Berita UMKM
Rintis Usaha Sejak 2016, Firsty Collection Hadirkan Inovasi Lestarikan Kain Gebeng Khas Ogan Ilir
irsty Collection sejak 2016 berinisiatif menghasilkan inovasi rancangan busana dengan kombinasi kain gebeng khas Ogan Ilir.
Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM, INDRALAYA - Firsty Sazkia Jultriyanti, wanita yang telah merintis usaha Firsty Collection sejak 2016 berinisiatif menghasilkan inovasi rancangan busana dengan kombinasi kain gebeng khas Ogan Ilir.
Firsty Collection adalah saha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang berada di Desa Penyandingan Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir.
Saat TribunSumsel dan Sripoku.com bertandang ke kediamannya, Firsty sedang merancang busana kebaya yang ia kombinasikan dengan kain gebeng.
"Ada pesanan kebaya dengan bahan katun toyobo, brokat chantilly, dipadu dengan kain gebeng," kata Firsty, Selasa (20/8/2024).
Baca juga: Upaya Pelaku UMKM Lestarikan Kain Gebeng Khas Ogan Ilir, Promosikan Kearifan Lokal Plus Dapat Cuan
Firsty mendapatkan bahan kain gebeng dari pengrajin di Desa Tanjung Pinang dan Limbang Jaya di Kecamatan Tanjung Batu.
"Ada juga kain gebeng dari desa sini tapi tidak banyak," ujar Firsty.
Setelah mendapatkan bahan kain gebeng, wanita 24 tahun ini mulai merancang busana sesuai permintaan.
Untuk satu set kebaya, membutuhkan waktu pembuatan selama kurang lebih tiga jam.
Namun jika busana tersebut dihiasi payet maupun komponen hiasan lainnya, waktu perancangan busana bisa lebih lama karena memerlukan ketelitian.
Mula-mula, Firsty menggambar pola pakaian langsung pada bahan katun.
Jika perancang busana pada umumnya membuat pola menggunakan bahan kertas, namun Firsty tidak melakukannya.
"Menggambar pola pada bahan pakaian lebih praktis dan cepat, namun harus teliti. Jika tidak, maka bahan akan terbuang sia-sia dan pastinya penjahit merugi," tutur Firsty.
Langkah selanjutnya yakni menyatukan ketiga bahan tersebut dengan cara menjahitnya.
Dalam sebulan, Firsty Collection melayani pemesanan rata-rata 30 busana atau satu set busana per hari.
Untuk setiap busana, harganya bervariasi tergantung dengan aksesoris maupun pernak-pernik yang digunakan.
"Kalau busana polos itu harga mulai Rp 150 ribu. Tapi ada juga pemesan yang minta dipasang payet untuk menambah kesan glamor pada pakaian tradisional dan itu harganya mulai Rp 200 ribu," jelas Firsty.
Rencananya, lima set busana kebaya rancangan Firsty akan ditampilkan pada sebuah pameran di Jakarta yang diikuti Pemkab Ogan Ilir pada 25 Agustus mendatang.
Menurut wanita berkacamata ini, upaya pelestarian kain gebeng dapat dilakukan dengan mengikuti perkembangan zaman.
Di mana kain gebeng amat cantik jika dipadukan dengan berbagai model busana kekinian.
"Perancang busana harus kreatif, inovatif dan menjaga kualitas produk busana tersebut agar semakin banyak yang suka kain gebeng," kata Firsty.
Baca artikel menarik lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel
Kisah Salim, Masih Bertahan Jadi Pembuat Mainan Kapal dan Pesawat Gabus Khas 17 Agustus di Palembang |
![]() |
---|
Emas Kawin Dijadikan Modal, Fadli Sukses Rintis Percetakan di Palembang, Beromzet Ratusan Juta/Bulan |
![]() |
---|
Kemplang Panggang Tata, Perjuangan Warga OKU Timur dari Warung Kecil Hingga Beromzet Jutaan Per Hari |
![]() |
---|
Keluar dari Zona Nyaman Usahawan Muda di Lahat ini Berhasil Kembangkan Usaha Beromzet Ratusan Juta |
![]() |
---|
Tambah Lini Produk Ada Singkong Meledak dan Churros Biar Makin Komplit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.