Karhutla Sumsel
Warga Muratara Mulai Rasakan Dampak Karhutla, Kabut Asap Ganggu Kualitas Udara
Warga di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) mulai merasakan aroma asap dampak karhutla.
Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Shinta Dwi Anggraini
Laporan Wartawan TribunSumsel.com, Rahmat Aizullah
TRIBUNSUMSEL.COM, MURATARA - Warga di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) mulai merasakan aroma asap dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama di waktu subuh hingga terbitnya matahari.
Saat membuka pintu rumah subuh-subuh, warga merasakan udara kurang enak dihirup, berbeda dari sebelumnya terasa segar.
"Biasanya kita buka pintu subuh-subuh itu udara segar, enak menghirup udara pagi-pagi, kini mulai terasa bau asap," ujar Kasim, warga dibincangi TribunSumsel.com, Kamis (29/8/2024).
Aroma asap tersebut diyakini berasal dari aktivitas pembakaran lahan untuk membuka kebun yang dilakukan oknum warga secara diam-diam.
"Masuk musim kemarau ini sudah mulai orang mau buka kebun, bakar dikit-dikit, mungkin bau asap ini dari sana," katanya.
Sejak dua pekan terakhir, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai terjadi di beberapa titik walaupun belum terlalu parah.
Padahal pemerintah, kepolisian, dan TNI sudah berulang kali mengingatkan warga agar jangan membakar lahan.
Apalagi saat musim kemarau seperti ini memang biasanya dimanfaatkan oleh warga untuk membuka kebun dengan cara dibakar.
Warga lainnya, Subhan mengharapkan pemerintah, TNI, Polri tidak lengah mengantisipasi bahaya karhutla memasuki musim kemarau ini.
Dia mengaku ingat betul kabut asap karhutla yang melanda Muratara pada Oktober 2023 lalu sangat menyusahkan.
Dia berharap kejadian serupa tidak terulang kembali di tahun ini.
"Mudah-mudahan jangan lah ada asap lagi tahun ini, cukup lah tahun lalu susah sekali, napas sesak," katanya.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Muratara, Sumedi mengatakan karhutla menjadi ancaman serius bagi daerah ini.
"Karena itu kita sangat mengharapkan partisipasi aktif masyarakat untuk turut serta membantu mencegah," katanya.
Pihaknya terus mengimbau agar masyarakat jangan melakukan pembakaran hutan dan lahan karena ada banyak dampak buruk dari peristiwa tersebut.
Sumedi menjelaskan dampak buruk dari karhutla terhadap lingkungan dan alam.
Pertama, katanya, asap yang ditimbulkan dari karhutla tersebut dapat menyebabkan penyakit ISPA dan Asma.
Selain itu, juga dapat menyerang paru-paru, serta iritasi pada mata, tenggorokan, dan hidung.
Dampak kedua, lanjut Sumedi, hutan akan menjadi gundul, sehingga bisa berdampak pada banjir dan longsor.
Lalu yang ketiga, dampak buruknya adalah rusaknya spesies Flora dan Fauna yang hidup dan tumbuh di hutan.
"Banyak sekali dampak buruknya, maka dari itu kami betul-betul minta tolong jangan, jangan bakar hutan dan lahan, ini untuk kebaikan kita semua," tuturnya.
Baca artikel menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
Karhutla di Muba Hanguskan 5 Hektare Lahan, Petugas Lakukan 32 Kali Water Bombing untuk Jinakkan Api |
![]() |
---|
Sepanjang 2025, 1.416 Hektare Lahan di Sumsel Terbakar, Wilayah Ogan Ilir dan Muba Terbanyak |
![]() |
---|
4 Titik Karhutla di PALI Muncul Sepanjang Agustus 2025, Sulitnya Akses Jadi Kendala Utama Pemadaman |
![]() |
---|
Muara Enim Masuk Zona Merah Wilayah Karhula di Sumsel Bersama Ogan Ilir dan Musi Banyuasin |
![]() |
---|
Tanggulangi Karhutla, Sumsel Dapat Bantuan Tambahan 1 Helikopter Water Booming |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.