Siswa SD di Pedamaran Keracunan

Puluhan Siswa di OKI Muntah Usai Santap Sop MBG, Disebut Karena Jeda Waktu Konsumsi Terlalu Lama

Ia menambahkan, saat mendapat makanan berupa sop ayam, tahu, dan jeruk, Ilham hanya makan nasi dan ayam.

Penulis: Winando Davinchi | Editor: Slamet Teguh
Dokumentasi Warga
KERACUNAN MBG -- Sejumlah siswa di Pedamaran OKI yang diduga keracunan setelah menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG), Selasa (2/9/2025). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PEDAMARAN - Puluhan siswa di Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), diduga menjadi korban keracunan makanan. Peristiwa ini terjadi setelah mereka mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) yang dibagikan saat jam istirahat pada Selasa (2/9/2025).

Gejala mual, muntah, dan sakit perut mulai dirasakan para siswa setelah menyantap makanan. Kondisi ini membuat guru dan orang tua panik, sehingga beberapa siswa segera dibawa ke puskesmas untuk mendapatkan pertolongan medis.

"Benar, malam ini ada beberapa siswa yang menjalani perawatan dengan keluhan mual, muntah, sakit perut, dan pusing," ujar Rengga, seorang warga, saat dihubungi awak media.

Cinta Mamora (12), siswi SMPN 1 Pedamaran, adalah salah satu korban yang mengalami keracunan. Saat ditemui di Puskesmas Pedamaran pada Rabu (3/9/2025) pagi, Cinta terbaring lemah dengan selang infus. Ia menceritakan bahwa dirinya menyantap makanan yang dibagikan sekitar pukul 12.00 siang.

"Saya makan nasi dan sop ayam. Ada juga jeruk dan susu, tapi saya cuma makan sopnya saja," tutur Cinta.

Cinta menambahkan, gejala mual, muntah, dan sakit perut mulai dirasakannya tidak lama setelah ia pulang ke rumah, tepatnya sekitar pukul 14.00 siang. Awalnya, ia hanya merasa sedikit sakit, tetapi kondisinya memburuk hingga ia terus-menerus muntah.

"Tidak lama setelah sampai rumah, saya langsung muntah-muntah. Perutnya sakit sekali," ungkapnya.

Cinta dibawa ke puskesmas pada malam harinya dan langsung mendapatkan penanganan medis. Ia mengaku kondisinya sudah membaik, meski perutnya masih terasa sedikit sakit. Menurutnya, ada sekitar 30 siswa lain yang juga menjadi korban keracunan dan dirawat di puskesmas.

"Sudah mulai membaik, infus sudah habis 4 kantong. Semoga hari ini sudah bisa pulang," tutupnya.

Sementara itu, Mawan, orang tua dari Ilham, siswa kelas 3 yang juga menjadi korban, mengaku terkejut saat mengetahui anaknya muntah-muntah dan dibawa ke puskesmas.

"Awalnya saya kira hanya anak saya, tapi ternyata banyak temannya juga. Kalau dari kelas anak saya saja ada empat yang kena," ujar Mawan sambil mendampingi anaknya yang terbaring lemas.

Menurut Mawan, anaknya dan beberapa temannya muntah dengan cairan berwarna kuning dan hijau. Kondisi ini membuatnya langsung membawa Ilham ke Puskesmas Pedamaran. Mawan menduga keracunan terjadi karena makanan tidak dimasak pada hari yang sama.

"Kami inginnya ada perbaikan. Kalau bisa, makanannya dimasak tepat waktu, jangan sampai masaknya pagi dan baru diantarkan sore ke sekolah," keluh Mawan.

Ia menambahkan, saat mendapat makanan berupa sop ayam, tahu, dan jeruk, Ilham hanya makan nasi dan ayam.

"Makanya saya juga meminta untuk memperhatikan makanan yang akan diberikan kepada anak-anak, apakah sesuai dengan selera anak atau tidak, daripada mubazir," pungkasnya.

