Kisah Kakak Adik di Kendal
Alasan 2 Kakak Adik di Kendal Tak Beri Tahu Tetangga saat Ibu Meninggal dan Mereka Tak Makan 28 Hari
Kakak adik di Kendal ditemukan lemas tahan lapar 28 hari tak makan. Ibunya juga meninggal namun tak beri tahu tetangga dengan alasan ada pesan ibu
Ringkasan Berita:
- Setianingsih sakit pada 4 Oktober 2025 dan meninggal dunia sembilan hari kemudian, tepatnya 13 Oktober 2025
- 2 anaknya sengaja tak beri tahu tetangga karena pesan dari sang ibu yang tak mau merepotkan tetangga
- Ketahuan tetangga saat tercium bau tak sedap
TRIBUNSUMSEL.COM, KENDAL - Kisah kakak adik di Kendal, Jawa Tengah, belakangan menyita perhatian karena ditemukan dalam kondisi lemas setelah 28 hari tak makan dan hanya minum air putih.
Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (17) bahkan hidup bersama ibunya, Setianingsih (51), yang sudah meninggal dunia.
Kondisi mereka baru ketahuan tengah menahan lapar, usai tetangga mendobrak pintu mereka lantaran mencium bau tak sedap di rumah mereka di Dukuh Somopuro RT 07 RW 07 Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Sabtu (1/11/2025).
Bau tak sedap itu ternyata dari ibunya yang sudah meninggal dunia.
Apa alasan mereka tak memberi tahu tetangga soal ibunya yang meninggal ?
Ditemui di RS PKU Muhammadiyah Boja, Putri Setia Gita Pratiwi mengaku ibunya, jatuh sakit pada 4 Oktober 2025 dan meninggal dunia sembilan hari kemudian, tepatnya 13 Oktober 2025.
Sejak itu, dua bersaudara tersebut menutup rapat rumahnya di Boja dan tidak keluar membeli makanan.
Diterangkannya, Putri tidak meminta bantuan ke warga karena dilarang oleh ibunya.
Dia bercerita agar tidak ada yang mengetahui kondisi keluarganya dengan alasan tidak mau merepotkan tetangga.
"Enggak bilang ke tetangga, ibu enggak ngebolehin."
"Kami harus nurut ibu. Karena enggak mau ngerepotin tetangga," paparnya.
Keluarganya hanya mengkonsumsi air putih sejak 4 Oktober 2025 hingga Setianingsih ditemukan meninggal.
Dia mengatakan, tetangganya juga tidak ada yang tahu kondisi rumah dalam rentan waktu tersebut.
"Minum air putih direbus pakai kompor sampai ibu meninggal. Tetangga tidak tahu, tahunya pada 1 November 2025 itu."
"Saya sama adik minum air," katanya.
Putri menuturkan, ayahnya telah meninggal pada 2017 di Kalimantan.
Sejak saat itu, dia beserta keluarga yang awalnya tinggal di Semarang, kemudian pindah rumah ke Boja Kendal pada 2019.
"Ibu di Semarang tidak kerja, cuma masak bantu Budhe. Kalau ayah sudah meninggal," tuturnya.
Hingga kini, putri dan adiknya Intan Ayu Sulistyowati masih menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Boja Kendal.
Kepala Desa Bebengan, Wastoni mengatakan, sosok Setianingsih dikenal sebagai orang yang mudah bergaul dan aktif dalam kegiatan desa.
Namun sejak beberapa hari terakhir, Wastoni menemukan gelagat berbeda dari kedua anaknya.
Setianingsih mulai jarang keluar rumah.
Beberapa hari kemudian, Wastoni mendapati laporan warga bahwa Setianingsih telah meninggal dalam kondisi jenazah yang sudah membusuk.
Baca juga: Bupati Kendal Soroti Kasus Kakak Beradik Tahan Lapar 28 Hari Disamping Jasad Ibu, Singgung Empati
Kejadian itu terungkap setelah warga mencium aroma busuk dari dalam rumah.
Warga juga melihat kerumunan lalat berada di dekat jendela kaca rumah.
Namun saat akan masuk, ternyata pintu rumah dikunci dan diganjal menggunakan kursi.
Setelah dibuka perlahan, warga kemudian bertanya ke Putri Setia Gita Pratiwi untuk melihat ibunya yang diduga mengalami sakit.
"Ditanya sama warga, ibunya di mana. Terus dijawab di dalam, tapi ketika dilihat, Setianingsih sudah meninggal dan membusuk," terangnya.
Wastoni pun langsung memanggil pihak kepolisian serta warga untuk mengevakuasi jenazah.
Kedua anak Setianingsih kini dirawat di RS PKU Muhammadiyah Boja Kendal karena kondisi tubuh lemas kekurangan nutrisi.
"Itu langsung saya panggil pak polisi, dan ramai," imbuhnya.
Baca juga: 6 Fakta Kakak Adik di Kendal Lemas 28 Hari Tidak Makan Jaga Jasad Ibu Tewas Membusuk di Rumah
Bantah Tidak Peduli
Kepala Desa Bebengan, Wastoni merespons cibiran warganet di media sosial terkait meninggalnya Setianingsih.
Setelah jenazah Setianingsih ditemukan, peristiwa itu pun langsung viral di media sosial.
Tak sedikit warganet yang mempertanyakan kedekatan tetangga maupun perangkat desa atas ketidaktahuan kejadian tersebut.
"Di media sosial itu sempat ramai, katanya tetangga tidak peduli dan sebagainya," kata Wastoni.
Namun Wastoni membantah jika tetangga maupun perangkat desa tidak memerdulikan kondisi keluarga Setianingsih.
Dia berujar, keluarga Setianingsih dipandang sebagai kalangan mampu di desanya.
Setiap sebulan, selalu ada becak yang membawa barang belanja ke rumah Setianingsih.
Baca juga: Kronologi Lengkap 6 Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang Hanyut Saat Tubing Trip di Kendal, 4 Tewas
Keluarga Setianingsih juga dikenal aktif bersosialisasi, terutama dalam kegiatan desa, termasuk PKK.
"Itu enggak benar kalau tidak peduli. Bahkan proses mengurus jenazah pun kami sucikan sebagaimana mestinya," ungkapnya.
Menurut Wastoni, Putri sempat beli roti sebanyak Rp100 ribu di toko kelontong dekat rumah pada Jumat (3/10/2025).
Roti itu, katanya akan dimakan bersama adik dan ibunya.
Namun setelahnya, tetangga tak lagi melihat Putri keluar rumah lagi. Rumah Setianingsih selalu tertutup, dengan lampu yang menyala saat malam hari.
"Katanya, ibunya sudah tidak mau makan, dia lantas beli roti itu, ada tetangga yang lihat."
"Warga tahunya keluarga Setianingsih itu orang mampu, tapi sejak itu tidak keluar rumah. Lampu menyala saat malam, setelah pukul 21.00, lampu dimatikan lagi," paparnya.
Kondisi Anak Setianingsih
Dokter RS PKU Muhammadiyah Boja Kendal, Arfa Bima Firizqina mengungkapkan kondisi Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (17) yang terkulai lemas setelah tak makan hampir sebulan.
Kakak beradik itu sebelumnya tak makan sesuap nasi dan hanya meneguk air sumur yang direbus di rumahnya.
Aktivitas itu dilakukan sampai ibunya bernama Setianingsih (51) ditemukan meninggal membusuk pada Sabtu (1/11/2025).
"Keduanya mengalami kekurangan berupa kesadaran psikiater," katanya, Senin (3/11/2025).
Dokter Arfa mengungkapkan, saat pertama kali dibawa ke rumah sakit, keduanya dalam kondisi lemas. Adiknya Intan bahkan sudah tidak sadarkan diri.
Setelah dilakukan pemeriksaan awal, kedua korban tak mengalami kekurangan kadar gula meskipun sudah tidak makan nasi hampir sebulan.
"Tidak ada tanda kurang gula tapi mengalami dehidrasi," ujarnya.
Dia menerangkan, pihaknya masih kesulitan untuk proses asesment karena keterangan Putri selalu berubah. Sedangkan Intan mengalami kesulitan berbicara.
"Waktu dianalisis jawabannya selalu berubah," imbuhnya.
