Banjir di Muratara

Banjir di Muratara 22 Hari Melanda, Wilayah Rawas Ilir Masih Terendam 2 Meter

Banjir di Muratara sudah 22 hari melanda, bahkah wilayah Rawas Ilir masih terendam dengan ketinggian air mencapai 2 meter.

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/RAHMAT AIZULLAH
Banjir di Muratara sudah 22 hari melanda, bahkah wilayah Rawas Ilir masih terendam dengan ketinggian air mencapai 2 meter, Sabtu (20/1/2024). 

Banjir yang terjadi kali ini disebut-sebut seperti peristiwa 30 tahun dan 40 tahun silam yang terulang kembali.

"Terakhir banjir seperti ini sekitar 30 tahun lalu, kalau tidak salah tahun 1992 dan tahun 1995," kata Camat Rupit, Mukhtaridi, beberapa waktu lalu.

Senada diungkapkan Sa'ban, warga ibukota Muara Rupit, membenarkan banjir yang terjadi kali ini menyamai peristiwa tahun 1995.

Dia mengatakan Muratara memang daerah langganan banjir yang terjadi setiap tahun, namun setelah peristiwa 1995 itu tak pernah separah ini.

"Tahun 1995 banjir hebat, sebelum itu 1992 banjir hebat juga, nah setelah itu tidak pernah lagi, banjir ya banjir ada setiap tahun tapi tidak separah ini," katanya.

Sa'ban mengungkapkan, sebelum tahun 1992 dan 1995, ada banjir yang lebih hebat lagi yakni 40 tahun silam pada 1982.

Menurutnya, saat itu warga mengungsi ke Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) yang baru saja dibuka, karena rumah mereka terendam banjir.

"Banjir yang lebih besar lagi tahun 1982, jalan lintas ini (Jalinsum) baru dibuka, warga tidur di jalan ini, karena rumah dua tingkat pun terendam," katanya.

Warga Mengungsi ke Rumah Keluarga

Wakil Bupati Muratara, Inayatullah mengeklaim pemerintah daerah telah menyiapkan sejumlah posko pengungsian untuk warga terdampak banjir.

Namun begitu, kata dia, warga lebih memilih mengungsi ke rumah keluarganya yang belum terendam.

Sebab, mayoritas rumah penduduk di bantaran sungai di Kabupaten Muratara ini adalah jenis panggung.

Inayatullah mengakui banjir kali ini memang lebih parah dari biasanya yang setiap tahun melanda Kabupaten Muratara.

"Sebenarnya banjir di daerah kita ini sudah langganan setiap tahun, jadi sifat kegotong-royongan masyarakat antar keluarga saling peduli, jadi mereka mengungsi bukan di posko pengungsian, tapi di rumah keluarganya masing-masing," katanya.

Puluhan Ribu Rumah Terendam

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved