Liputan Khusus Tribun Sumsel

LIPSUS: Tim Dikepung Kobaran Api, Aksi Heroik Satgas Karhutla, Medan Sulit dan Sumber Air Minim -1

Siang atau malam sama saja. Kapan dan dimana pun ada api berkobar, tim Satgas Karhutla mesti siaga. Banting tulang memadamkan api.

Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/WINANDO DAVINCHI
Siang atau malam sama saja. Kapan dan dimana pun ada api berkobar, tim Satgas Karhutla dii Sumsel mesti siaga. Banting tulang memadamkan api. 

TRIBUNSUMSEL.COM, INDRALAYA - Siang atau malam sama saja. Kapan dan dimana pun ada api berkobar, tim Satgas Karhutla mesti siaga. Berhadapan dengan hewan buas dan angin yang terkadang seketika mengubah arah api. Petugas pernah terkepung kobaran api.

Tim Satgas Karhutla berganggotakan TNI, personel Polri, petugas BPBD dan Manggala Agni banting tulang memadamkan api agar tak merambat ke objek vital seperti pemukiman warga dan jalan raya.

Ansori, personel tim satgas dari BPBD Ogan Ilir, menceritakan pengalamannya 'berkelahi' dengan api.

Ansori (25) merupakan seorang honorer BPBD Ogan Ilir yang bertugas di wilayah Indralaya dan sekitarnya. Saat musim kemarau, Ansori dan rekan-rekan lainnya di BPBD siaga 24 jam dalam menanggulangi kebakaran.

"Memang harus siaga 24 jam untuk penanggulangan bencana. Tapi kebakaran lahan ini memang (intensitasnya) tinggi," kata Ansori, Sabtu (9/9/2023).

Liputan khusus Tribun Sumsel, aksi heroik Tim Satgas Karhutla di Sumsel padamkan api.
Liputan khusus Tribun Sumsel, aksi heroik Tim Satgas Karhutla di Sumsel padamkan api. (PDF TRIBUN SUMSEL)

Tribun berbincangan dengan Ansori saat dia beristirahat karena kelelahan bertugas. Di sela wawancara tak jarang Ansori harus kembali bergegas untuk memadamkan api.

"Sering kalau itu (diminta bertugas saat rehat). Namanya tanggung jawab, tidak mungkin kita hanya diam melihat api. Harus cepat," kata pria lajang ini.

Ditanya suka duka di lapangan, menurut Ansori banyak hal yang dialaminya saat berjibaku memadamkan api. Pernah suatu waktu dia memadamkan kebakaran selama hampir 12 jam di wilayah Indralaya Utara.

Saat itu, Tim Satgas Karhutla berupaya memadamkan dan menyekat api agar tidak merambat ke jalan tol. Karena kesulitan mengakses titik api, anggota BPBD Ogan Ilir termasuk Ansori berenang menyusuri sekat kanal.

"Warga bilang kalau di air itu ada biawak, buaya. Tetapi pikiran kami bagaimana caranya api itu padam," tutur Ansori.

Ketika berhasil menjangkau titik api, tantangan lain dihadapi yakni kobaran api yang sewaktu-waktu dapat menyambar karena arah angin tak tentu. Belum lagi asap pekat yang dapat mengganggu pernapasan karena seakan menusuk ke dalam paru-paru.

"Saya suka diledek teman-teman. Mereka bilang, buat apa tidak merokok kalau ternyata sering jadi perokok pasif," ujar Ansori seraya tertawa.

Namun tugas sebagai 'pawang api' tetap disyukuri Ansori karena merasakan kepuasan tersendiri.
Dengan tanggung jawab besar yang dipikul, Ansori sebagai seorang honorer BPBD mendapat gaji sebesar Rp 750 ribu per bulan.

Namun dia tetap bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bekerja dan mengabdi kepada negara. "Alhamdulillah, semuanya itu harus disyukuri agar bisa hidup tenang. Itu saja kuncinya kalau menurut saya," kata dia.

Kalaksa BPBD Kabupaten Muara Enim H Abdurroziq ST MT, mengatakan untuk suka dukanya petugas pemadam Karhutla yakni Satgas Darat di lapangan yakni ketika sulitnya medan yang dilalui dan tidak adanya sumber air untuk memadamkan api.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved