Berita Palembang
Kisah Ali Pengrajin Songket Palembang, Sukses Raup Omzet Ratusan Juta, Sempat Dipandang Sebelah Mata
Kerajinan tenun mengandung alkuturasi budaya yang mempunyai makna dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darusalam.
Penulis: Thalia Amanda Putri | Editor: Slamet Teguh
Terlebih lagi, Ali menilai songket adalah kain yang istimewa dan merupakan kebudayaan yang harus dijaga.
"Feeling saya menjanjikan, ini kebudayaan jadi saya tekuni. 3-4 tahun kemudian saya dipercaya, jadi dari tahun 74 saya menenun kain songket yang sudah berumur ratusan tahun," kata Ali bercerita.
Baca juga: Pasar Kito Komplek Ilir Barat Permai : Surga Belanja Kain Khas Palembang Songket dan Jumputan
Baca juga: Produsen Kain Songket di Ogan Ilir Bersyukur Promosi Produk Jangkau Pasar Lebih Luas
Dalam perjalanannya, Ali mampu merekondisi songket lawas yang berusia ratusan tahun.
"Songket lama yang direkondisi motif kita upahkan ke ahli? istilahnya nyukit, kita buat itu dari tahun 76 ukuran kecil, tahun 80 agak sedang, jadi tahun 90 saya buat yang lebar istilahnya selendang Dodot.
Itu motifnya klassik, yang kuno kami lestarikan, kalau motif kuno ada lepus, bunga, ada motif berantu, itu berkandang, ada motif letes dan ada limar," ucap Ali.
Ali mengatakan jika semakin sulit pengerjaan menenun kain songket, ia merasa tertantang dan bahagia.
"Dia itu semakin motif klassik semakin banyak rakam, warna warni, semakin membutuhkan waktu panjang.Itu istimewa dan tidak semua bisa tapi apapun saya bisa asal songket, makin susah motifnya makin saya senang, itu tantangan," lanjut Ali.
Menurut pengakuan Ali, harga songket dan jasa pembuatannya terbilang fantastis.
"Apapun yang klien mau, motif, corak kalau kita sanggup kita buat. Kalau untuk jasa songket kuno itu satu pasang 20 juta, tapi kalau untuk dijual itu sudah 100 juta lebih. Kalau saya jasa, misal ada songket kuno dan dia mau rekondisi nanti kita negosiasi. Kalau yang dijual itu harganya 100 juta lebih, soalnya bahan baku untuk satu lembar minimal 35 -50 juta. Songket kuno satu lembarnya 40 juta," beber Ali.
Perjalanan Ali juga sempat terhalang pandemi Covid 19 hingga penjualannya sempat menurun.
"Down saat covid, hancur tapi tetap berjalan, yg penting bayar upah dan cukup harian.Saya optimis, saya sangat yakin karena saya mereasa tidak ada saingan," lanjutnya.
Namun dirinya terus berusaha dan kembali mampu menjual banyak songket ke berbagai tempat.
"Saya sangat yakin berlanjut, permintaan dan produksi tidak seimbang, sampai saat ini masih ngantri, udah kasih uang, semua yg saya kerjakan sudah ada pembeli, belum selesai satu sudah ada lagi yg ngantri, tidak pernah putus sampai saat ini," jelas Ali menceritakan kisahnya.
Ali juga memiliki klien dari luar negeri.
"Kalau untuk songket kuno dari tahun 80an, sampai sekarang ada klien datang, ada kolektor juga kalau dia senang pasti kesini.
Menolak Diceraikan, Anak Polisi di Palembang Aniaya Istrinya Hingga Lebam, Lapor ke Polda Sumsel |
![]() |
---|
Parkside’s Hotel Palembang, Berada di Tengah Kota Tawarkan Fasilitas Lengkap dengan Konsep Modern |
![]() |
---|
Tegur Pemotor yang Ngebut dan Nyaris Diserempet, Mahasiswa di Palembang Malah Jadi Korban Penusukan |
![]() |
---|
Ngaku Dibegal Padahal Motornya Dijual, Pria di Palembang Buat Laporan Palsu, Berujung Diciduk Polisi |
![]() |
---|
Pembelian Beras Premium Dibatasi, Retail di Palembang Sebut Pasokan Terbatas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.