Idul Adha

Makna Hari Idul Adha Bagi Jemaah Haji di Tanah Suci dan Umat Islam di Tanah Air, Berikut Amalannya

Bagi umat muslim yang tidak berhaji, Hari Raya Idul Adha dapat melakukan amalan berikut ini, tujuannya mendekatkan diri kepada Allah

Penulis: Lisma Noviani | Editor: Lisma Noviani
tribunsumsel/lisma
Makna Hari Idul Adha Bagi Jemaah Haji di Tanah Suci dan Umat Islam di Tanah Air, Berikut Amalannya. 

TRIBUNSUMSEL.COM -- Bagi jemaah haji dari seluruh dunia yang tengah melakukan rangkaian ibadah haji di Tanah Suci, hari Idul Adha merupakan hari yang memiliki keutamaan besar.

Hari raya Idul Adha disebut hari Nahr (hari penyembelihan kurban) dan hari Haji Akbar, jatuh pada 10 Dzulhijjah atau sehari setelah ibadah wukuf (ibadah puncak haji).

Dikutip dari tulisan Ustadz Abdullah ibnu Shâlih Al-Qushayyir, Hari Idul Adha merupakan hari terbaik di antara seluruh hari di dunia ini, sebagaimana dinyatakan oleh para ulama yang diakui keilmuannya.

Karena di hari itu, berbagai amal mulia dilakukan oleh umat Islam, baik yang menunaikan ibadah haji maupun yang berada di kampung halaman mereka di berbagai penjuru dunia.

Adapun amalan-amalan yang dilakukan oleh para jemaah haji pada hari ini di antaranya adalah:

1. Melempar Jamrah Aqabah pada waktu Dhuha.

Waktu untuk melempar Jamrah ini berlangsung hingga malam hari. Melempar Jamrah Aqabah merupakan bentuk ucapan salam kepada Mina. Bila mampu, ini dijadikan amalan pertama jemaah haji pada hari Idul Adha. Sedapat mungkin jemaah haji tidak mendahulukan amalan lain sebelum melempar Jamrah. Karena amalan yang pertama kali dilakukan oleh Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—pada hari Nahr ini adalah melempar Jamrah Aqabah.

2. Menyembelih hadyu (hewan sembelihan jemaah haji) jika mungkin dilakukan.

Ini merupakan amalan yang dilakukan oleh Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam. Jika memang tidak mampu melakukannya di pagi hari Nahr, tidak masalah, karena sepanjang hari Nahr dan tiga hari tiga malam setelahnya merupakan waktu untuk menyembelih. Jadi, ada kelapangan dalam masalah ini, alhamdulillâh.

3. Menggundul atau memendekkan rambut

Memotong rambu dengan cara menggundul adalah lebih baik. Karena Nabi—Shallallâhu `alaihi wasallam—berdoa tiga kali untuk orang-orang yang menggundul rambutnya agar mendapatkan rahmat, sedangkan untuk orang-orang yang hanya memendekkan rambut, beliau hanya mendoakan satu kali.

Jika seseorang memilih untuk hanya memendekkan rambutnya, maka hendaknya ia memendekkan dari seluruh area kepalanya, karena ini adalah salah satu rangkaian ibadah haji yang tidak boleh diremehkan.

4. Thawaf di Baitullah, dan kemudian melakukan sa`i bagi jemaah yang melakukan Haji Tamattu`, juga bagi jemaah yang melakukan Haji Ifrâd dan Qirân jika belum melakukan sa`i setelah Thawaf Qudum.

Melempar Jamrah, menggundul atau memendekkan rambut, serta melakukan thawaf dan kemudian melakukan sa`i setelahnya bagi orang yang harus melakukannya, merupakan amalan-amalan yang harus dilakukan oleh semua jemaah haji.

Bagi jemaah yang sudah melakukan dua di antara amalan-amalan itu, berarti telah melakukan Tahallul Awal yang membuatnya boleh memakai pakaian biasa, wangi-wangian, memotong kukunya, dan lain-lain. Namun ia belum boleh melakukan hubungan badan dengan istrinya, kecuali setelah melakukan semua amalan tersebut.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved