Berita Musi Rawas

Kisah Aliman Warga Musi Rawas 10 Tahun Hidup Sendiri di Pondok Kebun Kopi dengan Kondisi Patah Kaki

Kisah Aliman pria di Musi Rawas hidup sendiri di pondok kebun kopi dengan kondisi patah kaki. Menolak saat akan dievakuasi ke rumah keluarganya.

Penulis: Eko Mustiawan | Editor: Shinta Dwi Anggraini
Dinsos Musi Rawas
Petugas Dinsos Musi Rawas bersama Polsek Muara Beliti, ketik mengunjungi Aliman , pria paruh baya yang hidup sebatang kara di pondok di tengah kebun masyarakat. 

TRIBUNSUMSEL.COM, MUSI RAWAS -- Kisah hidup pria di Musi Rawas bernama Aliman alias Man yang berusia sekitar 52 tahun kini menjadi sorotan karena bertahun-tahun hidup sebatang kara di tengah kebun kopi dengan kondisi patah kaki. 

Sudah sekitar 10 tahun lamanya, Aliman hidup sendiri di sebuah pondok kopi di lahan milik warga di Desa Simpang Gegas Temuan Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK), Kabupaten Musi Rawas, Sumsel. 

Meski hidup dengan keterbatasan, namun Aliman tak mau mengantungkan hidupnya dari belas kasihan orang lain. 

Dia bertahan hidup dari hasil kebun kopinya yang ditanam beberapa tahun lalu di lahan milik warga. 

Bahkan saat akan diantar pulang ke tempat keluarganya di Desa Muara Kati, Aliman menolak ajakan tersebut. 

Aliman tercatat sebagai warga asli Desa Muara Kati Baru II Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK).

Keberadaan Aliman diketahui, setelah kisah hidupnya viral di media sosial (Medsos).

Baca juga: 5 Hotel Murah di Bandar Lampung Dekat Pantai, Cocok Jadi Pilihan Untuk Menginap Waktu Liburan

Kemudian, ditindaklanjuti oleh Dinas Sosial (Dinsos) Musi Rawas yang turun langsung untuk melihat kondisi Aliman.

Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Musi Rawas, Yusi Anedi mengatakan, keberadaan Aliman diketahui, setelah sempat viral di media sosial. 

"Informasi awal di Desa Suro, setelah kami cari, tidak ketemu. Kemudian, dapat informasi lagi di Desa Simpang Gegas Temuan," kata Yusi kepada Sripoku com, Rabu (03/07/2024).

Selain melakukan pengecekan, Dinsos Musi Rawas bersama pihak Polsek juga memberikan bantuan berupa sembako dan perlengkapan hidup seperti kasur dan lainnya.

"Dia memang tinggal sendirian di sebuah pondok k c di tengah kebun milik warga," ucap Yuzi. 

Tak hanya tinggal sendirian, Aliman juga mengalami cacat pada kakinya yang patah sejak dia kecil. 

"Dia aslinya warga Desa Muara Kati Baru II Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut (TPK)," jelasnya.

Selain memberikan bantuan, pihaknya juga sempat mengajak Aliman untuk mengobati kakinya yang patah ke Puskesmas ataupun Rumah Sakit. 

"Kami ajak berobat, tapi dia tidak mau," katanya.

Dari pengakuannya, Aliman sudah 10 tahun tinggal seorang diri di pondok tersebut.

Dia, mengantungkan hidupnya dari kebun kopi yang ditanamnya.

"Dia nanam kopi, yang ditanami itu lahan milik orang lain. Termasuk juga tempat dia membangun pondoknya," imbuhnya.

Tak hanya itu, Dinsos Musi Rawas bersama pihak kepolisian juga sempat mengajak Aliman untuk pulang ke tempat keluarganya di Desa Muara Kati Baru II, namun tetap ditolaknya.

"Awalnya kami mau antar dia pulang ke keluarganya di Desa Muara Kati Baru II, tapi dia tidak mau dan kekeh ingin di pondoknya seraya mengurus kebun kopi miliknya," ungkap Yuzi.

Untuk lokasi jalan utama dari pondoknya juga jauh, bahkan kurang lebih berjarak 1Km dan hanya bisa dilalui dengan jalan kaki. 

"Lumayan jauh lokasinya dari pemukiman warga, sekitar 1Km jalan kaki," tegas Yuzi.

"Saat didatangi di pondok Aliman ada biji kopi kering kurang lebih sekitar 100Kg," imbuhnya. 

Kemudian disinggung apakah Pemkab Musi akan memberikan bantuan berupa pembangunan rumah layak huni. Yuzi mengakui, belum ada. 

"Bantuan bedah rumah wewenangnya bukan di kami, tapi Pemerintah Desa. Namun, lahan yang ditempatinya bukan milik Aliman, tapi milik orang lain," tutupnya. 

 

 

Baca artikel menarik lainnya di Google News

Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved