Berita Palembang

Cerita Tri Wahyanto, Kapos Damkarmat Kemuning Palembang, Berjibaku Padamkan Api Hingga Tangkap Tikus

Saat ini petugas pemadam kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) memiliki peran penting dalam masyarakat.

Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Arief Basuki Rohekan
PETUGAS DAMKARMAT PALEMBANG - Cerita Tri Wahyanto, Kapos Damkarmat Kemuning Palembang, Berjibaku Padamkan Api Hingga Tangkap Tikus 

"Memang belum ada pelatihan khusus anggota Damkar saat itu, dan secara otodidak saja dimana bisa mengangkat mayat, dan APD (Alat Perlindungan Diri) belum ada, tapi sekarang sudah lengkap. Karena sadar tidak sadar dan kondisi tidak menentu, kita harus berani (angkat mayat) karena hanya pemadam boleh masuk, dan masyarakat tidak boleh masuk, " tuturnya. 

Baca juga: Empat Ruko Ludes Terbakar di Kelurahan Pasar Muaradua, Pemadaman Kerahkan Dua Pos Damkar

Baca juga: Ular Kobra Masuk Rumah Dokter di PALI, Tim Damkar Garcep Evakuasi dalam 9 Menit

Selain itu dirinya juga pernah ikut memadamkan kebakaran sekitar tahun 2012-2013 di sekitaran lapangan tembak Kampus Palembang sekitar pukul 02.00 Wib gelap gulita dan peralatan kurang, sarung tangan dan senter masih mengandalkan warga yang pakai senter. 

Kebetulan yang terbakar rumah posisi diatas rawa berupa rumah kayu. Saat asyik melakukan pemadaman, dirinya tidak menyadari jika yang ia injak adalah jenazah.

"Saya terinjak sesuatu karena kondisi papan sudah roboh, ketika saat kaki di angkat, ternyata yang saya injak orang, dan selama tiga hari saya terasa tercium terus, " ucapnya. 

Untuk menghilangkan 'trauma' tersebut, ia terus melakukan latihan agar hal-hal tersebut tidak teringat lagi. 

"Ya dengan latihan-latihan setiap hari untuk mengatasinya. Latihan fisik walaupun gulung selang karena masih anggota dulu, dimana meski gulung selang itu terkait kerja kita dilapangan, " ungkapnya. 

Sekarang diakui Tri, selain kebakaran banyak juga masyarakat yang melapor ke pos untuk mengatasi kesulitan mereka, padahal masalah yang dihadapi bisa dilakukan oleh mereka atau warga sekitar. 

"Sejak berubah nomenklatur dari Damkar BPBD menjadi Damkarmat, serta perkembangan medsos (media sosial) kejadian di daerah lain, kita juga kadang mendapati pengalaman yang lucu dihadapi warga, yang seharusnya bisa dilakukan warga sekitar. 

"Misal kucing di atas rawa rumah panggung, secara logika bisa warga bukan damkar. Kemudian seng lepas, saya anjuri apakah tidak ada pria di rumah, warga sekitar atau tukang karena masalah itu serta merta harus diselesaikan petugaa Damkar meski kami bisa melayani. Termasuk kemarin, ada tikus di rumah, yang kami tanya diawal apakah ada suami dan warga sekitar dijawab tidak ada, maka kami meluncur dan berhasil menangkap tikus di dapur rumahnya, " tandas Tri. 

Dilanjutkan Tri, dirinya bersama petugas Damkarmat lainnya menyikapi masalah masyarakat tersebut tetap harus dilakukan tim Damkarmat, meski mereka juga terkadang menganjurkan untuk mereka sendiri melakukan dengan cara dituntun. 

"Pastinya, ketika ada laporan panggilan baik kebakaran dan penyelamatan, kami asyik- asyik saja apa yang bisa dikerjakan, dibantu dan respon. Setiap laporan untuk penyelamatan kita telaah dulu, misal mengatasi sarang tawon kita menerima laporan dan ke TKP kondisi seperti apa, tidak serta dieksekusi kita harus tahu dulu untuk meminimalisir insiden bukan di petugas saja, tapi juga di warga  sehingga perlu analisa, " tukasnya.

Sedangkan untuk gangguan dari hewan buas atau berbahaya, laporan itu wajib ditindaklanjuti petugas segera sama seperti kebakaran. 

"Masalah gangguan ular dan biawak harus ditindaklanjuti segera, karena hewannya bergerak dan main analisa saat di TKP, " capnya. 

Selain belajar atau mengikuti pelatihan pemadaman api/ kebakaran, para petugas Damkarmat yang ada juga selalu belajar untuk menjinakan hewan- hewan buas yang ada, sehingga tidak menyalahi aturan dan membahayakan petugas. 

"Kami koordinasi dan belajar dengan komunitas pelihara ular yang ada, untuk edukasi mengetahui ular yang mana jenis ular berbahaya dan ber bisa. Kita minta tolong edukasi cara eksekusi, termasuk eksekusi buaya dimana ada tangkapan 1 ekor pada bulan Juni lalu meski ukurannya  masih anak-anak dan perlu orang banyak serta strategi, dan setelah kami tangkap kami serahkan ke BKSDA, " jelasnya.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved