Berita Palembang

Cerita Tri Wahyanto, Kapos Damkarmat Kemuning Palembang, Berjibaku Padamkan Api Hingga Tangkap Tikus

Saat ini petugas pemadam kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) memiliki peran penting dalam masyarakat.

Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Arief Basuki Rohekan
PETUGAS DAMKARMAT PALEMBANG - Cerita Tri Wahyanto, Kapos Damkarmat Kemuning Palembang, Berjibaku Padamkan Api Hingga Tangkap Tikus 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Saat ini petugas pemadam kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) memiliki peran penting dalam masyarakat.

Tidak hanya memadamkan api tetapi juga menangani berbagai keadaan darurat lainnya, hingga masalah 'remeh temeh' kesulitan masyarakat, dilakukan anggota Damkarmat. 

Kisah-kisah mereka seringkali melibatkan keberanian, dedikasi, dan kemampuan untuk bertindak cepat dalam situasi yang penuh tekanan. 

Seperti yang diungkapkan Tri Wahyanto (49) merupakan salah satu petugas PNS Damkarmat cukup senior di kota Palembang, yang saat ini menjabat Kepala Pos (Kapos) Damkarmat Kecamatan Kemuning Palembang

Tri sudah menjadi Petugas Harian Lepas (PHL) anggota Damkar sejak 2003 silam dan diangkat jadi PNS sejak tahun 2008, hingga saat ini menjabat Kapos.

Ia melamar menjadi petugas Damkar hanya dengan menggunakan ijazah SMA, di Damkar kota Palembang, namun pendidikan tetap diperhatikan hingga saat ini menyandang Sarjana Ilmu Pemerintahan (Sip). 

Selama kurang lebih 22 tahun mengabadi, Tri memiliki pengalaman beragam jadi petugas Damkarmat, mulai menangkap tikus di rumah warga, hingga ikut berjibaku memadamkan api kebakaran di Pusat Perbelanjaan Pulau Mas dan Hotel King di Jalan Kolonel Atmo Palembang pada tahun 2005 silam, yang menelan beberapa korban meninggal dunia. 

"Pengalaman tragis yang saya alami saat kebakaran di Pulau Mas dan Hotel King, dan saat itu saya piket dan menerima laporan sekitar pukul 21.00 Wib lewat," kata Tri, Rabu (23/7/2025).

Menurutnya, setelah merima laporan mereka langsung tindak lanjuti dan kondisi saat itu masih terbakar di gedung bawah, dan api belum besar. 

"Pemadaman saat itu cukup lama, hingga dua hari dua malam," jelasnya.

Tri menerangkan pemadaman cukup lama itu tak dipungkiri karena unit kendaraan yang ada masih kurang saat itu, berbeda dengan kondisinya saat ini. 

"Karena kendaraan pemadam yang minim, maka saat itu kita ambil inisiatif pengambilan air dari air mancur yang aliran airnya tidak putus, " jelasnya. 

Selain itu, saat pemadaman itu ada unit baru pemadaman kebakaran bantuan pemerintah provinsi, sehingga langsung digunakannya. 

"Dimana ada unit baru, mobil bertangga jadi langsung action dan tes bisa berguna, karena ada yang meninggal saat itu, dan masih merinding tadi, " ucapnya. 

Diungkapkan pria asal Klaten Jawa Tengah ini, dirinya sebagai petugaa Damkarmat mau tidak mau harus menolong korban kebakaran, termasuk mereka yang sudah terbakar, meski awalnya belum ada pengalaman. 

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved