Mata Lokal Desa

Mengenal Kampoeng Bingen Palembang di 14 Ulu Palembang, Ada 12 Rumah Limas Berumur Ratusan Tahun

Kampoeng Bingen memiliki Rumah bari atau Limas sebanyak 12 unit, yang berusia ratusan tahun. 

Editor: Slamet Teguh
Sripoku.com/ Angga
Kampoeng Bingen yang terkenal karena rumah tuanya yang sudah berusia ratusan tahun, Minggu (8/12/2024). 

Laporan wartawan Sripoku.com, Angga

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kampoeng Bingen memiliki Rumah bari atau Limas sebanyak 12 unit, yang berusia ratusan tahun. 

"Dinamakan kampung bingen karena ada rumah besar dan lama, bingen itu kan diambil dari kata-kata lama," ungkap Meti, selaku Rt 08 yang sudah 47 tahun tinggal di kampung Bingen, saat di jumpai di lokasi, Minggu (8/12/2024). 

Kampoeng Bingen terletak di Jl KH Azhari, Lorong Rakyat, Kelurahan 14 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang, Sumsel.

Kampoeng ini, tidak jauh dari Jembatan musi IV, sama halnya seperti kampung Al munawar 13 ulu, kampung ini juga banyak keturunan dari Arab.

Ketika memasuki kampoeng ini, kita akan di perlihatkan Rumah Limas yang berusia ratusan tahun, yang masih terjaga keasliannya. 

Serta para penduduk sekitar yang masih lekat dengan nuansa Arab. 

Ketika dihari satu tahun kematian Habib dan ulama akan diperlihatkan dengan tradisi yang masih kental dan dilestarikan di kampung ini, yaitu haul.

"haul adalah memperingati kematian ulama atau habib setiap 1 tahun sekali," ungkap Meti, yang juga keturunan dari Arab. 

Haul juga bisa dibarengi dengan pernikahan dari pasangan yang hendak menikah tidak hanya satu pasangan tetapi bisa sampai 12 pasangan. 

"Ya bisa, dibarengi dalam pernikahan, itu dibilang untuk mengambil berkat dalam pernikahan," ungkapnya. 

Selain itu ketika biasanya masyarakat datang ke hajatan selalu menggunakan baju batik dan baju kemeja, tetapi berbeda dengan kampung ini yang menggunakan baju koko muslim sebagai baju untuk di pakai ke kondangan. 

Setelah pasangan disahkan dalam pernikahan dibarengi dengan haol, pasangan yang sudah sah kembali ke rumahnya masing-masing. 

"Nanti para kerabat dan juga tamu akan ketempat mempelai besannya masing-masing mengunjungi pengantin," katanya. 

Baca juga: Mengenal Kampung KB Layang-layang, Penghasil Layang-layang di Palembang, Pembuat Mulai Berkurang

Baca juga: Mengenal Kampung Tuan Kentang Palembang, Puluhan Tahun Jadi Wilayah Penghasil Kain Jumputan

Masyarakat disini juga tidak segan menyapa dan juga tersenyum dengan orang yang baru dikenal oleh mereka. 

Namun sayang, kampung ini jarang di ekspos hingga hanya sedikit masyarakat yang mengetahui Kampoeng Bingen yang memiliki citra dan budaya Arab ini. 

Sangat disayangkan kampung yang memiliki masyarakat yang ramah tamah ini, serta memiliki rumah tertua hingga ratusan tahun, memiliki rumput liar menjulang tinggi di halamannya. 

"Memang itu seperti tanah warisan jadi itu dak diurusi oleh wonknyo," ungkapnya. 

Citranya dikalahkan dengan kampung Al-Munawar yang ada di 13 ulu Palembang, yang lebih dijadikan sebagai tempat destinasi wisata hingga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas wisata bagi para pengunjung. 

"Kampung ini jarang terlihat namun tetap eksis dikalanganya," ungkap, Meti, dengan penuh keyakinan. 

Meti tidak mengharapkan apapun untuk Kampueng Bingen, ia hanya berharap generasinya dibawahnya akan tetap melanjutkan tradisi di kampung ini. 

"Dak katek si berharap anak anak di kampung ini bisa melestarikan budaya disini itu aja," ungkapnya. 

 

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di google news

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved