Berita Palembang

Kabut Asap Makin Pekat Hingga Siang Hari Bikin Mata Perih, Kualitas Udara Palembang Berbahaya

Kabut asap di Kota Palembang makin pekat beberapa hari terakhir meski sempat mereda dan membikin mata perih. Kondisi terjadi hingga siang hari.

Editor: Vanda Rosetiati
SRIPO/REIGAN
Kabut asap di Kota Palembang makin pekat beberapa hari terakhir meski sempat mereda dan membikin mata perih, kondisi terjadi hingga siang hari, Selasa (31/10/2023). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kabut asap di Kota Palembang makin pekat beberapa hari terakhir meski sempat mereda dan membikin mata perih. 

Kondisi demikian terjadi bahkan hingga siang hari, tak hanya pekat di malam hari.

Berdasarkan update data terbaru Indeks Kualitas Udara mencapai 424 dengan tingkat polusi udara berbahaya.

Akibat itu, sejumlah pengendara mengeluhkan terkait mata nyeri hingga dada sesak, apalagi bagi anak-anak.

Chandra seorang pengendara motor mengeluhkan mata perih dengan jarak pandang yang terbatas meski saat itu menjemput anaknya yang masih Sekolah Dasar pulang sekolah.

"Jarak pandang terbatas. Nafas sesak mata nyeriyang saya rasakan. Apalagi, untuk anak-anak," katanya, Selasa (31/10/2023).

Baca juga: Mahasiswa Minta Kapolda Sumsel Mundur, Penegakan Kasus Hukum Karhutla Tak Kunjung Tuntas

Kepala BPBD Sumsel, Iqbal Alisyahbana mengungkapkan, saat ini jumlah hotspot dari data miliknya mengalami penurunan dibanding hari sebelumnya.

Namun, jumlah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) tak kunjung selesai.

"Update 31 Oktober jumlah sebaran hotspot sebanyak 431 titik. Terbanyak ada di OKI," ujarnya.

Dari jumlah itu, hotspot di OKI mencapai 279 titik. Rinciannya, Karhutla di lahan gambut 157 titik dan mineral 122 titik. Sementara di wilayah lain, Karhutla tak sampai 20 titik.

Ia mengungkapkan, salah satu upaya penangana Karhutla melalui TMC (teknik modifikasi cuaca) yang dilakukan hingga 4 November mendatang.

Menurutnya, potensi awan penghujan pada akhir hingga awal November masih cukup besar. "Hampir 70 persen," ungkapnya

Menurutnya, TMC akan dilakukan di wilayah yang berpotensi terdapat awan hujan.

TMC sendiri dilakukan satu sampai tiga kali sorti melihat potensi awan perhari. Untuk sekali penyemaian (sorti) ditebar 1.000 kg atau 1 ton garam.

Iqbal menambahkan, sebelum dilakukan penyemaian garam, dilakukan penebaran kapur tohor aktif atau Kalsium Oksida (CaO) yang ditaburkan di gumpalan asap.

Kapur tohor aktif ini diyakini mampu menghilangkan asap yang disebabkan Karhutla. Setelah itu baru disemaikan garamnya.

"Untuk helikopter waterbombing ada enam dan untuk patroli ada dua. Lalu untuk TMC ada satu pesawat," ujarnya. (sripo/reigan)

Baca berita lainnya langsung dari google news

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved