Pendaki Gunung Seminung Disambar Petir
Detik-detik Saat Pendaki di Gunung Seminung Tersambar Petir, Tiga Kali Terdengar Suara Sambaran
Adapun pendaki yang meninggal dunia bernama Abdal Reka Anggara (18) asal Kabupaten Oku Selatan, Provinsi Sumatera Selatan.
TRIBUNSUMSEL.COM - Pendakian Gunung Seminung dikabarkan meninggal dunia.
Hal tersebut tak lepas ada satu satu pendaki Gunung Seminung meninggal dunia akibat tersambar petir.
Selain itu, 7 pendaki lain alami luka berat dan 2 pendaki luka ringan akibat disambar petir.
Sementara 3 pendaki alami hipotermia.
Total ada 100 orang pendaki pada hari itu.
Tiga pendaki gunung bernama Zidan Alfalah, Aji Saputra, dan Yogi Aryanda menjadi saksi peristiwa tragis yang terjadi di Gunung Seminung, Kabupaten Lampung Barat, Sabtu (29/4/2023) lalu.
Mereka yang mendaki gunung bersama puluhan orang lain ikut tersambar petir hingga mengalami luka.
Adapun pendaki yang meninggal dunia bernama Abdal Reka Anggara (18) asal Kabupaten Oku Selatan, Provinsi Sumatera Selatan.
Ia meninggal akibat tersambar petir.
Korban meninggal dunia dan luka dibawa ke puskesmas setempat.
Selanjutnya korban meninggal diserahkan kepada keluarga.
Sementara korban luka berat masih dirawat di Puskesmas Buay Nyerupa, Kecamatan Sukau, Lampung Barat.
Petir Tiga Kali
Ditemui di rumahnya di Lampung Tengah, Senin (1/5/2023), Zidan menceritakan, saat itu ia mendaki Gunung Seminung bersama tiga temannya, yakni Frengky Gunawan (19), Muhammad Andika Pratama (18), dan Muhammad Anggi (20).
Mereka memulai pendakian pukul 13.00 WIB, Sabtu (29/4/2023).
Mereka melakukan pendakian di Gunung Seminung dengan alasan mengisi waktu libur sebelum kembali ke sekolah.
Setelah menempuh perjalanan enam jam dari Lampung Tengah, mereka tiba di basecamp pendakian.
Cuaca saat itu cerah berawan.
"Tidak ada tanda akan hujan. Petugas posko pendakian pun tidak memberikan peringatan cuara buruk," katanya, Senin (1/5/2023).
Zidan bersama ketiga temannya yang masih duduk di bangku SMA ini tergolong pendaki pemula.
Mereka membutuhkan waktu tempuh pendakian selama 5-6 jam.
Terlebih ada satu rekan bernama Muhammad Andika Pratama mudah lelah, jadi perjalanan pendakian cenderung lambat.
Mereka tiba di puncak gunung pukul 17.00 WIB dan langsung mendirikan tenda untuk bermalam.
"Sampai puncak pukul 5 sore pun saya masih melihat awan di langit cerah dan berwarna jingga. Tidak ada tanda mendung sama sekali," katanya.
Namun ketika malam hari sekira pukul 20.00 WIB, Zidan mendengar suara sambaran petir sebanyak tiga kali.
Namun menurutnya, saat petir menyambar cuaca masih terang dan belum hujan.
Bahkan ia masih melihat bintang di langit.
Baca juga: Ada 90 Pendaki di Gunung Seminung Saat Terjadi Peristiwa Sambaran Petir Menewaskan Seorang Pendaki
Baca juga: Daftar Nama Pendaki Gunung Seminung yang Alami Luka Berat dan Ringan Akibat Tersambar Petir
Panik dan Teriak
Zidan mengatakan, sambaran petir pertama dan kedua tidak menyambar puncak Seminung.
"Sambaran yang ketiga menyambar tepat di puncak Gunung Seminung hingga menciptakan suara dentuman keras dan cahaya terang," katanya.
Efek sambaran petir juga membuat sebuah pohon tumbang.
Selang satu menit kemudian, tiba-tiba hujan turun.
Zidan saat itu terkena sambaran petir.
Ia mengalami luka di pundak sebelah kanan.
Zidan bercerita, saat tersambar petir, kilat serasa menyambar kepala lalu melukai pundaknya.
Ia sempat tak sadarkan diri selama satu menit, kemudian disadarkan oleh temannya.
"Saat terbangun dari pingsan, kedua telinga terasa berdengung. Pundak sudah terluka," katanya.
Zidan mengatakan, dari mereka berempat, Andika Pratama yang mengalami luka cukup parah.
Petir menyambar pinggulnya, sehingga celana training dari pinggang sampai lutut robek seperti terbakar.
Sebagian jaket parasut yang dikenakan Andika ikut robek.
"Setelah tersambar petir, teman saya Andika menggigil, diduga mengalami hipotermia," kata dia
Pasalnya, Zidan melihat tubuh Andika gemetar.
Selain itu, terus Zidan, Andika sempat mengatakan jika sebagian tubuhnya dari kepala hingga ujung kaki sebelah kanan terasa panas.
Sementara sebagian lainnya kaku kedinginan.
Sementara di luar tenda, Zidan melihat para pendaki yang bermalam di puncak panik dan ada yang berteriak.
Selanjutnya diketahui ada pendaki yang tewas dan alami luka berat.
"Tenda korban tewas dan yang alami luka berat lokasinya berada cukup jauh dari tiang bendera. Begitu pun tenda saya yang didirikan agak menjauh dari kerumunan tenda lain," katanya.
Menurut Zidan, kemungkinan penyebab petir menyambar puncak akibat sinyal ponsel.
Pasalnya, salah satu pendaki yang berada satu tenda dengan korban tewas terlihat sedang memainkan ponsel sebelum akhirnya petir menyambar puncak.
"Entah ada sinyal atau tidak di puncak, tetapi detik-detik sebelum petir menyambar ada yang main HP. Lalu saat petir menyambar, sontak HP-nya dibuang," katanya.
Saat ini, para pendaki asal Lampung Tengah ini dipastikan dalam kondisi baik dan hanya dilakukan perawatan luka.
Pihak keluarga juga telah menjemput mereka dan kembali ke rumah masing-masing.
"Saya dijemput keluarga, baru tiba di rumah subuh tadi sekira pukul 04.30 WIB," katanya.
Zidan mengatakan, peristiwa yang dialaminya dan pendaki lain adalah pengalaman yang tak terlupakan.
Hal tersebut bukan membuatnya kapok namun justru harus berhati-hati agar mengantisipasi kemungkinan terburuk di alam.
Sambar Tenda
Korban lainnya, Aji Saputra (24), warga Desa Gunung Besar, Abung Tengah, Lampung Utara, juga menjadi korban sambaran petir.
Ia mengalami luka bakar di punggung.
Ojin, sapaan akrabnya, mengatakan, pada Sabtu sekitar pukul 20.00 WIB cuaca masih cerah.
Tidak lama mulai hujan gerimis.
Sebagian pendaki sudah tidur mengingat cuaca sedang tidak bersahabat.
Sekitar 10 menit saat hujan gerimis, tetiba petir menyambar pohon dan masuk ke dalam tenda mereka.
"Langsung ada petir masuk lewat tanah dan menyambar tenda kami,” ujarnya.
Seketika itu punggungnya terasa perih akibat terkena sambaran petir.
“Saya mengalami luka bakar di punggung, kaki, tangan. Selain itu, barang-barang kami ikut hangus tersambar petir dan beberapa orang lainya," kata Ojin, Senin.
Yogi Aryanda (21), rekan Aji Saputra, menceritakan hal sama.
Menurutnya, ada 90 pendaki di Gunung Seminung.
Hampir semua tenda tersambar petir dan mengakibatkan satu korban meninggal dunia, puluhan orang mengalami luka-luka.
Pada malam itu ia dan rekan-rekannya masuk ke dalam tenda karena petirnya sangat mencekam dari segala arah.
“Malam itu benar-benar mencekam sekali dan tidak kami bayangkan sebelumnya," kata Yogi.
Setelah peristiwa tersebut, pagi harinya Basarnas datang untuk mengevakuasi korban yang meninggal serta luka-luka.
"Semua korban mendapatkan perawatan medis di puskesmas setempat," ujarnya.
Kepala Puskesmas Buay Nyerupa Metty Sylviani menjelaskan, kondisi korban Andi Yusuf dan Andika yang tersambar petir di Gunung Seminung sudah membaik.
“Alhamdulillah kondisi kedua korban atas nama Andi Yusuf dan Andika yang tersambar petir di Gunung Seminung sudah membaik. Pagi tadi masih dirawat. Setelah dilakukan observasi oleh dokter, akhirnya pasien sudah diperbolehkan pulang,” jelasnya, kemarin.
“Kondisi mereka sudah sehat semua, dan alhamdulillah sudah tidak ada yang dirawat lagi di sini,” tambah Metty.
Komunikasi Terputus
Ugek, anggota Kelompok Pecinta Alam Paspala Smanda Liwa, bersama rekan-rekan Pokdarwis Gunung Seminung sempat bersiaga di basecamp pendakian karena cuaca buruk sudah terpantau sejak Sabtu malam pukul 20.30 WIB.
Menurut Ugek, intensitas curah hujan yang mulanya sedang menjadi deras.
Sejak saat itu komunikasi dengan pendaki terputus karena hujan deras disertai petir.
"Saat petir menyambar puncak, dirinya dan tim basecamp menuju puncak untuk memeriksa kondisi para pendaki pada pukul 21.30 WIB meninjau kondisi para pendaki," katanya, Minggu (30/4).
Ugek mengatakan, korban yang terdampak luka parah hingga meninggal dunia mendirikan tenda di dekat tiang bendera puncak gunung. Lalu proses evakuasi dilakukan BPBD sejak tengah malam.
Menurutnya, sebagian besar pendaki yang terdata di pokdarwis adalah pendaki profesional. Namun sebagian lain merupakan pendaki pemula, seperti tiga pendaki asal Lampung Tengah yang terkena hipotermia.
Dirinya berharap bagi penghobi aktivitas pendakian untuk memastikan keadaan aman sebelum mendaki. Seperti cuaca baik, peralatan sesuai standar, logistik atau makanan dan minuman, dan tentunya kondisi fisik para pendaki harus prima. Hal yang sebagian besar dianggap sepele itu bisa berujung petaka jika tidak mengindahkannya.
"Terutama untuk pendaki pemula, jangan malu untuk belajar dari pendaki profesional yang ada," tutupnya.
Sebelumnya, Kepala BPBD Lampung Barat, Padang Priyo Utomo diwakili Kabid Kedaruratan dan Logistik, Mekal Novisa menjelaskan, korban yang meninggal tersambar petir langsung diserahkan ke pihak keluarga.
“Korban diantar langsung oleh jajaran TNI, Polri, Camat, pihak Puskesmas Buay Nyerupa serta sejumlah pihak terkait yang terlibat,” terusnya.
Menurutnya, lokasi pendakian merupakan dataran tinggi. Petir pun menyambar lokasi hingga mengenai para pendaki yang sedang bermalam.
Artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id
Pendaki Gunung Seminung Disambar Petir
Pendaki di Gunung Seminung Tersambar Petir
Gunung Seminung
sumsel.tribunnews.com
Tribunsumsel.com
Ada 90 Pendaki di Gunung Seminung Saat Terjadi Peristiwa Sambaran Petir Menewaskan Seorang Pendaki |
![]() |
---|
Daftar Nama Pendaki Gunung Seminung yang Alami Luka Berat dan Ringan Akibat Tersambar Petir |
![]() |
---|
Kronologi Pendaki Asal OKU Selatan Tewas Tersambar Petir di Gunung Seminung, 3 Orang Hipotermia |
![]() |
---|
BREAKING NEWS : Pendaki Asal OKU Selatan Tewas Tersambar Petir di Gunung Seminung, 9 Orang Luka |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.