Pernyataan Sekolah

Kepala Sekolah SMPN 1 Pedamaran, Linda Sari, menyatakan bahwa program MBG yang seharusnya menyehatkan justru membawa petaka bagi puluhan siswa di sekolahnya.

"Setiap harinya ada 816 siswa yang mendapat makanan bergizi gratis. Setelah kejadian kemarin, ada puluhan siswa yang jadi korban keracunan," ungkap Linda saat ditemui pada Rabu (3/9/2025) siang.

Linda mengungkapkan keprihatinan mendalam dan membenarkan bahwa banyak siswanya menjadi korban.

"Saya sangat prihatin atas kejadian yang menimpa siswa-siswi kita. Ke depannya, ini jadi pembelajaran bagi kita dan kami berharap pihak Badan Gizi Nasional (BGN) lebih waspada," pesannya.

Wali Kelas IX-1, Santi Rahmawati, mengatakan di kelasnya sendiri ada sekitar 5 siswa yang diduga menjadi korban keracunan.

"Namun, secara keseluruhan, ada puluhan siswa yang menjadi korban dan tersebar di beberapa kelas," ungkapnya.

Santi menjelaskan kronologi kejadian.

"Setelah makan, sekitar 30 menit kemudian, anak-anak mulai mengeluh mual, sakit kepala, sakit perut, dan muntah-muntah," ujarnya. Beberapa siswa bahkan langsung muntah di dalam kelas usai menyantap makanan yang disediakan oleh katering dan dilarikan ke UKS.

Menurut Santi, sekolah langsung berkoordinasi dengan Puskesmas Pedamaran dan orang tua siswa untuk penanganan lebih lanjut.

"Kami langsung hubungi puskesmas. Setelah itu, kami arahkan siswa ke sana dan yang bisa pulang kami antar ke rumah masing-masing, atau kami minta orang tuanya menjemput," jelasnya.

Santi berharap kejadian ini menjadi evaluasi bagi pelaksana program agar tidak terulang lagi. Ia juga menyebut ini adalah kejadian pertama kali selama program MBG berjalan satu bulan terakhir.

"Harapan ke depan, pemilihan makanan lebih ketat karena kasihan melihat siswa jika kejadian seperti ini terulang kembali," tutupnya.

Keracunan Diduga dari Ayam Suwir Beraroma Tak Sedap

Menurut kesaksian guru mata pelajaran, Meshin Putri Utami, yang mewakili Kepala SDN 5 Pedamaran, Sri Astuti, para siswa merasakan mual, muntah, dan sakit perut setelah mengonsumsi makanan.

Menurut Meshin, dugaan keracunan ini menimpa total 763 siswa. Namun, gejala paling parah dialami oleh 17 siswa yang kemudian dirujuk ke puskesmas. Sementara itu, sebagian siswa lain menjalani perawatan di rumah masing-masing atau berobat ke klinik.

"Siswa yang masuk puskesmas ada lima, sisanya berobat ke dokter atau dirawat di rumah," kata Meshin saat dikonfirmasi di lokasi pada Rabu (3/9/2025) siang.

Penyebab utama keracunan diduga berasal dari menu ayam suwir. Meshin menyatakan bahwa siswa yang mendapatkan giliran makan siang mengeluhkan aroma tak sedap dari ayam tersebut.

"Mereka sudah mengeluh, katanya ayamnya sudah mengeluarkan bau tidak sedap," ujarnya. Keluhan ini disampaikan oleh siswa kelas atas (kelas 6).

Meskipun demikian, ada sebagian siswa yang tetap mengonsumsi makanan tersebut, sementara yang lain tidak memakannya.

"Beruntungnya, siswa yang tidak mengonsumsi ayam tersebut tidak mengalami gejala keracunan. Sementara itu, menu lain seperti sup dan tahu dinilai aman," jelasnya.

Selanjutnya, pihak sekolah dan pihak terkait telah mengambil tindakan cepat. Kepala sekolah menyatakan bahwa pengiriman makanan untuk hari ini telah dihentikan sementara.

