Kopi Sumsel
Latar Belakang Warung Kopi di Tempirai PALI, Jadi Tempat Bercengkerama Warga Sejak Jaman Dahulu
Sejak 1930-an, kampung Tempirai Raya telah dipenuhi warung kopi yang letaknya di bawah rumah panggung kayu.
Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: Slamet Teguh
Andi salah satu pemilik warung kopi di Tempirai yang telah menggeluti usaha ini selama 22 tahun, mengatakan warkop menjadi bagian penting dari kehidupan sosial sehari-hari di Tempirai Raya.
"Disini Toko Kopi (Warkop) menjadi perkumpulan orang-orang untuk “begesah” berdiskusi dan berpadu rasan. Tidak hanya sebagai tempat minum kopi, tetapi sebagai simbol persatuan dan kebersamaan," ujar Andi, Minggu (20/4/2025).
Dalam kesehariannya warkop milik Andi dibuka sejak jam 9 pagi sampai dengan jam 12 malam.
Kopi yang disajikan di warung miliknya yaitu Kopi Tubruk khas pendopo, yang dibanderol Rp 5 ribu per gelas.
"Dari dulu dikenal kopi pendopo, tekstur kopinya sedikit kasar. Kalau kita menyediakan kopi serbuk tidak laku yang ada,”tutur Andi.
Dia juga mengatakan dahulu harga kopi masih Rp 15 ribu per kilo, tapi sekarang sudah mencapai Rp 126 ribu per kilogram.
"Dalam satu kilo, bisa jadi sekitar 80 gelas Kopi. Selain menyediakan kopi, kita juga menyediakan “perlak” atau makanan seperti gorengan dan sejenisnya," terangnya.
Ahmad Rizal (41) salah satu pelanggan warung kopi mengatakan, keberadaan warung kopi di Tempirai Raya telah menjamur sejak jaman dahulu, meski di Tempirai Raya maupun di Kabupaten PALI tidak ada perkebunan Kopi.
"Dahulu, sebelum adanya teknologi telekomunikasi, masyarakat Tempirai Raya untuk bertemu cukup berjanjian di warung kopi. Disinilah masyarakat bisa berpadu rasan, misalnya “tauke” alias bos getah karet, berpadu membeli karet para petani atau sebaliknya, serta berbagai macam permasalahan lainnya di obrolkan disini," kata Ahmad Rizal.
Namun saat ini, seiring perkembangan teknologi informasi, warung kopi sedikit tergerus, karena sudah sedikit berkurang masyarakat yang ngobrol di warung Kopi.
"Meski mulai berkurang, pelanggan warung kopi masih cukup banyak disini," ungkapnya.
Hasim (65) warga lainya juga mengatakan masyarakat yang datang ke warung kopi tidak hanya warga Tempirai saja, melainkan ada juga masyarakat yang luar desa berkunjung untuk mencicipi kopi di Desa Tempirai.
"Warung kopi di sini selain dikunjungi warga, juga para pendatang yang ingin berniaga di Tempirai . Sebab,.Tempirai juga dikenal sebagai sentra ikan air tawar dan getah karet," kata Hasim.
Menurut Hasim, dahulu para bujang-bujang cukup mendominasi suasana di warung kopi.
“Mungkin sekarang adanya HP ini jadi yang bujang-bujang jarang ke warung kopo. Dulu ramainya luar biasa di warung kopi,” tutur Hasim.
Sempat Anjlok, Harga Kopi di Pagar Alam Naik Lagi, Petani Sumringah Mulai Jual Hasil Simpanan Panen |
![]() |
---|
Sempat Turun Jauh, Harga Kopi di Empat Lawang Kini Naik Lagi Hingga Rp 55 Ribu Perkilo |
![]() |
---|
Harga Kopi di Empat Lawang Kini Perlahan Kembali Naik, Meski Masih di Bawah Rp 50 Ribu Perkilo |
![]() |
---|
Hasilkan 56 Ribu Ton Pertahun, Bursah Zarnubi Ingin Kopi Robusta Lahat Tembus Pasar Internasional |
![]() |
---|
Tingkatkan Daya Saing, Pemkab Lahat Gelar Bimtek Bagi Petani dan UMKM Kopi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.