Makanan MBG Sering Terbuang
LIPSUS: Makanan Program MBG Sering Terbuang Sia-sia, Orang Tua Ungkap Nasi Keras, Aroma Lauk Basi -1
Selain itu siswa setingkat SMP di kawasan Talang Jambe mengeluhkan, menu MBG yang mereka terima makin hari makin tak selera untuk dimakan.
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Slamet Teguh
TRIBUNSUMSEL.COMM, PALEMBANG - Di tengah hiruk-pikuk janji program Makan Bergizi Gratis (MBG), air muka Kiki (nama samaran) tak bisa menyembunyikan kegundahan. Sebagai orang tua yang menyekolahkan tiga anaknya—dua di SMP, satu di TK—ia seharusnya merasa lega mendapat bantuan gizi. Namun, realitas di lapangan jauh dari harapan.
“Selama ini, jujur saja, makanan itu tidak dimakan anak-anak saya,” keluhnya, suaranya terdengar pasrah.
“Saya tetap kasih bekal. Makanan yang seharusnya meringankan beban, malah terbuang sia-sia.”
Bagi Kiki, masalahnya bukan lagi soal menu yang sederhana, melainkan penurunan kualitas yang drastis. Ia menuturkan, paket makanan yang diterima ketiga anaknya sering kali tidak lagi dalam kondisi layak konsumsi.
Bekal Basi dan Aroma yang Tak Tertahankan
Keluhan Kiki berfokus pada dua hal mendasar: kesegaran dan higiene.
“Kadang pernah dibawa pulang. Begitu sampai rumah, nasinya sudah keras. Lebih parah lagi, aroma makanannya sudah tidak enak. Dingin, dan terasa seperti sudah dimasak berjam-jam lalu,” paparnya.
Kondisi makanan yang dingin, keras, dan beraroma tak sedap itu menjadi alasan utama mengapa anak-anaknya menolak menyentuh jatah MBG. Dalam kasus ini, tujuan mulia pemerintah untuk memberikan asupan gizi justru berbalik arah.
“Sekarang lebih banyak mubazirnya. Padahal, makanan gratis itu untuk memberikan gizi kepada anak, bukan untuk dibuang. Nyatanya di lapangan berbeda,” tegas Kiki. Ia berharap, pihak dapur penyedia (SPPG) bisa memastikan setiap porsi makanan disajikan segar (fresh), bukan sekadar mengirimkan paket yang asal sampai.
Selain itu siswa setingkat SMP di kawasan Talang Jambe mengeluhkan, menu MBG yang mereka terima makin hari makin tak selera untuk dimakan.
"Menunya makin hari makin sedikit sekali, kadang kalau hari Jumat cuma dikasih roti isi, kadang siomay seperti jajanan sekolah. Berbeda seperti seperti di awal-awal waktu diluncurkan ada susu, buah. Kita berharap ini bisa dinikmati terus," kata Gaza.
Baca juga: LIPSUS : Disdik Sumsel Larang Pungutan Berkedok Perpisahan, Imbau Kembalikan Uang ke Wali Murid -1
Baca juga: LIPSUS : Belum Ada RPU Bersertifikat Halal di Sumsel, Pemotongan Ayam Umumnya Dilakukan Sendiri -1
Ahli Gizi Sebut Takaran Belum Sesuai
Ketua Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI) Sumsel,Yenita, DCN, MPH, RD, menyatakan bahwa dari segi komposisi, program MBG di Sumsel sudah sesuai standar gizi, mencakup nasi, lauk hewani, nabati, sayur, dan buah.
“Pelaksanaannya sudah sesuai dengan standar yang dibuat. Tinggal bagaimana mereka memodifikasi, asalkan sesuai, itu tidak menjadi masalah,” kata Yenita.
Namun, ia menyoroti masalahtakaran.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.