Berita UMKM

Mulai Ditinggalkan, Pengrajin Dandang di Lubuklinggau Kesulitan Pemasaran Hingga Bahan Baku Mahal

Dandang alat memasak nasi tradisional terbuat dari bahan tembaga dan alumunium kini mulai tergerus kemajuan zaman.

Penulis: Eko Hepronis | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM/EKO HEPRONIS
Ruslan salah satu pengrajin Dandang di RT Kelurahan Bandung Kiri, Kecamatan Lubuklinggau Barat I, Kota Lubuklinggau Sumsel, Jumat (13/9/2024). 

Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Eko Hepronis

 

TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU -- Dandang alat memasak nasi tradisional terbuat dari bahan tembaga dan alumunium kini mulai tergerus kemajuan zaman.

Berkurangnya minat masyarakat menggunakan dandang ini karena mulai kalah dengan alat memasak listrik yang mulai banyak digunakan masyarakat.

Akibatnya banyak pengrajin memilih pekerjaan lain, hal itu itulah yang dirasakan para pengrajin dandang di RT 01 Kelurahan Bandung Kiri Kecamatan Barat I, Kota Lubuklinggau Sumsel.

Ruslan pengrajin dandang mengungkapkan bila saat ini pengrajin dandang di wilayah itu tinggal empat orang lagi karena sudah banyak beralih profesi.

"Dulu 14 orang karena perkembangan zaman sekarang tinggal 4 orang lagi yang masih bertahan," ungkap Ruslan pada Tribunsumsel.com, Jumat (13/9/2024).

Baca juga: Nikmatnya Bubur Ayam Bandung Teh Santi di PALI, Rasanya Gurih Hasil Perpaduan Berbagai Rempah

Ruslan mengatakan menjadi pengrajin dandang sudah sejak lama yakni tahun 1990 yang diperolehnya dari keluarga secara turun temurun  dari keluarga.

Baginya tak ada pilihan lain, untuk terus meneruskan bisnis keluarga yang sudah berhasil membesarkannya hingga dapat membuat rumah yang ditempatinya saat ini.

"Bisnis yang kami tekuni pernah menjadi kebutuhan primer pada tahun 1990 hingga tahun 2005 jauh sebelum adanya penanak nasi elektrik," ujarnya.

Ruslan menyampaikan untuk peredaran dandang ini pun terbilang luas, mulai dari Palembang, Padang hingga Riau.

"Kalau penjualan kita sudah hampir seluruh pulau Sumatera, dari Bengkulu, Padang, Riau bahkan ada yang sampai Medan," ungkapnya.

Harganya pun berpartisipasi tergantung bahan dan ukuran mulai dari harga Rp.150 ribu hingga Rp.500 ribu per buahnya.

“Harga kita menyesuaikan tergantung bahan dan ukuran kalau yang biasa itu diharga Rp125  ribu untuk ukuran 10 Kg,  tapi kalau yang bahannya tebal itu kita hargai Rp.500 ribu,” ucapnya.

Namun, di zaman modern seperti saat ini para pengrajin dandang kesulitan melakukan pemasaran sampai bahan baku yang mulai mahal.

"Saya berharap semoga pemerintah lebih peka dengan usaha kami, saat ini kami masih perlu modal dan peralatan agar bisa tetap eksis di zaman modern seperti saat ini,” ujarnya. 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved