Berita UMKM

Kisah Herman, Perajin Sapu Ijuk di Palembang Tetap Bertahan Hingga Mampu Kuliahkan Anak Masuk S2

Sejak tahun 1973, tepatnya saat masih duduk di kelas 4 SD pada usia 10 tahun, Herman telah akrab dengan serat alami bahan dasar membuat sapu ijuk.

SRIPOKU/SYAHRUL HIDAYAT
KISAH INSPIRATIF -- Herman saat membuat sapu ijuk yang sudah bertahun-tahun jadi tumpuannya mencari nafkahm Selasa (6/5/2025). Herman adalah segelintis penjual sapu ijuk di Palembang yang masih bertahan. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Di tengah gempuran produk modern berbahan plastik, Muhammad Syahermanto (69) atau biasa disapa Herman, tetap teguh mempertahankan warisan leluhur.

Di bawah kolong rumah panggungnya di Jalan Kemas Rindo, Kertapati, Palembang, jemari lincahnya menari merangkai ijuk menjadi sapu yang kokoh dan andal.

Ia adalah satu dari segelintir perajin sapu ijuk yang tersisa di kota ini.

"Sekarang di sini tinggal dua, saya dan satu lagi tapi sudah jarang produksi, cuma jual," ungkap Herman dengan nada prihatin, mengenang masa jayanya ketika banyak tetangga turut menekuni kerajinan serupa.

Sejak tahun 1973, tepatnya saat masih duduk di kelas 4 SD pada usia 10 tahun, Herman telah akrab dengan serat alami berwarna hitam legam ini.

Baginya, membuat sapu ijuk bukan sekadar pekerjaan, melainkan bagian dari hidupnya.

Proses pembuatannya pun masih dipertahankan secara tradisional. 

Tumpukan bambu yang akan menjadi tangkai sapu dan gunungan ijuk menjadi pemandangan sehari-hari di bawah rumahnya yang bertiang kokoh itu.

Dengan cekatan, Herman memilah ijuk yang sudah dipotong rapi sepanjang 40 cm dan lebar 50 cm.

Lalu menyatukannya dengan tangkai bambu. Dalam hitungan detik, sapu ijuk pun rampung setelah dijahit dan dipasangi bungkus plastik pada tangkainya.

Herman mengatakan dia bisa buat sapu ijuk secara otodidak.

"Berawal bongkar sapu ijuk kemudian memasang kembali dan bisa," ujar bapak delapan anak dan tujuh cucu ini yang dijumpai beberapa waktu lalu.

Dua varian produk dihasilkan, sapu panjang untuk membersihkan langit-langit rumah dan sapu pendek untuk menyapu lantai.

Selain itu, ia juga membuat sapu ijuk dengan pembungkus plastik pabrikan yang diisi dan dieratkan ijuk pada setiap lubangnya.

Dulu, Herman dibantu banyak pekerja, namun kini hanya tersisa tujuh orang. Setiap sapu yang mereka hasilkan dihargai Rp 1.000.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved