Breaking News

Dokter RSUD Sekayu Dianiaya

Kekerasan yang Dialami dr Syahpri Disebut Sebagai Akumulasi Kekecewaan Pelayanan di RSUD Sekayu

Memang, tindakan keluarga pasien tentu tidak dapat dibenarkan, akan tetapi akar persoalan juga jangan dinafikan.

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com
KEKERASAN TERHADAP DOKTER - Kekerasan yang Dialami dr Syahpri Disebut Sebagai Akumulasi Kekecewaan Pelayanan di RSUD Sekayu 

Selanjutnya hari ini, tim yang dipimpin Kasat Reskrim langsung melakukan proses penyelidikan. Kapolres meminta doa dan dukungannya agar seluruh pihak terkait dapat menghormati proses hukum.

"Kami pastikan akan diproses sesuai prosedur yang berlaku. Buktinya tadi pagi, saya langsung asistensi yang dihadiri Kasat Reskrim, Kasi Propam untuk memastikan kasus ini berjalan sesuai prosesnya," tegasnya.

Kapolres menyebutkan, sejauh ini sudah dua orang saksi yang diperiksa.

Saat ini pihaknya baru menerima laporan terkait peristiwa yang terjadi saat itu. 

"Nanti akan terlihat saat proses penyidikan, peristiwa itu melanggar pasal berapa. Apabila kedua belah pihak ini nantinya akan bertemu untuk mengupayakan hal kebaikan (damai) tentu kita fasilitasi. Yang jelas selagi belum ada, proses hukum tetap jalan," ucapnya.

Penjelasan Keluarga Pasien

Setelah viral video dokter di RSUD Sekayu Muba, Sumsel bernama dr Syahpri Putra Wangsa yang dimaki dan dipaksa melepas masker oleh keluarga pasien. Kini, Ismet Syaputra, keluarga pasien tersebutpun muncul dan memberikan penjelasan.

Ia mengaku kecewa karena sang ibu yang dirawat di RSUD Sekayu harus menunggu dokter hingga empat hari sejak masuk rumah sakit.

Padahal ia ingin mendapatkan pelayanan cepat sehinga menempatkan ibunya di kamar VIP.

 “Kami datang hari Jumat, rujukan dari Klinik Smart Medica. Ibu saya dirawat karena diabetes komplikasi. Kondisinya membaik, sadar, demam turun, gula darah stabil setelah dirawat di RSUD Sekayu. Tapi kami diminta menunggu dokter sampai hari Selasa,” ujar Ismet, Rabu (13/8/2025).

Menurutnya, pelayanan yang diberikan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Ingin pelayanan VIP yang diterima sama seperti pelayanan BPJS. 

“Kami memilih pelayanan umum atau VIP karena ingin pelayanan maksimal. Kalau dokter tidak ada saat akhir pekan, apa bedanya dengan BPJS. Sedangkan VIP saja seperti ini,” ungkapnya.

Kekecewaan Ismet bertambah ketika mengetahui hasil pemeriksaan dahak ibunya yang ia klaim sudah tersedia sejak Sabtu, namun baru dicek pada Selasa.

 Saat menanyakan tindak lanjut perawatan, ia mengaku hanya mendapat jawaban untuk bersabar.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved