Berita Musi Rawas

Hitung Jumlah Gabah yang Terbuang, 3 Metode Panen Padi Oleh Petani di Musi Rawas Dievaluasi

Hitung Jumlah Gabah yang Terbuang, 3 Metode Panen Padi Oleh Petani di Musi Rawas Dievaluasi

Penulis: Eko Mustiawan | Editor: Slamet Teguh
Sripoku.com/ Eko Mustiawan
PANEN - Petugas dari DTPH-P Musi Rawas dan Dinas Pertanian Provinsi saat melakukan penghitungan metode panen dengan menggunakan mesin combain di Desa E Wonokerto Kecamatan Tugumulyo, Musi Rawas. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MUSI RAWAS - Tiga motede panen padi yang biasa di gunakan oleh petani di wilayah Kabupaten Musi Rawas dilakukan uji coba dan penghitungan. Tujuannya untuk mengetahui jumlah gabah yang terbuang pada saat panen.

Kegiatan yang dipusatkan di Desa E Wonokerto Kecamatan Tugumulyo tersebut, dilakukan oleh Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan (DTPH-P) Musi Rawas dan Dinas Pertanian Provinsi Sumsel. 

Dalam kegiatan tersebut, ada 3 motede panen yang dilakukan penghitungan, yakni panen dengan menggunakan mesin combine, panen menggunakan mesin power Thresher dan panen secara manual atau dengan cara penggilasan.

Kepala Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Tugumulyo, Abdullah mengatakan, hari ini Dinas Pertanian Provinsi melakukan kegiatan losis terhadap motode panen yang biasa digunakan oleh petani di Musi Rawas. 

"Ini namanya kegiatan losis di Desa E Wonokerto. Losis adalah kegiatan penghitungan susutnya gabah hasil panen, ini kegiatan dari provinsi," kata Abdullah kepada Sripoku.com, Selasa (11/11/2025).

Dijelaskannya, dalam kegiatan ini ada 3 metode panen yang dilakukan penghitungan, yakni panen secara modern yakni menggunakan mesin combine. Kemudian panen secara semi modern yakni menggunakan mesin power thresher.

"Yang terkahir adalah panen secara manual yakni dengan cara penggilasan. 3 motode inikan masih sering digunakan oleh petani pada saat panen," jelas. 

Kegiatan ini lanjut dia, dilakukan untuk mengetahui dan menghitung kehilangan pagi pada saat panen, serta menentukan motode mana yang lebih efektif yang bisa digunakan oleh petani pada saat panen padi.

"Sebab, masih banyak petani yang belum memahami, bahwa pada saat panen itu ada gabah yang terbuang. Padahal setiap panen ada gabah yang selalu terbuang, tapi jumlahnya kita tidak tahu berapa," ungkapnya.

Untuk itu sambung dia, hari ini akan dilakukan penghitungan dan diteliti. Hasil akhirnya nanti akan diketahui bahwa motede mana yang lebih banyak gabah terbuangnya.

"Dari semua metode ini, kita ukur dan kita teliti serta hasil akhirnya akan ditimbang, tentunya penghitungan mengunakan jumlah dan luas ubinan yang sama. Jadi nanti dari 3 motede ini, akan diketahui mana yang lebih banyak gabah terbuangnya, mana yang hasilnya lebih banyak," ungkapnya.

Baca juga: Tanam Padi IP 100 di Solok Batu Banyuasin, Askolani: Harus Yakin Bisa Jadi Nomor Satu Lumbung Pangan

Baca juga: Angkut Dua Karung Beras dari Pabrik Penggilingan Padi di OKU Timur, Pria Asal Palembang Ditangkap

"Dalam kegiatannya, untuk lubang pembuangan setiap mesin ini kita tampung dan kita upayakan ambil lagi gabah yang tersisa. Akhirnya nanti ini kita timbang gabah dari lubang pembuangan," imbuhnya.

Ditambahkannya, dari hasil tersebut, untuk motede yang hasil gabah yang terbuang paling sedikit, akan disosialisasikan dan direkomendasikan kepada petani, agar bisa digunakan petani pada saat panen.

"Sehingga nantinya para petani yang panen ini, tidak kehilangan gabah yang lebih banyak lagi," teganya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, memang setiap metode panen memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri, seperti panen dengan menggunakan mesin combine, waktunya lebih cepat. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved