Liputan Khusus Tribun Sumsel
LIPSUS: Awalnya Enjoy Tapi Lama-lama Pusing, Kurikulum Merdeka Belajar di SMA, Siswa Tambah Les -1
Kurikulum Merdeka Belajar, yang diimplementasikan menyederhanakan kurikulum sebelumnya, belum bisa sepenuhnya bisa diterima siswa SMA di Palembang.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kurikulum Merdeka Belajar, yang diimplementasikan dengan menyederhanakan kurikulum sebelumnya, belum bisa sepenuhnya bisa diterima siswa SMA di Palembang.
Seperti yang diungkapkan oleh Riski dan Sabrina Siswa SMA Negeri 20 Palembang. "Awal-awal enjoy tapi lama-lama pusing juga, karena banyak materi yang harus dipresentasikan," kata Riski saat diwawancarai di SMA Negeri 20 Palembang di Kecamatan Gandus, Senin (31/7).
Riski, siswa kelas 11, masih dalam proses penyesuaian untuk bisa mengikuti kurikulum merdeka belajar karena masih banyak materi yang harus dipahami. Materinya sedikit tapi harus disampaikan melalui presentasi.
"Itu lumayan sulit, karena masih banyak hal yang belum mengerti, tapi kita disuruh mempelajari dan mempresentasikan di hadapan teman-teman. Untuk itu kita harus giat belajar, dan ditambah ikut les supaya paham," ungkapnya.
Untuk mengimbangi pelajaran di sekolah itu, dia les seminggu tiga kali. "Sebenarnya kurikulum merdeka belajar ini bagus untuk melatih soft skill kita sebagai pelajar. Hanya kami masih kesulitan untuk mempresentasikan hal-hal yang baru kami pelajari, sehingga butuh literasi lain," kata Riski yang bercita-cita jadi dokter.
Baca juga: Tarif Penyeberangan Palembang-Bangka Naik per 3 Agustus 2023, Rincian Tarif TAA ke Tanjung Kalian
Karena Riski bercita-cita jadi dokter mata pelajaran yang ia ambil kebanyakan IPA. Pelajar yang dianggapnya sulit seperti kimia, karena menurutnya banyak unsur-unsur yang harus dipahami.
"Untuk kurikulum merdeka belajar ini memang mengasah kreativitas. Jadi maaf ya, kalau yang kurang pintar akan ketinggalan. Untuk itu kita dituntut kreatif, cepat tanggap dan lain-lain. Kalau saya menyiasatinya ikut les, dan perbanyak baca," katanya.

Sementara itu menurut Sabrina, kurikulum merdeka belajar sebenarnya bagus untuk meningkatkan kreativitas, karena dengan presentasi bisa menunjukkan kepercayaan diri.
"Kesulitannya di materi, karena sedikit materi tapi kita harus paham. Lalu saat projek membuat karya, tapi dalam waktu singkat jadi agak kesusahan juga," kata Sabrina.
Sabrina juga cita-citanya jadi dokter. Untuk itu ia lebih banyak mata pelajaran IPA. Dia juga ikut les di luar sekolah dan mencari literasi lain.
"Kalau saya misal disuruh pilih, lebih suka kurikulum 2013 (K13) ketimbang kurikulum merdeka belajar. Karena kalau K13 materinya jelas, tapi memang secara kreativitas, kurang. Kalau di merdeka belajar dituntut kreativitasnya. Ia masing-masing kurikulum ada plus dan minusnya," cetusnya.
Sedangkan Suhadi, staf SMAN 20 bagian kurikulum, menambahkan, untuk dari segi sarana dan pra sarana tidak ada masalah. Buku juga lengkap.
"Untuk di kurikulum merdeka belajar ini memang harus benar-benar dipahami. Jadi kalau nggak baca dengan baik ya nggak akan paham. Kalau sudah terbiasa tidak ada masalah," katanya.
Menurutnya, di kurikulum merdeka belajar itu ada yang namanya Projek, Penguatan, Profil, Pelajar, dan Pancasila (P5). Itu yang membedakan dengan K13.
"Untuk projek kan membuat sesuatu, misal kalau kita ada buat abon dari tulang ikan. Nah karena itu produk dan bahannya agak banyak, jadi anak-anak buat sendiri di rumah, tapi divideokan. Nanti hasilnya dipresentasikan di sekolah," katanya.
Menurutnya, di projek ini bukan juga nilai yang bagus yang dikejar melainkan dilihat kreativitas anak-anak, disiplin dan lain-lain. "Kalau sudah benar, ya, bagus, kalau belum benar ya dikasih tahu supaya tahu," ujarnya.
"Untuk kendala, di awal-awal masih bingung seperti apa kurikulum merdeka belajar ini. Namun seiring waktu berproses sudah mulai terbiasa dan ini tahun ke dua," kata Suhadi.
Sementara itu untuk mata pelajaran yang anak-anak pilih di kelas 11 juga di lihat dari nilai kelas 10. Kemudian ada juga tes IQ dan didiskusikan juga dengan orangtua anaknya ambil mata pelajaran apa, disesuaikan dengan minat dan bakat.
Di SMA Negeri 14 Palembang juga baru tahun ini menerapkan Kurikulum Merdeka karena tahun kemarin telat mendaftar.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Riza Alfian mengatakan sekolah tersebut sudah menerapkan kurikulum merdeka dan fasilitas sekolah juga sudah siap yakni buku pelajaran sudah ada dan guru juga sudah mendapatkan pelatihan mengenai Kurikulum merdeka, sehingga tidak ada kendala dalam proses belajar mengajar.
"Sejauh ini dua pekan berjalan semua lancar belum ada protes atau kendala dari siswa atau juga wali murid semua berjalan mulus," katanya, Senin (31/7).
Riza mengatakan siswa tidak terkendala dalam penerapan Kurikulum merdeka seperti penerapan P5 yakni sistem pembelajaran yang bertujuan untuk mengamati dan menyelesaikan permasalahan di sekitar melalui lima aspek utama, yaitu potensi diri, pemberdayaan diri, peningkatan diri, pemahaman diri, dan peran sosial yang membuat siswa juga lebih banyak sekolah di luar ruangan.
Terkait sarana buku paket yang harus baru dan dibeli lagi, Riza mengatakan buku paket sudah disediakan oleh sekolah sehingga tidak harus membeli lagi. Jadi boleh dipinjam dan dibawa pulang selama anak belajar dan saat naik kelas nanti harus dikembalikan lagi. Buku paket juga harus dijaga dengan baik dan dikembalikan lagi setelah dipakai. Jika buku hilang maka harus diganti oleh siswa tersebut.
Penggunaan buku cetak juga harus dicatat dan inventarisir siapa yang meminjam agar nanti bisa dipertanggungjawabkan setelah selesai dipakai.
Riza menambah penggunaan Kurikulum merdeka ini juga tidak membuat perubahan jam belajar mengajar dan masih sama seperti sebelumnya. Sekolah tersebut tetap menerapkan sistem belajar full day Senin-Jumat dan Sabtu libur.
Jam belajar Senin-Selasa masuk pukul 06.40-15.50 WIB, Rabu-Kamis 06.40-15.15 WIB dan Jumat 06.40-11.35 WIB.
Siswa kelas XII SMAN 14, Susan mengatakan Kurikulum merdeka cukup menyita waktu dan tenaga karena jika biasanya belajar lebih banyak diterangkan oleh guru dan murid hanya menyimak saja dan mengerjakan tugas di rumah.
Berbeda saat ini, siswa harus aktif dalam pembelajaran yakni tugas kelompok. Harus cakap berkomunikasi dan menerapkan pelajaran tersebut juga membuat contohnya.
"Banyak project yang dibuat berkelompok dan itu juga membutuhkan banyak uang, jadi setiap minggu pasti harus mengeluarkan uang untuk membeli alat membuat project kelompok," katanya.
Salsabilah, siswi SMAN 14, mengatakan, setidaknya mereka harus menyiapkan uang hingga Rp 100 ribu dalam setiap minggu membuat tugas kelompok dan project itu.
"Kalau materi pelajarannya tidak terlalu sulit meski diubah metodenya tapi yang agak berat itu harus keluar uang cukup banyak setiap minggunya itu, tapi mau tidak mau harus dilakukan karena bagian dari proses pembelajaran," kata Salsabila.
Secara terpisah, Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Unggulan, Irwansyah SPd Msi, mengatakan, Kurikulum Merdeka Belajar mengacu pada pertumbuhan bakat dan minat peserta didik.
Peserta didik dapat memilih pelajaran yang dikehendaki sesuai minat dan bakatnya dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek atau project base learning (PBL).
"Dengan pendekatan ini, masa depan anak didik tidak ditentukan sekolah, tapi oleh anak itu sendiri," katanya.
Ia menyampaikan, guru juga diberikan keleluasaan dalam mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik.
"Di dalam program SMA sekarang tidak ada lagi program peminatan untuk yang memiliki Kurikulum Merdeka. Ya tidak ada lagi jurusan, kejuruan atau peminatan," terangnya.
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, tidak ada penjurusan IPA, IPS dan Bahasa di jenjang SMA, namun Siswa akan memilih mata pelajaran kelompok pilihan sesuai minat dan bakatnya dengan panduan guru Bimbingan Konseling.
Guru Sosiologi di SMAN 2 Unggulan, Agung Dirga, mengatakan, Kurikulum Merdeka sangat membantu guru dalam memberikan materi pelajaran menjadi lebih simpel.
Menurut Agung ke unggulan dari kurikulum merdeka jelas berpihak pada murid, jadi bisa menumbuh kembangkan bakat dan minat siswa. Kemudian juga mempermudah guru untuk mengembangkan cara mengajar.
"Jadi adanya kolaborasi antara guru dengan murid yang terbentuk dalam proses belajar dan mengajar,"imbuhnya.
Pemberlakuan Kurikulum Merdeka di SMA Negeri 2 Tebing Tinggi, Empat Lawang, sudah mulai diterapkan walau masih sembari terus belajar.
"Sudah diterapkan walaupun kami masih terus belajar, memang karena cenderung banyak di projek jadi guru-guru ini masih bingung di projek," kata Femi Widora, staf kurikulim SMA Negeri 2 Tebing Tinggi, Senin (31/7).
Sambungnya, untuk ketersediaan buku-buku Kurikulum Merdeka di SMA 2 Tebing Tinggi sendiri sudah ada walaupun masih dalam jumlah sedikit.
"Alhamdulillah sudah ada walau sedikit bisa digunakan, misalnya setiap kelas mau belajar diambil nanti dipulang pinjam kelas sebelah," ujarnya.
Sebagai antisipasi hal tersebut pihaknya juga menghimbau siswa untuk mengunduh aplikasi buku Kurikulum Merdeka di playstore telepon pintar.
Sementara di SMAN 1 Belitang, OKUT, telah menerapkan sistem kurikulum merdeka sejak tahun ajaran 2022. Kepsek H Prioyitno, SPd, MM, mengatakan, guru ada yang belum sepenuhnya paham sehingga sekolah terus mengadakan In House Training (IHT) untuk membekali guru.
"Selain itu kami juga telah mengadakan Study Tiru ke SMAN 3 Kayuagung awal 2023 kemarin. Semoga dewan guru dapat menjalankan kurikulum merdeka ini sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik," pungkasnya. (nda/tnf/cr42)
Baca berita lainnya langsung dari google news
Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel
Liputan Khusus Tribun Sumsel
Liputan Khusus Tribun Sumsel Kurikulum Merdeka Bel
Kurikulum Merdeka Belajar di SMA
kurikulum merdeka belajar
Aku Lokal Aku Bangga
Lokal Bercerita
mata lokal menjangkau indonesia
Berita Palembang Hari Ini
Tribunsumsel.com
Pemilik Kafe Kopi di Palembang Tertolong Momen Buka Bersama, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -3 |
![]() |
---|
Harga Kopi Rp 52 Ribu Per Kg Termahal Sepanjang Sejarah, Kini Ramai-ramai Beli Emas -2 |
![]() |
---|
LIPSUS : Bisnis Kafe Kopi Gulung Tikar, Harga Kopi Tembus Rp 52 Ribu Per Kg -1 |
![]() |
---|
Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku Bakal Matikan Usaha, GIPI Sumsel Ajukan Gugatan ke MK -2 |
![]() |
---|
LIPSUS: Pengunjung Karaoke Kaget Tarif Naik, Pajak Hiburan 40-75 Persen Berlaku -1 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.