Kopi Sumsel
Latar Belakang Warung Kopi di Tempirai PALI, Jadi Tempat Bercengkerama Warga Sejak Jaman Dahulu
Sejak 1930-an, kampung Tempirai Raya telah dipenuhi warung kopi yang letaknya di bawah rumah panggung kayu.
Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Slamet Teguh
Muhammad Faizal, Ketua Rumah Budaya Tempirai, mengatakan berdasarkan catatan komunitasnya jumlah warung kopi di Tempirai Raya saat ini hanya 18 unit.
"Semua warung kopi ditandai dengan nama pemiliknya. Dulu jumlahnya puluhan, bahkan ada yang dikelola hingga enam generasi,” ujarnya.
Dijelaskan Muhammad Faizal, masyarakat Tempirai maupun Penukal tidak pernah berkebun kopi. Kopi ditanam di jongot saja, tumbuh di bawah naungan pohon-pohon besar.
Biji kopi yang dikonsumsi masyarakat awalnya dari kopi di jongot yaitu kebun adat atau agroforestry yang dikembangkan masyarakat. Fungsinya, sebagai sumber pangan pendukung dan papan.
Tapi karena kebutuhan meningkat, akhirnya masyarakat atau pemilik warung membeli dari luar, seperti dari pedagang di Pendopo Talang Ubi.
Minum kopi seperti keharusan bagi warga Tempirai. Di warung kopi, berlangsung silahturahmi dan berbagi informasi.
Di warung kopi, semua orang setara atau boleh menyampaikan pendapat.Tidak ada status sosial maupun usia.
Dengan budaya musyawarah ini, yang mengutamakan kesepakatan atau solusi, membuat warung kopi cepat diterima masyarakat.
"Masih terjaganya hutan dan rawa di Tempirai, juga hasil musyawarah di warung kopi. Kopi memberikan dampak baik bagi masyarakat Tempirai. Hampir semua perkampungan memiliki warung kopi. Bukan hanya di Tempirai, juga di Air Itam, Mangkunegara, Sukarami, Gunung Menang, Talangubi, Prabu Menang, dan lainnya. Namun warung kopi tradisional masih banyak bertahan di Tempirai,” ujar Faizal.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com
| Kopi Lahat Berpotensi Dikirim ke Dubai Setelah Ada Pembeli yang Datang Temui Bupati |
|
|---|
| Kopi Sumsel Butuh 'Branding' Kuat Untuk Menuju Pasar Internasional |
|
|---|
| Harga Kopi di Empat Lawang Perlahan Kembali Naik, Sebelumnya Masih Rp 55 Ribu per Kilogram |
|
|---|
| Melimpahnya Biji Kopi, UMKM di Lahat Buka Jasa Roasting Kopi, Kini Ramai Diserbu Para Petani |
|
|---|
| Harga Kopi di Empat Lawang Turun Hingga Rp 55 Ribu Perkilo, Petani Tunda Jual Hasil Panennya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.