Liputan Khusus Tribun Sumsel
LIPSUS : Bisnis Kafe Kopi Gulung Tikar, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -1
Seperti dituturkan oleh Asmara Pemilik Kafe Pisang Tanduk yang beroperasi di Bakung. Menurut Asmara, di saat harga biji kopi di bawah Rp 20 ribu/kg di
Penulis: Leni Juwita | Editor: Slamet Teguh
TRIBUNSUMSEL.COM - Kenaikan harga biji kopi mencapai Rp 52 ribu per kilogram berdampak pada para pengusaha kafe yang menyediakan menu utama kopi di Kota Baturaja, Kabupaten OKU. Satu per satu pebisnis kopi gulung tikar.
Seperti dituturkan oleh Asmara Pemilik Kafe Pisang Tanduk yang beroperasi di Bakung. Menurut Asmara, di saat harga biji kopi di bawah Rp 20 ribu/kg dia membuka bisnis kafe.
Minuman unggulan adalah kopi hitam yang paling banyak dicari. Cukup membayar Rp 5.000/gelas untuk kopi hitam ditemani pisang tanduk goreng yang khusus didatangkan dari Lampung. Saat itu pengunjung kafe lumayan ramai, bisa mencapai 40-sampai 50 pengunjung yang ngopi di kafenya. Bahkan ada beberapa pejabat juga sesekali mampir dan ngopi di kafe Asmara.
Pendapatan dari bisnis kafe ini cukup lumayan bisa menopang kebutuhan rumah tangga dan uang tambahan anak sekolah.
Kemudian harga biji kopi bergerak naik di angka Rp 40 ribu/kg. Saat itu tidak ada pilihan lain selain menaikan tarif kopi menjadi Rp 10 ribu per gelas, kemudian dinaikkan lagi menjadi Rp 13 ribu per gelas.
Seiring naik harga kopi pengunjung juga berangsur berkurang, dari awalnya 40 menjadi 20 dan puncaknya setelah harga biji kopi tembus Rp 50 ribu/kg bisnis kafe milik Asmara benar-benar tidak sanggup lagi dan akhirnya gulung tikar.
Nasib serupa juga dialami sejumlah pemilik kafe di kawasan Bakung. Pantauan di lapangan sebelumnya daerah ini menjadi surganya penikmat kopi, mulai dari kedai kopi kecil-kecilan sampai ke kafe terkenal yang dikelola oleh pemodal kuat yang buka di Bakung, setiap malam ramai dikunjungi pembeli.
Belakangan nampaknya sudah banyak pemilik kafe yang gulung tikar.
Tadinya kawasan Bakung menjadi tujuan tempat nongkrongnya anak muda hingga orang dewasa, Bakung di kala itu suasananya mirip kota besar, terlihat dari ramainya kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua yang di parkir di depan kafe di kawasan memadati bahu jalan.
Suasana Bakung di malam hari benar-benar hidup. Seperti layaknya kota besar, bahkan menjadi pusat jajajan paling ramai nomor dua setelah taman Kota Baturaja.
Namun belakangan ini semenjak harga kopi meroket Bakung di malam hari tidak lagi seramai dulu. Hanya ada beberapa kafe lagi yang masih bertahan, itupun pengunjungnya hanya beberapa orang saja yang memang ada jamuan bisnis atau mendiskusikan pekerjaan dan hal-hal penting lainnya.
Mencari Titik Temu
Dengan harga dasar biji kopi asalan sudah 47 ribu/kg di tingkat petani dan harga grean bean petik merah 70 ribu/kg, produsen kopi bubuk berharap ada titik temu antara petani, pedagang, dan konsumen.
Harapan ini disampaikan sejumlah produsen kopi bubuk dan penggiat kopi di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Sidiq Hanapi SP MSc, produsen Kopi Ulu (kopi bubuk dan Roastbean), mengatakan, pihaknya dengan terpaksa harus menaikkan harga jual bubuk kopi dari Rp 100 ribu/kg menjadi Rp 130 ribu/kg.
Ini semua mempertimbangkan Harga Pokok Produksi/HPP dalam mengolah kopi dan melihat daya beli pelanggan walau sebagian pelanggan keberatan sehingga berdampak menurunnya penjualan.
Liputan Khusus Tribun Sumsel
kopi
Kafe
Aku Lokal Aku Bangga
Lokal Bercerita
mata lokal menjangkau indonesia
Pemilik Kafe Kopi di Palembang Tertolong Momen Buka Bersama, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -3 |
![]() |
---|
Harga Kopi Rp 52 Ribu Per Kg Termahal Sepanjang Sejarah, Kini Ramai-ramai Beli Emas -2 |
![]() |
---|
Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku Bakal Matikan Usaha, GIPI Sumsel Ajukan Gugatan ke MK -2 |
![]() |
---|
LIPSUS: Pengunjung Karaoke Kaget Tarif Naik, Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku -1 |
![]() |
---|
Rencana Eksodus Karyawan SMBR, Butuh Tempat Tinggal, Ketua DPD Arebi: Ngontrak Dulu Saja -3 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.