Banjir di PALI

Curhat Warga Desa Curup PALI Terbiasa Hadapi Banjir, Memilih Bertahan Di Rumah Menunggu Kebun Surut

Ratusan rumah warga di Desa Curup Kabupaten PALI, Sumsel terendam banjir akibat meluapnya Air Sungai Lematang.

Sripoku/Apriansyah Iskandar
Kondisi banjir yang merendam ratusan rumah warga Desa Curup Kecamatan Tanah Abang Kabupaten PALI, warga beraktivitas menggunakan perahu. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALI -- Ratusan rumah warga di Desa Curup Kabupaten PALI, Sumsel terendam banjir setelah meluapnya Air Sungai Lematang akibat intensitas curhat hujan yang tinggi.

Kendati ketinggian air sudah mencapi satu meter, namun banyak warga Desa Curup yang memilih bertahan di rumah sebab mengaku sudah terbiasa menghadapi banjir tahunan. 

Salah satunya adalah Haerun Warga Desa Curup yang mengatakan, wilayah tempat tinggalnya memang langganan banjir. 

Ia juga mengatakan setiap terjadi banjir, durasi surut nya Air yang merendam rumah warga Desa Curup bisa mencapai 2 mingguan bahkan sampai satu bulan. 

Tergantung pada tingginya intensitas hujan baik diwilayah hulu maupun hilir Sungai Lematang.

"Biasanya selama dua mingguan banjir, bahkan pada tahun 2023 kemarin sampai satu bulanan terendam banjir, ketinggian Air mencapai 1,5 meter, bahkan hampir masuk kedalam rumah saya, "ungkapnya, Selasa (9/1/2023).

Baca juga: Modal Video Call, Resedivis Ngaku Polisi Tipu Dosen di OKU Timur Dari Penjara, Korban Rugi Rp50 Juta

Kendati demikian Haerun masih memilih berdiam diri di rumah.

Menurutnya warga Desa Curup lainnya juga memilih berdiam diri di rumah meski ketinggian air mencapai 1,5 meter, dikarenakan warga sudah terbiasa menghadapi banjir tahunan ini.

Selain merendam rumah warga, Ia juga mengatakan, banjir juga merendam perkebunan warga yang menyebabkan aktivitas pertanian di Desa itu lumpuh. 

Terutama bagi warga yang mempunyai kebun disebrang Sungai Lematang, dikarenakan derasnya arus sungai menyebabkan warga tidak memungkinkan untuk pergi ke kebun.

"Sudah beberapa hari tidak menyadap pohon karet, lebih memilih berdiam di rumah, karena  kebun karet terendam banjir, nunggu Air surut baru bisa pergi ke kebun lagi,"ujarnya.

Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, saat ini Haerun hanya mengandalkan sisa dari hasil penjualan karet minggu lalu.

"Bertahan dulu seadanya saat ini, sambil menunggu Air surut baru bisa ke kebun lagi," ucapnya.

Tentunya dengan kondisi ini sangat menggangu aktivitas sehari-hari para warga untuk berpergian dan menjadi terhambat, warga harus menggunakan perahu untuk beraktivitas.

"Kalau saya menggunakan bekas ban dalam mobil kalau mau keluar rumah, karena tidak memiliki perahu,"tuturnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved