Berita Viral

Reaksi Keluarga MKA Santri Tewas Dilempar Kayu Berpaku oleh Guru Ngaji di Ponggok Blitar, Ikhlas

Keluarga MKA(13) santri pondok pesantren (Ponpes) di Kecamatan Ponggok, Blitar yang tewas dilempar kayu berpaku oleh guru ngaji sempat tak terima

Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
SURYA.CO.ID/Samsul Hadi
Nenek korban dan paman korban menunjukkan foto korban (kanan) di layar ponsel, Jumat (27/9/2024). Keluarga MKA(13) santri pondok pesantren (Ponpes) di Kecamatan Ponggok, Blitar yang tewas dilempar kayu berpaku oleh guru ngaji sempat tak terima 

TRIBUNSUMSEL.COM - Keluarga MKA (13) santri salah satu pondok pesantren (Ponpes) di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar yang tewas dilempar kayu yang ada pakunya oleh guru ngajinya berusaha ikhlas melepas kepergian korban.

Diketahui, MKA tinggal bersama nenek dan pamannya setelah kedua orangtuanya bercerai.

Sebagai seorang nenek, Suparti sebenarnya tidak terima dengan peristiwa yang dialami cucunya. 

Baca juga: Kronologi Santri di Ponggok Blitar Tewas Setelah Terkena Lemparan Kayu Berpaku,Berawal Diminta Mandi

Namun, kini ia berusaha ikhlas.

"Sebenarnya keluarga tidak terima, tapi katanya cucu saya dilempar bukan dipukul (kayu). Saya akhirnya ikhlas menerima apa adanya. Sebenarnya sebagai orang tua tidak terima, tapi mau gimana ini sudah takdir," kata Suparti, dilansir dari Tribunjatim.com, dikutip pada Sabtu, (28/9/2024).

Suparti mengatakan banyak orang memberi saran agar keluarga menuntut ke pelaku atas kejadian yang menimpa cucunya.

"Tapi saya terima apa adanya. Karena (cucu saya) ditakdirkan begitu, saya terima apa adanya," ujar Suparti. 

Berdasarkan cerita teman-temannya di pondok, kata Suparti, cucunya waktu itu sudah hendak pergi mandi. 

Karena handuknya ketinggalan, korban kembali ke kamar untuk mengambil handuk. 

"Kata teman-temannya, ustaz itu mau melempar (kayu) anak lain, tapi cucu saya pas lewat, akhirnya kena cucu saya," katanya.

Baca juga: Sosok MKA Santri Tewas Dilempar Kayu Berpaku Oleh Guru Ngaji di Ponggok Blitar, Sempat Koma 2 Hari

Kayu yang dilempar ustaz ada pakunya dan menancap di bagian belakang kepala korban.

Begitu paku dicabut, korban langsung jatuh pingsan. 

Sang nenek baru mendapatkan kabar jika cucunya sudah dalam kondisi koma di rumah sakit.

Keluarga mendapat kabar dari pihak pondok sekitar pukul 07.00 WIB. 

"(Paku) dicabut, (korban) langsung pingsan, langsung jatuh. Sama ustaz dibawa ke rumah sakit. Saya jam 7 ditelepon katanya cucu saya di rumah sakit. Di sana (rumah sakit) cucu saya sudah koma," katanya.

Setelah dua hari koma, korban dinyatakan meninggal dunia.

"Lalu (korban) dirujuk (dari RSUD Srengat) ke RSUD di Pare Kabupaten Kediri. Di Pare juga masih koma dan akhirnya meninggal dunia. Setelah itu, dari Polres juga datang (ke rumah), saya juga diminta lapor, tapi sampai sekarang belum ke polisi," lanjutnya. 

Sementara itu, paman korban, qwal Rikky Susanto (29) menuturkan peristiwa yang dialami keponakannya terjadi pada Minggu (15/9/2024) sekitar pukul 06.00 WIB. 

Baca juga: Viral Santri di Ponggok Blitar Meninggal Dunia Setelah Dilempar Guru Ngaji Pakai Kayu Berpaku

Saat itu, pengurus pondok sudah membawa korban ke RSUD Srengat Kabupaten Blitar

"Neneknya ditelepon pihak pondok. Waktu itu, neneknya masih siap-siap mau sambangan (ke pondok). Dikabari kalau korban masuk rumah sakit. Dikira sakit apa, karena korban punya riwayat sesak napas," ujarnya. 

"Neneknya langsung ke rumah sakit (Srengat). Saya masih kerja dan baru menyusul ke rumah sakit sekitar pukul 10.30 WIB," lanjutnya. 

Ketika sampai di RSUD Srengat, Iqwal melihat kondisi korban kritis dan dirawat di ruang IGD. 

Kondisi korban sempat drop dan diberi oksigen oleh rumah sakit.

"Korban kritis, dirawat di ruang IGD. Pertama hanya diinfus, lalu kondisinya ngedrop, dikasih alat selang (oksigen) sempat stabil, habis itu kondisinya naik turun," katanya. 

Dikatakannya, RSUD Srengat Kabupaten Blitar kemudian merujuk korban ke RSKK hari itu juga. 

"Siang itu juga dirujuk ke RSKK. Antara pukul 15.00 WIB atau pukul 16.00 WIB sudah di RSKK. Kondisi korban masih kritis dan korban meninggal pada Selasa (17/9/2024) sekitar pukul 08.00 WIB," ujarnya. 

Menurutnya, RSKK sebenarnya hendak melakukan operasi kepada korban. Namun, RSKK menunggu kondisi korban stabil untuk melakukan operasi. 

"Rumah sakit belum berani melakukan operasi kalau kondisi korban masih drop. Tapi, sebelum dilakukan operasi, keponakan saya meninggal dunia," katanya. 

Iqwal mengatakan, selama ini korban tinggal bersama neneknya. Ayah dan ibu korban sudah bercerai. 

Ibu korban kerja di Taiwan, sedang ayah kandungnya kerja di Malaysia. 

Korban berada mulai belajar di pondok sejak kelas 3 SD sampai sekarang kelas 8 MTs.

"Sejak kelas 3 SD, keponakan saya sekolah dan mondok di sana. Sekarang keponakan saya kelas 2 MTs. Keponakan saya tidurnya juga di asrama pondok," katanya.

(*)

Baca berita lainnya di google news

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved