Berita Banyuasin

Sulitnya Petani di Banyuasin Lepas dari Tengkulak, Bingung Penuhi Kriteria Gabah yang Diserap Bulog

Petani padi di Kabupaten Banyuasin, Sumsel mengeluhkan sulitnya lepas dari para tengkulak yang merongrong.

Penulis: M. Ardiansyah | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM/M. ARDIANSYAH
Menko Pangan RI Zulkifli Hasan ketika melaksanakan pappnen perdana di Kecamatan Tanjung Lago Banyuasin beberapa waktu lalu. 

TRIBUNSUMSEL. COM, BANYUASIN - Petani padi di Kabupaten Banyuasin, Sumsel mengeluhkan sulitnya lepas dari para tengkulak yang merongrong.

Meski di masa panen raya ini sudah ada perintah ke bulog untuk membeli gabah dari petani, akan tetapi ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi petani sehingga bisa mendapatkan harga Rp 6.500 perkilonya. 

Inilah yang menjadi hambatan di kalangan petani, di sisi lain harus bisa memenuhi kriteria yang ditetapkan bulog, di sisi lain petani juga masih berhadapan dengan tengkulak. 

Para petani, mau tidak mau masih tetap berhadapan dengan tengkulak, karena sejak awal sudah bergantung dengan para tengkulak.

"Kami ini terkadang, dari hijau saja sudah dipesan. Karena sebelumnya, terkadang banyak yang meminjam modal dahulu dengan tengkulak. Makanya, kami terikat dengan mereka," kata seorang petani di Kecamatan Tanjung Lago yang namanya enggan disebutkan, Rabu (15/1/2025).

Baca juga: Bulog Terapkan Harga Baru, Siap Serap Gabah Petani Seharga Rp 6.500 Perkilo

Ketergantungan dengan tengkulak, sudah lama terjadi.

Sehingga, sejak awal tanam hingga panen, para petani tidak bisa lepas dari tengkulak. 

Makanya, harga yang ditetapkan para tengkulak tidak bisa ditolak para petani.

Hal ini, dikarenakan sejak awal, sudah bergantung dengan tengkulak termasuk modal.

"Bukan hanya modal, sampai untuk panen kami harus menyewa mesin panen. Itu, yang menyewakan tengkulak. Jadi, kami bisa apa kalau semuanya diatur tengkulak," ungkapnya.

Lanjut para petani, adanya penetapan harga gabah saat ini sedikit membawa harapan besar.

Namun, dengan adanya kriteria yang ditetapkan pastinya menjadi hambatan tersendiri bagi petani. 

Dengan kata lain, faktor kondisi cuaca dan juga tekanan dari tengkulak juga membuat petani tidak dapat berbuat banyak.

Karena, sejak awal petani sudah banyak bergantung dengan tengkulak.

"Pemerintah mau membeli gabah kami, tapi banyak kriterianya. Sedangkan tengkulak, dengan harga yang ditetapkan mereka tidak ada kriteria dan langsung dibayar saat itu juga. Kami petani ini, harus bagaimana. Makanya, kami selalu bergantung dengan tengkulak mulai dari modal sampai panen," ceritanya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved