus Tribun Sumsel
LIPSUS: 10 Bulan Hasil Tanam Zonk, Warga Transmigran Berjuang Keras, Lahan Ditempati tak Produktif-1
Selama 10 bulan ditempatkan di PALI, warga transmigrasi mengaku kesulitan mengolah lahan pertanian yang belum produktif.
Jadup itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan lainnya, terutama bagi 9 Kepala Keluarga (KK) warga transmigrasi yang berasal dari Pulau Jawa harus memutar otak mencari pekerjaan secara serabutan di luar lokasi.
"Kami datang ke sini pada bulan Desember 2022 lalu, berarti sudah sekitar 10 bulanan di sini, kalau untuk bantuan Jadup kami diberikan selama 18 bulan, berarti tinggal 8 bulan lagi. Kalau untuk pupuk kami baru dapat bantuan pupuk sekali dari dinas pertanian, itu pun hanya sekitar 15 kilogram per KK, tentunya tidak mencukupi untuk kebutuhan lahan perkarangan ini," ungkap Sugianto.
Pada musim kemarau ini juga, membuat Sugianto dan warga lainnya khawatir akan kembali gagal panen.
Selain itu, pada musim kemarau warga juga mengalami kesulitan air bersih, untuk kebutuhan masak dan mencuci warga menggunakan Air sungai dari saluran yang ada di depan rumah mereka yang saat ini kondisinya sudah dangkal dan kotor.
"Kalau sumur galian yang dibuat pakai alat berat kemarin sudah kering, ini saya buat lagi kolam di didepan rumah, namun airnya tidak jernih. Rata-rata warga di sini untuk menjernihkan air menggunakan kavorit atau tawas," tuturnya.
Kegelisahan juga dirasakan Fakih Hadi, warga asal Gunung Kidul Yogyakarta. Ia mengikuti program transmigrasi ke Sumsel atas rekomendasi dari mertuanya.
Fakih datang bersama istri dan satu anaknya dengan harapan untuk memperbaiki nasib, yang mana selama di Yogyakarta ia hanya bekerja serabutan.
"Ikut transmigrasi ini karena di Jawa kan susah dapat kerjanya, cuma kerja serabutan, namun ketika di sini kami belum menghasilkan juga dari lahan yang di olah, karena saat hujan banjir saat kemarau kekeringan. Jadi harus cari kerja serabutan lagi di luar untuk tambahan kebutuhan hidup, kalau untuk Jadup hanya cukup untuk kebutuhan pangan," ujarnya.
Fakih berharap pemerintah dapat cepat tanggap terkait permasalahan ini, sehingga warga dapat mengelola lahan dengan baik dan bisa mandiri.
"Kalau untuk bantuan benih, kemarin ada bantuan benih padi dan sayuran dari dinas pertanian, ini baru mulai menanam lagi, tapi harus rutin disiram karena kondisi nya masih kering saat ini, meski ada hujan dalam dua hari terakhir," ucapnya. (cr42)
Baca berita lainnya langsung dari google news
Liputan Khusus Tribun Sumsel
Liputan Khusus Warga Transmigran
Aku Lokal Aku Bangga
Lokal Bercerita
mata lokal menjangkau indonesia
Pemilik Kafe Kopi di Palembang Tertolong Momen Buka Bersama, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -3 |
![]() |
---|
Harga Kopi Rp 52 Ribu Per Kg Termahal Sepanjang Sejarah, Kini Ramai-ramai Beli Emas -2 |
![]() |
---|
LIPSUS : Bisnis Kafe Kopi Gulung Tikar, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -1 |
![]() |
---|
Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku Bakal Matikan Usaha, GIPI Sumsel Ajukan Gugatan ke MK -2 |
![]() |
---|
LIPSUS: Pengunjung Karaoke Kaget Tarif Naik, Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku -1 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.