Saat ini, pihaknya masih fokus untuk memulihkan kondisi fisik kakak beradik yang telah ditinggal ibunya tersebut.
Di sisi lain, pihaknya juga akan terus memantau kondisi psikiater keduanya dan berkoordinasi dengan dokter psikiater.
"Dirawat sampai sini untuk pemulihan fisik sekira sepekan. Untuk kejiwaan, kami konsultasikan dengan dokter lain di bidangnya," tambahnya.
Dijenguk Bupati Kendal
Pemkab Kendal bergerak cepat memberikan bantuan jaminan masa depan bagi Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan Intan Ayu Sulistyowati (17).
Dua kakak beradik asal Dukuh Somopuro RT 07 RW 07 Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal itu sebelumnya dijumpai dalam lemas. Sedangkan ibunya, Setianingsih (51) tewas membusuk.
Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari menjenguk kakak-beradik itu yang kini menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Boja.
Bersama rombongan, Bupati yang akrab disapa Mbak Tika datang didampingi Kepala Dinsos Kabupaten Kendal, Muntoha.
Tika prihatin atas kejadian ini. Kondisi fisik sang kakak (Putri) berangsur membaik meskipun terkadang kondisi psikisnya masih belum stabil.
"Setelah masuk ke sini berangsur membaik. Sebelumnya Putri susah diajak komunikasi, sekarang sudah bisa, meski kadang-kadang masih berubah-ubah,"
"Karena mungkin psikis dan fisik belum bisa menerima keadaan yang menimpanya," katanya, Senin (3/11/2025).
Tika menambahkan, langkah pertama yang dilakukan ialah melakukan pendataan kepesertaan BPJS aktif. Hanya butuh waktu sehari, BPJS keduanya kini telah aktif dan sudah bisa digunakan.
"Sudah didaftarkan desa setempat dan sudah aktif. Kebetulan Kendal ada BPJS UHC. Alhamdulillah ini sudah bisa digunakan," sambungnya.
Selain pendataan kepesertaan BPJS, pihaknya juga akan menjamin kehidupan keduanya pasca menjalani perawatan di RS PKU Muhammadiyah Boja.
Kakak beradik itu akan ditempatkan di Panti Margi Utomo Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
"Untuk yang Intan karena mengalami keterbelakangan mental, akan ada perlakuan khusus, beda penanganan,"
"Sedangkan kakaknya sambil diberi pelatihan khusus di sana untuk masa depannya. Misal menjahit atau bagaimana. Kami sudah koordinasi dengan Dinsos Jateng," ungkapnya.
Bupati juga mengimbau agar perangkat desa lebih memperhatikan warga yang mulai menampilkan gelagat perubahan dalam bersosial.
Dia meminta agar Pemdes meningkatkan pengawasan ke setiap lini masyarakat.
"Saran dan masukan, terutama perangkat desa dari RT-RW jika ada warga yang menutup diri, masyarakat harus ada empati. Jangan sampai malah tidak diketahui," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Duka Warga Boja Kendal: Ibu Tewas Membusuk, Kakak Beradik Nyaris Sebulan Cuma Minum Air Putih
Baca berita lainnya di Google News
Bergabung dan baca berita menarik lainnya di saluran WhatsApp Tribunsumsel.com
| 6 Fakta Kakak Adik di Kendal Lemas 28 Hari Tidak Makan Jaga Jasad Ibu Tewas Membusuk di Rumah |
|
|---|
| Kondisi 2 Kakak Adik di Kendal Lemas Tak Makan 28 Hari, Keterangan Kakak Berubah, Adik Sulit Bicara |
|
|---|
| Awal Mula 2 Kakak Adik di Kendal Ditemukan Lemas 28 Hari Tak Makan & Ibu Meninggal, Kecurigaan Warga |
|
|---|
| Lemas 28 Hari Tak Makan, 2 Kakak Adik di Kendal Ternyata Dapat Pesan Sebelum Ibu Meninggal Dunia |
|
|---|
| Sosok 2 Kakak Adik di Kendal Ditemukan Lemas 28 Hari Tahan Lapar hanya Minum Air, Ibu Meninggal |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.