Kopi Sumsel
Prospek Pengembangan Kopi Liberika Tumpang Sari dengan Karet, Tingkatan Pendapatan Petani di OKU
Prospek pengembangan kopi Liberika diantara tanaman karet untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Penulis: Leni Juwita | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM, BATURAJA -- Bagi sebagian masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan, perkebunan kopi tak hanya sebagai tanaman pendamping dan juga dibuat olahan bubuk kopi namun juga berperan penting dalam menyelamatkan koservasi lingkungan.
Komoditas unggulan di Kabupaten Ogan Komering Ulu tahun 2023 ini adalah Karet (15.395 ton) dan produksi karet (rubber) mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya yang cukup signifikan setelah pandemi covid dan harga kembali normal (Statistik BPS, 2024).
Harga normal dengan kisaran 13.000 Per kg getah karet/rubber belum mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga tani.
Sementara ini, kabupaten OKU menduduki peringkat kelima setelah Kabupaten Muara Enim, Lahat, Empat Lawang dan OKU Selatan dalam produksi kopi dalam wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang merupakan provinsi dengan Perkebunan kopi terbesar di Indonesia (251.529 ha) (Hanapi.S dkk. 2024, Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkular, Badan Riset dan Inovasi Nasional).
Baca juga: Demi Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas Panen, Pemkot Pagar Alam Kembangkan Kloning Kopi Basemah
Terpisah Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten OKU Husmin SP MM melalui Kabid Perekabunan, Mirza AP mengatakan, luas perekebunan kopi di Kabupaten Ogan Komering Ulu sekitar 22. 099 hektare dengan rincian kebun yang belum menghasilkan 1.49 haktare, kebun yang sudah menghasilkan 17.221 hektare tanaman rusak atau tidak menghasilkan 3.366 hektare.
Sedangkan total produksi 20.665 ton biji kering per tahun dengan jumlah petani 20.988 petani.
Sedangkan sebaran kebun kopi berada di Kecamatan (Pengandonan, Ulu Ogan, Muara Jaya, Lengkiti, Sosoh Buay Rayap) dengan jenis kopi robusta.
Sesuai habitatnya yang cocok itu kopi robusta degan ketinggian 990 MDPL (Meter Diatas permukaan Laut).
Sadar OKU berada di peringkat ke-5 Kabupaten penghasil kopi, OKU tidak mau tinggal diam apalagi Kabupaten berjuluk Bumi Sebimbing Sekundang ini memiliki persiet Kopi Sidiq Hanapi SP MSc (Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkular, Badan Riset dan Inovasi Nasional).
Kata Sidiq, sudah sejak beberapa tahun terakhir ini Kabupaten OKU mereka mulai membudidayakan kopi Liberikan.
Anugerah bagi petani kopi dan petani karet yang juga melakukan intercropping (tumpang sari) dengan tanaman kopi Liberika.
Intercropping atau dikenal juga dengan istilah tumpang sari dengan menanm kopi liberia di antara tanaman karet ini dapat memaksimalkan penggunaan lahan dan sumber daya serta meningkatkan produktivitas tanaman.
Terobosan ini sudah dilakukan oleh beberapa petani di Desa Penilikan,Kcamatan Peninjaun dan Desa Lekis Rejo Kecamatan Lubuk Raja.
Menurut Sidiq, ini bisa menjadi alternatif pola tanam agroforestry prospek pengembangan kopi Liberika (Coffea liberica) diantara tanaman karet (Hevea brasiliensis) untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Lebih jauh pria yang sudah beberapa kali mendapat penghargaan nasional sebagai periset kopi ini menjelaskan, nama kopi Liberika (Coffea liberica) mungkin tak sepopuler kopi Robusta (Coffea Sanephora) dan Arabika (Coffea arabica L.).
Sempat Anjlok, Harga Kopi di Pagar Alam Naik Lagi, Petani Sumringah Mulai Jual Hasil Simpanan Panen |
![]() |
---|
Sempat Turun Jauh, Harga Kopi di Empat Lawang Kini Naik Lagi Hingga Rp 55 Ribu Perkilo |
![]() |
---|
Harga Kopi di Empat Lawang Kini Perlahan Kembali Naik, Meski Masih di Bawah Rp 50 Ribu Perkilo |
![]() |
---|
Hasilkan 56 Ribu Ton Pertahun, Bursah Zarnubi Ingin Kopi Robusta Lahat Tembus Pasar Internasional |
![]() |
---|
Tingkatkan Daya Saing, Pemkab Lahat Gelar Bimtek Bagi Petani dan UMKM Kopi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.