"Hari ini tidak ada makanan lagi, dihentikan dulu hari ini," tambahnya.

Menurut Meshin, kejadian ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya, pernah ada keluhan mengenai telur yang tidak matang, tetapi setelah dikomplain, kualitasnya membaik. Hal ini menjadi catatan penting bagi pihak terkait untuk memastikan kualitas makanan yang disalurkan.

"Kami berharap ke depannya kualitas makanan bisa lebih baik dan kejadian ini tidak terulang lagi," tutup Meshin. Pihak sekolah kini menunggu informasi lebih lanjut mengenai kelanjutan program MBG.

Respons Pemerintah Kabupaten

Peristiwa dugaan keracunan makanan MBG yang menimpa puluhan siswa SD dan SMP di Kecamatan Pedamaran, OKI, membuat jajaran pemerintah kabupaten (Pemkab OKI) turun tangan. Mereka meninjau langsung puluhan korban yang dirawat di Puskesmas Pedamaran dan mengunjungi beberapa korban yang dirawat di rumah.

"Tadi kita sudah melihat langsung keadaan korban yang dirawat. Saya juga berbincang langsung dengan keluarga dan anak-anak. Mereka mengeluhkan sakit perut, mual, muntah-muntah, serta sakit kepala,"

"Beberapa masih ada yang dirawat di Puskesmas Pedamaran dan ada juga yang berobat mandiri di rumah," ungkap Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten OKI, Ir. Asmar Wijaya, pada Rabu (3/9/2025) siang.

Menurut laporan yang diterima, hingga kini terdapat 80 siswa yang menjadi korban.

"Sampai sekarang ada 80 siswa yang mengalami keluhan setelah memakan makanan MBG. Mereka berasal dari SDN 5 Pedamaran, SMPN 1 Pedamaran, dan beberapa sekolah lainnya," paparnya.

Dari pantauan yang dilakukan, Asmar menyebut sebagian siswa sudah mulai membaik dan ada yang masih dirawat.

"Seperti yang kita lihat tadi, masih ada beberapa yang dirawat dan ada juga yang sudah sembuh dan kembali ke rumah masing-masing," pungkasnya.

Pemkab OKI bertindak cepat dalam menangani kasus ini dan memastikan semua anak yang terdampak telah mendapat pelayanan kesehatan secara maksimal.

Disampaikan oleh Sekda Asmar Wijaya atas nama Bupati OKI, Muchendi Mahzareki, Pemda merasa prihatin atas insiden ini dan berkomitmen menjamin keselamatan serta kesehatan seluruh peserta didik penerima manfaat program.

"Program makanan bergizi ini inisiatif yang sangat baik. Namun, keselamatan anak-anak tetap menjadi prioritas utama kami,"

"Maka dari itu, kami memastikan semua yang terdampak mendapat layanan kesehatan terbaik," ujar Asmar usai meninjau posko Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) Desa Menang Raya pada Rabu (3/9/2025) sore.

Menurutnya, hingga kini petugas puskesmas mencatat ada 80 siswa yang terkena gangguan kesehatan.

"Pemda memastikan penanganan dilakukan secara menyeluruh, mulai dari pelayanan medis di puskesmas hingga pemantauan lanjutan bagi siswa yang telah diizinkan pulang," tegasnya.

Kepala Puskesmas Pedamaran, Hasanul, menerangkan beberapa siswa masih dalam masa pemulihan, sementara sebagian lainnya telah kembali beraktivitas dengan kondisi membaik.

"Kami menegaskan proses pengobatan akan terus dipantau agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut," sebut Hasanul.

Baca juga: Puluhan Siswa SD dan SMP di Padamaran OKI Keracunan MBG, Satgas Perketat Pengawasan di 29 Dapur

Baca juga: Dinkes Sumsel Turunkan Tim, Selidiki Puluhan Siswa Keracunan Diduga dari Makanan Menu MBG

Respons Ketua Satgas MBG

Satuan Tugas (Satgas) Program Makanan Bergizi Gratis Kabupaten OKI (MBG OKI) mulai menemukan titik terang terkait dugaan keracunan yang menimpa 80 siswa di Kecamatan Pedamaran. Diduga kuat, insiden ini disebabkan oleh jeda waktu konsumsi yang terlalu lama.

