Berita UMKM

Kisah Herman, Perajin Sapu Ijuk di Palembang Tetap Bertahan Hingga Mampu Kuliahkan Anak Masuk S2

Sejak tahun 1973, tepatnya saat masih duduk di kelas 4 SD pada usia 10 tahun, Herman telah akrab dengan serat alami bahan dasar membuat sapu ijuk.

SRIPOKU/SYAHRUL HIDAYAT
KISAH INSPIRATIF -- Herman saat membuat sapu ijuk yang sudah bertahun-tahun jadi tumpuannya mencari nafkahm Selasa (6/5/2025). Herman adalah segelintis penjual sapu ijuk di Palembang yang masih bertahan. 

"Tidak takut karena masih ada yang beli dan pesan," ujarnya dengan yakin.

Bahan baku ijuk yang didapat dari Lubuklinggau sebanyak tiga ton setiap satu setengah bulan menjadi bukti bahwa permintaan akan sapu ijuknya masih tinggi.

Pasar sapu ijuk Herman bahkan merambah hingga ke Pekanbaru dan Padang.

Modal usaha yang berkisar antara Rp 25 hingga Rp 50 juta dirasanya cukup untuk menjalankan roda bisnisnya.

Herman kini mengharapkan bantuan dana lunak yang tidak memberatkan, hingga kini belum ada.

"Rezeki sudah yang mengaturnya, tetap berusaha saja," tuturnya penuh semangat.

Untuk menghasilkan sapu ijuk berkualitas, Herman menggunakan ijuk pilihan, tangkai bambu yang telah diluruskan (mengingat kayu semakin sulit didapat), dan sampul plastik.

Satu kilogram plastik bisa digunakan untuk membungkus sekitar 100 tangkai sapu agar terlihat lebih menarik. Harga jual sapu ijuk lantai Rp 7.000 dan sapu langit-langit Rp 12.500.

Dengan omzet kotor sekitar Rp 6 juta per bulan, Herman berhasil menyekolahkan keenam anaknya hingga meraih gelar sarjana, bahkan ada yang S2.

Pemasaran produknya dibantu oleh canvaser yang setia menjajakan sapu ijuk hingga ke pelosok daerah seperti Bayung Lencir, Sekayu, Pekanbaru, Jambi, dan Padang. 

"Kalau sore sudah laku, mereka langsung transfer agar duit itu tidak hilang," jelas Herman.

Di warung sederhana di depan rumahnya, selain berbagai jenis sapu ijuk, juga dijual sapu lidi, serokan air, tirai bambu, kemoceng plastik halus, serta sapu ijuk bungkus plastik pabrikan.

Ini menjadi bukti bahwa Herman tak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga beradaptasi dengan permintaan pasar.

 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved