Kopi Sumsel
Pemuda di Lahat Pilih Resign Dari Perusahaan Tambang, Kini Sukses Bangun Kedai Kopi Serambi Bean
Sejak pertama kali terjun ke dunia kopi, Yogi memang ingin menghadirkan konsep yang sedikit berbeda dibandingkan pegiat kopi kebanyakan.
TRIBUNSUMSEL.COM - Yogi Kurniawan, salah satu petani yang ditemui tim Jelajah Kopi Sumsel saat berada di Lahat mengaku berani resign dari perusahaan tambang untuk mendirikan kedai kopi Serambi Bean dan memproduksi langsung biji kopi berkualitas, Selasa (13/5/2025).
Hal tersebut dilakukan oleh pemuda asli Desa Serambi, Kecamatan Jarai, Kabupaten Lahat ini karena di daerahnya masih banyak yang bisa dikembangkan, termasuk kopi.
Sejak pertama kali terjun ke dunia kopi, Yogi memang ingin menghadirkan konsep yang sedikit berbeda dibandingkan pegiat kopi kebanyakan.
Karena itulah, Serambi Bean hadir dengan mengusung konsep Sustainability.
"Untuk apa aku merantau jauh, kalau di daerah kita sendiri masih banyak yang harus dikembangkan contohnya kopi ini, kalau bukan kita anak- anak muda ini siapa lagi” kata Yogi.
Yogi juga berinovasi soal pengolahan kopi dengan teknik fermentasi kopi yang unik, yakni menggunakan tekni fermentasi honey, yakni salah satu proses pasca-panen atau proses madu.
Teknik ini dipelajari Yogi secara mandiri, belajar dari satu tempat ke tempat lain, berjuang dengan biayanya sendiri, kemudian estafet ilmu memberikan edukasi pada petani lain.
Teknik pengolahan honey ini berbeda dengan pengolahan kopi pada umumnya.

Baca juga: Menjaga Kopi Semendo Arabika dengan Tradisi Adat Tunggu Tubang
Baca juga: Kopi Seduh Vespa, Kedai Kopi Unik di Jantung Kota Palembang Jadi Magnet Anak Muda
Sebelum dijemur dalam waktu yang lama, pengolahan kopi basah dilakukan dengan membersihkan biji kopi, melepas seluruh kulitnya dan menghilangkan getah buah.
Namun dalam proses honey, getah kopi justru dipertahankan untuk menciptakan varian rasa kopi yang unik.
Selain itu, dalam proses honey dilakukan untuk efisiensi waktu penjemuran yang tidak begitu lama dan memanfaatkan lahan kecil.
Teknik pengolahan honey bagi Yogi merupakan tantangan besar, belum lagi ia harus menjaga fermentasi kopinya agar tidak berjamur.
Dengan kerja kerasnya membawa kopi Sumatera Selatan dengan teknik pengolahan unik, Yogi berharap pemerintah daerah lebih perhatian pada petani kopi.
“Aku tu berharap pemda itu support petani, dalam bentuk pupuk, minimal mempermudah pembeliannya tidak harus bawa ktp, kita petani-petani ini enggak setiap hari juga bawa berkas, kalau perlu cepat langsung ke agen, juga kami para petani ini butuh support semprotan hama, karena selain bertahan dari perubahan cuaca kami ini juga perang dengan hama, kami ini sudah bawa nama kopi jarai ini sampai ke asia tenggara, oleh sebab itu pemda harus support”, kata Yogi.
Selain tergabung dalam mitra petani kopi, komunitas UMKM, membangun Serambi Bean dan memproduksi langsung biji kopi berkualitas dengan teknik fermentasi unik, Yogi cukup serius terjun ke dunia kopi, sering kali ia mengikuti kompetisi kopi seperti mewakili Indonesia pada kompetisi Southeast Asia Green Coffee Competition se Asia Tenggara.
Melimpahnya Biji Kopi, UMKM di Lahat Buka Jasa Roasting Kopi, Kini Ramai Diserbu Para Petani |
![]() |
---|
Harga Kopi di Empat Lawang Turun Hingga Rp 55 Ribu Perkilo, Petani Tunda Jual Hasil Panennya |
![]() |
---|
Sempat Nyaris Sentuh Rp 70 Ribu Perkilo, Harga Kopi di Pagar Alam Turun Lagi, Petani Tunda Penjualan |
![]() |
---|
Sempat Anjlok, Harga Kopi di Pagar Alam Naik Lagi, Petani Sumringah Mulai Jual Hasil Simpanan Panen |
![]() |
---|
Sempat Turun Jauh, Harga Kopi di Empat Lawang Kini Naik Lagi Hingga Rp 55 Ribu Perkilo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.