Liputan Khusus Tribun Sumsel
Kasihan Mereka Kerja Serabutan, Warga Transmigrasi Kesulitan, Lahan Olahan Belum Produktif -2
Untuk musim kemarau saat ini, kendala kesulitan air juga dirasakan warga transmigran baik itu air bersih maupun air untuk penyiraman tanaman.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Selain warga dari Pulau Jawa, ada juga warga lokal Sumsel yang menempati lahan transmigrasi di Sungai Jelike PALI. Seperti Dedi, warga asal Tempirai Selatan.
Dia juga meminta kepada pemerintah melalui Disnakertrans Kabupaten PALI untuk membangun sistem pengairan atau irigasi, sehingga warga dapat mengatur masa tanam pada lahan yang dikelola mereka.
"Kalau musim hujan debit air cukup tinggi, sehingga tidak bisa diatur sedemikian rupa, waktu dibantu benih pada tahap awal kemarin ditanam gagal, karena terendam air," katanya.
Diceritakan Dedi, dahulunya lokasi transmigrasi ini memang daerah banjir, yang merupakan lahan rawa.
"Dulu kalau gak salah sekitar tahun 1970 ini merupakan bekas persawahan warga yang sudah ditinggalkan karena terserang hama pada saat itu, sehingga warga beralih ke perkebunan karet sehingga lahan ini sudah jadi lahan tidur cukup lama dan menjadi hutan belukar," ujar dia.
Baca juga: LIPSUS: 10 Bulan Hasil Tanam Zonk, Warga Transmigran Berjuang Keras, Lahan Ditempati tak Produktif-1
Lebih lanjut diungkapkannya, untuk musim kemarau saat ini, kendala kesulitan air juga dirasakan, baik itu air bersih maupun air untuk penyiraman tanaman.
"Untuk penyiraman ini, kami ini cukup kesulitan karena masih manual, sehinggah dibutuhkan bantuan pompa air kepada pemerintah kalau bisa, karena dimusim kemarau ini tanaman butuh banyak penyiraman, kalau kurang air mati," ungkapnya.
Untuk bantuan Jadup, Dedi berharap ada penambahan bantuan Jadup lagi, karena lahan warga belum dapat menghasilkan.
"Kami mendapatkan bantuan Jadup selama 18 bulan, karena lahan belum produktif kami berharap ke depannya ada penambahan lagi karena kasihan melihat saudara-saudara kita dari Jawa. Kalau kami warga lokal masih ada pekerjaan lain, kalau saudara kita yang datang dari Jawa mereka ini bekerja serabutan untuk bertahan hidup karena belum memproleh penghasilan tetap," kata Dedi.
Selain itu Dedi juga berharap untuk direalisasikan adanya listrik PLN dan Air PDAM, karena menurut dia jarak lokasi transmigrasi ini tidak begitu jauh dari Desa Tempirai Selatan yang sudah ada listrik PLN dan PDAM.
"Untuk listrik warga di sini hanya mengandalkan solar panel bantuan dari kementerian transmigrasi. Kami juga meminta direalisasikan PDAM di sini, sehingga warga tidak kesulitan Air bersih," harapnya.
Dedi juga berharap Disnakertrans memberikan bantuan pupuk seperti dolomit untuk menetralisir asam tanah, dan pupuk kcl serta pupuk untuk menyuburkan tanaman sayur.
Alimin, warga transmigrasi lokal lainnya asal Tempirai Selatan, juga meminta Disnakertrans untuk segera menyelesaikan pembukaan lahan perkarangan di belakang rumahnya yang sampai saat ini belum dibuka sehingga belum bisa bercocok tanam.
"Saya di sini menghibahkan lahan saya yang ada di depan untuk pembangunan kantor UPT transmigrasi dengan diganti mendapatkan rumah, lahan perkarangan, lahan usaha 1 dan lahan usaha 2, yang keseluruhan nya berjumlah 2 hektar," katanya.
Namun sampai dengan saat ini Alimin baru mendapatkan rumah, sedangkan lahan perkarangan yang dijatahkan miliknya seluas 0,25 hektare belum dibuka.
"Hampir setiap warga transmigrasi lahan perkarangannya sudah dibuka, punya saya belum, dijanjikan sejak Maret kemarin, kalau untuk lahan usaha 1 dan 2 memang belum dibagikan karena masih dalam proses," ungkapnya. (cr42)
Baca berita lainnya langsung dari google news
Liputan Khusus Tribun Sumsel
Liputan Khusus Tribun Sumsel Warga Transmigran
mata lokal menjangkau indonesia
Aku Lokal Aku Bangga
Lokal Bercerita
Tribunsumsel.com
| Pemilik Kafe Kopi di Palembang Tertolong Momen Buka Bersama, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -3 |
|
|---|
| Harga Kopi Rp 52 Ribu Per Kg Termahal Sepanjang Sejarah, Kini Ramai-ramai Beli Emas -2 |
|
|---|
| LIPSUS : Bisnis Kafe Kopi Gulung Tikar, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -1 |
|
|---|
| Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku Bakal Matikan Usaha, GIPI Sumsel Ajukan Gugatan ke MK -2 |
|
|---|
| LIPSUS: Pengunjung Karaoke Kaget Tarif Naik, Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku -1 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.