Menurut Ketua Satgas MBG OKI, HM. Lubis, makanan untuk siswa yang masuk siang telah disiapkan sejak pukul 11.00 WIB, tetapi baru disantap pada sore hari. Jeda waktu penyimpanan yang panjang inilah yang diduga memicu penurunan kualitas makanan dan menyebabkan gangguan pencernaan.

"Hal ini memicu penurunan kualitas makanan dan diduga menyebabkan gejala gangguan pencernaan pada sejumlah siswa," jelas Lubis saat ditemui wartawan pada Rabu (3/9/2025) sore.

Untuk memastikan penyebab pasti, Pemkab telah mengambil langkah cepat. Sampel makanan dan sampel medis korban sudah dikirim ke Balai Besar POM untuk diteliti lebih lanjut. Langkah ini bertujuan agar kejadian serupa tidak terulang dan memperkuat implementasi petunjuk teknis di lapangan.

"Pemerintah daerah juga tengah mengevaluasi seluruh sistem distribusi agar lebih efisien dan aman," imbuhnya.

Lubis mengajak seluruh pihak, mulai dari kepala sekolah, guru, hingga orang tua siswa, untuk ikut aktif dalam pengawasan. Mereka diharapkan memberikan edukasi dan segera melaporkan jika ada gejala gangguan kesehatan.

"Kami ingin memastikan bahwa program ini benar-benar memberi manfaat, bukan mudarat. Dengan kerja sama semua pihak, kami yakin hal ini dapat diatasi dan menjadi pembelajaran bersama ke depan," tegasnya.

Meskipun terjadi insiden, Pemkab OKI tetap berkomitmen melanjutkan program MBG. Lubis menekankan bahwa program ini tetap penting untuk mendukung tumbuh kembang anak, terutama di daerah terpencil, tetapi pelaksanaannya harus selalu sesuai dengan standar kesehatan dan keamanan pangan.

"Program MBG tetap penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anak, namun pelaksanaan harus sesuai standar kesehatan dan keamanan bagi anak-anak yang mengonsumsi," pungkasnya.

Ketua Satgas, HM. Lubis, menegaskan pihaknya akan memperketat pengawasan terhadap seluruh dapur dan penyelenggara program di wilayah OKI.

"Kejadian keracunan ini telah kami laporkan ke Kementerian Kesehatan agar dapat segera ditindaklanjuti," ucap Lubis saat diwawancarai awak media pada Rabu (3/9/2025) sore.

Satgas bersama tim terkait akan segera melakukan monitoring dan pembinaan berkala ke 29 dapur MBG yang telah beroperasi.

"Kami akan lebih mengoptimalkan lagi pemantauan. Tim ini akan memberikan edukasi kepada para penjamah makanan agar kejadian serupa tidak terulang," ujar dia.

"Kami menekankan pentingnya implementasi petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang sudah ditetapkan demi memastikan keamanan dan kualitas makanan," sambungnya.

Sebagai respons langsung terhadap insiden ini, Satgas MBG memutuskan untuk menutup sementara pendaftaran dapur baru.

"Keputusan ini diambil setelah konsultasi dengan Direktorat Pendistribusian dan Pengendalian di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dengan fokus utama untuk memprioritaskan daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di kemudian hari," cetusnya.

Hingga saat ini, program MBG di Kabupaten OKI menjangkau 89.000 penerima manfaat melalui 29 dapur yang tersebar di berbagai kecamatan. Kecamatan Kayuagung menjadi wilayah dengan jumlah dapur terbanyak.

"Kami berharap seluruh yayasan dan penyelenggara program MBG dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sehingga program ini bisa berjalan dengan baik tanpa ada insiden yang membahayakan penerima manfaat," pungkasnya.

 

 

 

Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved