MBG di Sumsel

LIPSUS : Menanti Tuah Danantara di Kandang Ayam, Peternak Siap Genjot Produksi Demi MBG di Sumsel

Suntikan modal ini dinilai krusial di tengah lonjakan permintaan bahan pangan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Agung Dwipayana
KANDANG AYAM - Seorang peternak di Ogan Ilir sedang memeriksa kualitas ayam petelur di kandang miliknya, Sabtu (22/11/2025). Dengan lahan yang masih luas, peternak lokal mengaku siap meningkatkan produksi hingga 10 kali lipat untuk memasok kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG), asalkan mendapat dukungan modal untuk pakan dan perluasan kandang. 

Konsep ini, menurut Sri, sejalan dengan prinsip Training of Trainer (TOT) dalam manajemen. Investor besar berperan mengedukasi dan membesarkan peternak kecil agar tumbuh bersama.

"Pemda harus mengawal ini sejak awal. Terima investasinya, tapi pastikan syarat pelibatan peternak kecil terpenuhi agar tidak salah sasaran. Jangan sampai peternak kecil menjadi pesaing yang tidak sebanding bagi korporasi besar, lalu tersingkir," tambahnya.

Pemerintah Provinsi: Fokus Hilirisasi, Bukan Sekadar Kandang Baru 

Senada dengan itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumsel, Ruzuan Efendi, menyoroti arah investasi yang ideal bagi Sumsel. Meski mengakui belum ada petunjuk teknis resmi dari pusat terkait dana tersebut, Ruzuan berharap alokasi dana disesuaikan dengan karakteristik daerah.

Ruzuan menjelaskan bahwa Sumsel saat ini sudah menempati peringkat ke-8 nasional sebagai daerah penghasil telur dan ayam. Struktur industri peternakan di Sumsel dan Lampung, menurutnya, lebih banyak didominasi oleh perusahaan besar, berbeda dengan Jawa Tengah atau Jawa Timur yang didominasi peternakan rakyat.

Oleh karena itu, jika Sumsel mendapatkan kucuran dana Danantara, Ruzuan menyarankan agar fokus utamanya adalah hilirisasi produk.

"Sebaiknya diarahkan ke pembangunan fasilitas penyimpanan (cold storage), produksi ayam beku (frozen food), atau pengembangan produk orientasi ekspor. Ini lebih dibutuhkan daripada sekadar menambah populasi kandang yang bisa memicu kelebihan suplai," jelas Ruzuan.

Fakta di Lapangan: Stabilitas Harga dan Program MBG Terkait kekhawatiran bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) akan memicu lonjakan harga tak terkendali, Ruzuan menepisnya. Ia menyebut dampak kenaikan harga akibat MBG hanyalah shock therapy sesaat di awal program.

"Saat ini harga sudah stabil kembali. Harga telur di kandang berkisar Rp25 ribu per kilogram, sementara harga ayam justru turun di angka Rp19 ribu per kilogram. MBG tetap jalan, tapi harga ayam malah turun. Ini membuktikan stok aman," ungkapnya.

Ruzuan menambahkan bahwa penyedia makanan MBG umumnya telah bekerja sama dengan distributor dan memanfaatkan produk ayam beku yang terjamin kehalalannya, sehingga tidak mengganggu pasar eceran secara signifikan.

Hal ini diamini oleh Sri Rahayu. Menurutnya, investasi di sektor peternakan—jika dikelola dengan benar—justru akan menjadi pengendali inflasi. "Pasokan (supply) harus dijaga. Investasi ini bisa menjamin ketersediaan pasokan sehingga harga tetap stabil," pungkas Sri.

Data Statistik Peternakan Sumsel Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumsel yang mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), berikut adalah gambaran kebutuhan dan ketersediaan pangan hewani di Sumsel:

Jumlah Penduduk: 8.928.515 jiwa.
Kebutuhan Ayam: 315 ton per hari.
Kebutuhan Telur: 258 ton per hari.
Jumlah Peternak: 3.789 peternak yang tersebar di 17 Kabupaten/Kota.
Angka ini menunjukkan pasar yang sangat besar, sekaligus peluang bagi investor dan peternak lokal untuk bersinergi memenuhi kebutuhan protein masyarakat Sumsel. (Agung/Linda/Ardiansyah)

 

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved