Pendaki Gunung Seminung Disambar Petir

Detik-detik Saat Pendaki di Gunung Seminung Tersambar Petir, Tiga Kali Terdengar Suara Sambaran

Adapun pendaki yang meninggal dunia bernama Abdal Reka Anggara (18) asal Kabupaten Oku Selatan, Provinsi Sumatera Selatan.

Editor: Slamet Teguh
Kolase Tribunsumsel.com/ Tribun Lampung
Detik-detik Saat Pendaki di Gunung Seminung Tersambar Petir, Tiga Kali Terdengar Suara Sambaran 

Selanjutnya diketahui ada pendaki yang tewas dan alami luka berat.

"Tenda korban tewas dan yang alami luka berat lokasinya berada cukup jauh dari tiang bendera. Begitu pun tenda saya yang didirikan agak menjauh dari kerumunan tenda lain," katanya.

Menurut Zidan, kemungkinan penyebab petir menyambar puncak akibat sinyal ponsel.

Pasalnya, salah satu pendaki yang berada satu tenda dengan korban tewas terlihat sedang memainkan ponsel sebelum akhirnya petir menyambar puncak.

"Entah ada sinyal atau tidak di puncak, tetapi detik-detik sebelum petir menyambar ada yang main HP. Lalu saat petir menyambar, sontak HP-nya dibuang," katanya.

Saat ini, para pendaki asal Lampung Tengah ini dipastikan dalam kondisi baik dan hanya dilakukan perawatan luka.

Pihak keluarga juga telah menjemput mereka dan kembali ke rumah masing-masing.

"Saya dijemput keluarga, baru tiba di rumah subuh tadi sekira pukul 04.30 WIB," katanya.

Zidan mengatakan, peristiwa yang dialaminya dan pendaki lain adalah pengalaman yang tak terlupakan.

Hal tersebut bukan membuatnya kapok namun justru harus berhati-hati agar mengantisipasi kemungkinan terburuk di alam.

Sambar Tenda

Korban lainnya, Aji Saputra (24), warga Desa Gunung Besar, Abung Tengah, Lampung Utara, juga menjadi korban sambaran petir.

Ia mengalami luka bakar di punggung.

Ojin, sapaan akrabnya, mengatakan, pada Sabtu sekitar pukul 20.00 WIB cuaca masih cerah.

Tidak lama mulai hujan gerimis.

Sebagian pendaki sudah tidur mengingat cuaca sedang tidak bersahabat.

Sekitar 10 menit saat hujan gerimis, tetiba petir menyambar pohon dan masuk ke dalam tenda mereka.

"Langsung ada petir masuk lewat tanah dan menyambar tenda kami,” ujarnya.

Seketika itu punggungnya terasa perih akibat terkena sambaran petir.

“Saya mengalami luka bakar di punggung, kaki, tangan. Selain itu, barang-barang kami ikut hangus tersambar petir dan beberapa orang lainya," kata Ojin, Senin.

Yogi Aryanda (21), rekan Aji Saputra, menceritakan hal sama.

Menurutnya, ada 90 pendaki di Gunung Seminung.

Hampir semua tenda tersambar petir dan mengakibatkan satu korban meninggal dunia, puluhan orang mengalami luka-luka.

Pada malam itu ia dan rekan-rekannya masuk ke dalam tenda karena petirnya sangat mencekam dari segala arah.

“Malam itu benar-benar mencekam sekali dan tidak kami bayangkan sebelumnya," kata Yogi.

Setelah peristiwa tersebut, pagi harinya Basarnas datang untuk mengevakuasi korban yang meninggal serta luka-luka.

"Semua korban mendapatkan perawatan medis di puskesmas setempat," ujarnya.

Kepala Puskesmas Buay Nyerupa Metty Sylviani menjelaskan, kondisi korban Andi Yusuf dan Andika yang tersambar petir di Gunung Seminung sudah membaik.

“Alhamdulillah kondisi kedua korban atas nama Andi Yusuf dan Andika yang tersambar petir di Gunung Seminung sudah membaik. Pagi tadi masih dirawat. Setelah dilakukan observasi oleh dokter, akhirnya pasien sudah diperbolehkan pulang,” jelasnya, kemarin.

“Kondisi mereka sudah sehat semua, dan alhamdulillah sudah tidak ada yang dirawat lagi di sini,” tambah Metty.

Komunikasi Terputus

Ugek, anggota Kelompok Pecinta Alam Paspala Smanda Liwa, bersama rekan-rekan Pokdarwis Gunung Seminung sempat bersiaga di basecamp pendakian karena cuaca buruk sudah terpantau sejak Sabtu malam pukul 20.30 WIB.

Menurut Ugek, intensitas curah hujan yang mulanya sedang menjadi deras.

Sejak saat itu komunikasi dengan pendaki terputus karena hujan deras disertai petir.

"Saat petir menyambar puncak, dirinya dan tim basecamp menuju puncak untuk memeriksa kondisi para pendaki pada pukul 21.30 WIB meninjau kondisi para pendaki," katanya, Minggu (30/4).

Ugek mengatakan, korban yang terdampak luka parah hingga meninggal dunia mendirikan tenda di dekat tiang bendera puncak gunung. Lalu proses evakuasi dilakukan BPBD sejak tengah malam.

Menurutnya, sebagian besar pendaki yang terdata di pokdarwis adalah pendaki profesional. Namun sebagian lain merupakan pendaki pemula, seperti tiga pendaki asal Lampung Tengah yang terkena hipotermia.

Dirinya berharap bagi penghobi aktivitas pendakian untuk memastikan keadaan aman sebelum mendaki. Seperti cuaca baik, peralatan sesuai standar, logistik atau makanan dan minuman, dan tentunya kondisi fisik para pendaki harus prima. Hal yang sebagian besar dianggap sepele itu bisa berujung petaka jika tidak mengindahkannya.

"Terutama untuk pendaki pemula, jangan malu untuk belajar dari pendaki profesional yang ada," tutupnya.

Sebelumnya, Kepala BPBD Lampung Barat, Padang Priyo Utomo diwakili Kabid Kedaruratan dan Logistik, Mekal Novisa menjelaskan, korban yang meninggal tersambar petir langsung diserahkan ke pihak keluarga.

“Korban diantar langsung oleh jajaran TNI, Polri, Camat, pihak Puskesmas Buay Nyerupa serta sejumlah pihak terkait yang terlibat,” terusnya.

Menurutnya, lokasi pendakian merupakan dataran tinggi. Petir pun menyambar lokasi hingga mengenai para pendaki yang sedang bermalam.

 

Artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id 

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved