LIPSUS: Bisnis Properti Bergairah, Pengusaha di Palembang Optimistis, Gerak Lincah Seperti Kelinci 1

"Penjualan tahun lalu cukup bagus dan over dan pastinya tahun ini target penjualan juga pasti akan naik tapi kita harus optimis dan terus berusaha agar bisa mencapainya," kata Lim.

Tahun perayaan Imlek 2023 di tandai dengan shio kelinci air. Menurut ajaran agama Budha semua shio-shio yang telah menjadi tradisi artinya semua akan baik-baik.

Perayaan Imlek di Palembang pada tahun ini diadakan meriah dengan adanya pernak pernik Imlek seperti terpasang ratusan lampion, ribuan lilin (pelita), serta ribuan ummat Budha yang melakukan sembahyang dengan khusyuk.

Hal ini telah terpantau di beberapa tempat ibadat ummat Budha di Kota Palembang, seperti di klenteng Dewi Kwan Im, Vihara Dharmakirti, Vihara Prajna Shanti.

Menurut Darwis, pengurus Yayasan Vihara Dharmakirti Palembang, memang di tahun ini perayaan imlek shio kelinci air. Tapi, sebenarnya kalau dalam ajaran Budha shio apapun itu sama semuanya akan baik.

"Tergantung perilaku karma-karma yang dibuatnya, selama dia berbuat karma baik tentu jalan hidup nasibnya juga baik," tutur Koko Darwis kepada tribunsumsel.com, Sabtu (21/1).

Dikatakan Darwis, memang ada 12 shio dalam chinese Tiong Ha yaitu, Shio Kelinci, Kuda, Anjing, Kambing, Naga, Macan, Tikus dan sebagainya, tapi seiring ada yang menafsirkan tentang shio ini itu adalah bagian dari tradisi saja.

"Semua shio itu sama. Hanya ada orang berbagai analisa tentang kelinci, tapi bagi kami paling penting ummat Budha untuk mengajak mereka bagaimana untuk memperkokoh memperkuat ajaran budha untuk di praktek kan dalam kehidupan sehari-hari," ujar orang Tiong Ha.

Darwis menyebutkan, apabila ummat Budha dapat menjalankan ajaran Budha dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.

"Maka dipercayai dia terhindar dari segala musibah karma-karma yang kurang baik, dan dia akan dilimpahi berkah kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan yang baik," kata dia.

Tradisi untuk mengartikan sebuah shio itu ialah penanggalan lunar bagi masyarakat chinese Tiong Ha. "Orang suka membuat penafsiran itu menjadi tradisi saja.," tutup dia. (nda/tnf/cr21)

Baca berita lainnya langsung dari google news

Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel