Liputan Khusus Tribun Sumsel
LIPSUS: Gemetar Lihat Polisi di Jalan, Pengendara Tak Setuju Tilang Manual Diberlakukan Lagi 1
Tak adanya penindakan tilang secara manual membuat masyarakat banyak yang melakukan manipulasi pelat nomor.
Tri Septiadi (26) warga Sako mengatakan wacana tersebut sah-sah saja dilakukan karena sejumlah pengendara sepeda motor justru malah memanfaatkan peniadaan tilang manual tersebut.
"Tidak ada salahnya kalau polisi berencana mau tilang manual lagi karena bagusnya begitu. Lebih bagus kalau ETLE juga jalan jadi masyarakat takut melanggar lalu lintas, " katanya kepada Tribunsumsel.
Selain menutup nopol, para pelanggar biasanya melepas nopol kendaraan untuk menghindari ETLE.
Ia mendukung polisi jika penilangan manual kembali diberlakukan.
"Banyak cara masyarakat yang 'mengakali' ETLE semenjak penindakan tilang diberlakukan sepenuhnya. Mentang-mentang tidak ada polisi yang tilang malah seenaknya lawan arus, tak pakai helm, terobos lampu merah, " ungkapnya.
Sama halnya yang diungkapkan oleh Hellen (25) warga Demang Lebar Daun, menurutnya rencana tilang manual muncul karena tak munculnya kesadaran masyarakat untuk tertib berlalu lintas.
"Bagusnya memang begitu, polisi tetap tilang ETLE juga tetap. Jadi kesadaran masyarakat bisa dipastikan meningkat karena kan dari polisi juga mengawasi, " katanya.
Jika memantau pelanggaran dari ETLE saja, tambah dia justru ada beberapa pelanggaran yang tidak terlihat oleh kamera ETLE justru bisa dilihat oleh anggota Polantas.
"Yang seperti orang ngebut, pakai knalpot brong, atau yang lagi mabuk, kan tidak kelihatan. Makanya ya saya sih boleh-boleh saja kalau tilang manual lagi, tidak masalah, " katanya.
Doni (53) warga yang sehari-hari melintas di Jalan Jenderal A Yani mengatakan salah satu pelanggar yang paling banyak adalah kalangan pengguna sepeda motor dan pelajar.
"Waduh kalau pelanggar di sini tidak jarang keliatan mas, hampir setiap jam ada saja. Padahal di depan mereka ada kamera ETLE, ada yang lawan arus, tidak pakai helm, ada yang ngebut di jalan saya saja sampai was-was Macem-macem, " katanya.
Menanggapi wacana tilang manual, menurutnya itu sudah diperlukan sebab pelanggar yang seolah-olah tak memiliki kesadaran.
"Bagus sih, apalagi kalau polisi mulai berjaga lagi di pos atau di Jalanan kota Palembang. Masyarakat yang kebiasaan melanggar jadi takut, " sambungnya. (cr14/joy/mad/cr19)
Baca berita lainnya langsung dari google news
Lipsus Tribun Sumsel
Lipsus Tribun Sumsel Tilang Manual Diberlakukan La
Tilang Elektronik Palembang
polda sumsel
Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE)
Aku Lokal Aku Bangga
Menatap 2023
Tribunsumsel.com
Lokal Bercerita
Pemilik Kafe Kopi di Palembang Tertolong Momen Buka Bersama, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -3 |
![]() |
---|
Harga Kopi Rp 52 Ribu Per Kg Termahal Sepanjang Sejarah, Kini Ramai-ramai Beli Emas -2 |
![]() |
---|
LIPSUS : Bisnis Kafe Kopi Gulung Tikar, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -1 |
![]() |
---|
Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku Bakal Matikan Usaha, GIPI Sumsel Ajukan Gugatan ke MK -2 |
![]() |
---|
LIPSUS: Pengunjung Karaoke Kaget Tarif Naik, Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku -1 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.