Berita Palembang

Perayaan Gap Go Meh di Pulau Kemaro Palembang 2023, Panitia Siapkan Jembatan dan Kapal Gratis

Perayaan Gap Go Meh di Pulau Kemaro Palembang 2023, panitia menyiapkan jembatan tongkang dan kapal gratis bagi warga yang akan menyeberang.

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Vanda Rosetiati
DOK TRIBUN SUMSEL
Perayaan Gap Go Meh di Pulau Kemaro Palembang 2023, panitia menyiapkan jembatan tongkang dan kapal gratis bagi warga yang akan menyeberang. 

Versi lain dari Cerita Rakyat Legenda Pulau Kemaro (Versi Tiongkok-Islam)

Pada zaman dahulu, datanglah seorang pangeran dari Negeri Cina, bernama Tan Bun An.

Ia datang ke Palembang untuk berdagang.

Suatu hari dia bertemu dengan anak seorang bangsawan yang bernama Siti Fatimah.

Tan Bun An langsung jatuh hati, begitu juga dengan Siti Fatimah.

Mereka akhirnya menjalin kasih dan berniat untuk menikah.

Karena Siti Fatimah merupakan anak seorang bangsawan dari Palembang Darusalam, tentu saja keluarga Siti Fatimah merasa berat hati jika harus menerima lamaran dari Tan Bun An yang berbeda agama dan budaya dengan mereka.

Akhirnya Ayah Siti Fatimah meminta syarat yang sulit untuk menghindari pernikahan tersebut.

Ayah Siti Fatimah meminta tujuh guci berisi emas yang di datangkan langsung dari Tiongkok.

Namun tak disangka, tanpa ragu Tan Bun An langsung menyetujui dan mengabarkan kepada keluarganya secepat mungkin.

Mendengar kabar bahwa Tan Bun An menyetujui syarat tersebut Ayah Siti Fatimah terkejut dan pasrah terhadap apa yang akan terjadi.

Karena Palembang dan Tiongkok berjarak sangat jauh, keluarga Tan Bun An menutupi emas di dalam guci tersebut dengan sawi/sayur asin agar terhindar dari perompak.

Berbulan bulan diperjalanan, sayur sayur asin tersebut telah membusuk.

Tan Bun An marah melihat isi guci yang seharusnya berisi emas tetapi malah berisi sayur yang sudah membusuk dan berulat.

Tanpa berpikir panjang Tan Bun An langsung membuang guci guci tersebut ke dalam sungai.

Lalu guci terakhir terjatuh di atas dek dan pecah, alangkah kagetnya ia melihat ternyata di dalam guci tersebut terdapat emas.

Tanpa berpikir panjang lagi ia terjun ke dalam sungai untuk mengambil emas-emas dalam guci yang sudah dibuangnya.

Seorang pengawalnya juga ikut terjun untuk membantu, tetapi kedua orang itu tidak kunjung muncul. Siti Fatimah akhirnya menyusul dan terjun juga ke Sungai Musi.

Untuk mengenang mereka bertiga dibangunlah sebuah kuil dan makam untuk ketiga orang tersebut.

Baca berita lainnya langsung dari google news

Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved