Ibu Bunuh Anak Kandung di Subang

Inilah Momen Terakhir Rauf Sebelum Tewas Dibunuh Ibu Kandung di Subang, Difoto saat Makan Dogan

Foto Rauf beredar di media sosial usai diunggah akun media sosial @thindri. Dalam foto itu, Rauf mengenakan kaus panjang warna hijau dengan list oran

Editor: Weni Wahyuny
@thindri
Muhamad Rauf semasa hidup, sebelum ditemukan tewas di Bugis, Desa Sukatani, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Rabu (4/10/2023). Ini diduga potret terakhir dirinya sebelum ditemukan tewas di sungai 

TRIBUNSUMSEL.COM, SUBANG - Inilah diduga potret terakhir Muhamad Rauf, remaja di Subang, Jawa Barat, sebelum ditemukan tewas di Kali Bugis Desa Bugis Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu.

Foto Rauf beredar di media sosial usai diunggah akun media sosial @thindri.

Dalam foto itu, Rauf mengenakan kaus panjang warna hijau dengan list oranye dan biru.

Bawahannya, Rauf mengenakan celana jeans.

Ia pula mengenakan topi.

Saat difoto, Rauf tengah memakan kelapa dogan di sebuah rumah yang belum diketahui rumah siapa.

Pakaian yang dikenakan Rauf, sama dengan pakaian saat ia ditemukan.

Diduga, foto itu foto terakhir Rauf sebelum ditemukan tewas dibunuh ibunya, Nurhani.

Jenazah Muhamad Rauf warga Subang ketika ditemukan di Sungai Bugis
Jenazah Muhamad Rauf warga Subang ketika ditemukan di Sungai Bugis, Desa Sukatani, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Rabu (4/10/2023).

Baca juga: Sosok Nurhani Ibu Bunuh Anak Kandung di Subang, Tega Buang Rauf saat Masih Hidup Gegara Minta HP

Pengakuan Nurhani

Nurhani (40), ibu bunuh anak kandung di Subang, Jawa Barat, mengaku membuang anaknya dalam kondisi masih hidup.

Rauf dibunuh Nurhani hanya karena meminta ponsel ke ibunya.

Nurhani meradang hingga melakukan penyiksaan terhadap anak kandungnya hingga tewas.

Rauf disiksa hingga tak sadarkan diri sebelum kemudian dibuang ke dalam keadaan masih bernapas ke sungai di daerah Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Rabu (4/10) dini hari.

Saat warga akhirnya menemukannya, bocah malang itu sudah meninggal.

Tubuhnya dipenuhi luka.

Baca juga: Tubuh Lunglai, Tangis Ibu Dini Keluar dari Kamar Mayat, Anak Tewas Diduga Dianiaya Anak Anggota DPR

Tangannya masih terikat ke belakang.

Tak butuh lama bagi aparat Polres Indramayu untuk menyadari bahwa mayat remaja yang ditemukan pencari ikan di tepi sungai, Rabu pagi itu adalah korban pembunuhan.

Bekerja sama dengan aparat Polres Subang, penyelidikan pun dilakukan, hingga akhirnya mengarah pada keluarga korban di Dusun Parigi.

Kepada polisi, Nurhani mengaku menyiksa Rauf di rumah orang tuanya.

Nurhani mengaku tak kuasa menahan emosi lantaran Rauf meminta ponsel kepadanya.

Tanpa berpikir, ia pun langsung memukuli Rauf hingga tak berdaya.

Baca juga: Akhir Kisah Hidup Rauf Dibunuh Ibu Kandung, Lemah Tak Berdaya, Sering Meminta-minta Demi Sesuap Nasi

"Rauf saya sumpal mulutnya dengan boneka kecil milik adiknya, kemudian tangan Rauf diikat, kepalanya dibenturkan ke dinding dan kusen, lalu dipukul kepalanya menggunakan tongkat kayu, pipa paralon, dan bambu pagar," kata Nuhani dingin.

Setelah anaknya tak berdaya, kata Nurhani, ia pun menyeret Rauf ke belakang rumah, menyusuri kebun.

Adik Nurhani, yang datang tak lama berselang, lantas membawa Rauf yang sudah tak berdaya dengan sepeda motor.

Adik Nurhani membawa Rauf ke Sungai Bugis di Anjatan, Indramayu, lalu membuangnya ke sana.

Saat hendak dibuang ke sungai, kata Nurhani, anaknya terlihat masih hidup.

"Masih hidup saat diseret lewat belakang rumah sebelum dibawa pakai motor dan dibuang ke Sungai Bugis," ujarnya.

Tim Inafis Polda Jabar yang melakukan olah tempat kejadian perkara di kediaman kakek Rauf menemukan sejumlah bercak darah.

Bercak darah terlihat di ruang tamu.

Baca juga: Keseharian Rauf Anak Dibunuh Ibu Kandung, Orang Tua Cerai dan Berhenti Sekolah, Tinggal Nenek

Bercak darah juga terlihat di pipa paralon, tongkat kayu, kusen, besi rel kereta berukuran panjang 20 sentimeter, dan gergaji kayu.

Darah juga terlihat pada sebilah kayu yang patah menjadi dua, pecahan genting, batu bata, dan dinding rumah, serta di halaman belakang rumah menuju kebun dan sejumlah titik lainnya yang total semuanya ada 37 titik bercak darah di TKP.

Sejak kedua orang tuanya bercerai, beberapa tahun lalu, hidup Rauf menjadi tak terurus.

Dirno (52), ayah Rauf, sejak berpisah dengan Nurhani, ia juga jarang sekali bertemu dengan anak mereka, Rauf. Itu sebabnya, ia juga tak tahu, apa yang selama ini terjadi antara Rauf dan ibunya.

"Kami sudah jarang bertemu," ujarnya di lokasi pemakaman Rauf di Desa Parigimulya, Subang, Kamis (5/10).

Terakhir bertemu dengan Rauf, kata Dirno, setahun yang lalu. Sepengetahuannya, kata Dirno, Rauf tak lagi melanjutkan pendidikannya setelah lulus SD.

"Sebelumnya kalau ketemu, dia hanya meminta uang, lalu pergi lagi," katanya.

Dirno mengaku tak menyangka anaknya akan tewas dengan cara seperti ini.

"Saya sudah setahun lebih tak komunikasi dan belum pernah ketemu lagi sama anaknya, karena dia tinggal sama ibunya setelah ibunya cerai dengan saya," Dirno.

Baca juga: Tubuh Lemah Tak Berdaya, Rauf Dibuang Ibu Kandung ke Sungai saat Masih Bernapas, Tangan Diikat

Dirno meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus kematian anaknya

"Saya ikhlas. Namun minta polisi usut tuntas serta tangkap pelakunya," ujarnya.

Hingga kemarin, sudah empat orang yang ditangkap karena diduga kuat terkait dengan kasus pembunuhan ini. Selain menangkap ibu, kakek, dan paman Rauf, polisi juga menangkap pemilih sepeda motor yang digunakan adik Nurhani membuang tubuh Rauf.

Sosok Rauf

Mengenal sosok Muhamad Rauf, remaja yang dibunuh ibu kandungnya di Subang, Jawa Barat.

Muhamad Rauf tewas dibunuh ibu kandung dalam usia 13 tahun.

Rauf yang harusnya duduk dibangku SMP ini terpaksa putus sekolah.

Ia tak tinggal dengan ayahnya, juga ibunya.

Ayah dan ibunya bercerai.

Rauf diketahui tinggal bersama neneknya di Dusun Parigi 2 RT 09/04 Desa Parigimulya Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang.

Dilansir dari Tribun Jabar, warga sekitar mengenal Muhamad Rauf sebagai remaja yang kerap mencuri.

Dia pernah mencuri kotak amal, mencuri makanan di warung.

Meski demikian, warga di sekitar tempat tinggal Muhamad Rauf tak pernah menaruh dendam kepada anak ini.

Mungkin karena warga memahami dengan kondisi yang dialami Muhamad Rauf.

Di balik sisi buruk perilaku Muhamad Rauf, warga juga mengakui ada sisi baiknya.

Muhamad Rauf juga dikenal suka membantu.

Bahkan di kegiatan di lingkungan, dia kerap ikut bergotong royong.

Karena tak mendapatkan banyak perhatian dari keluarga, pendidikan Muhamad Rauf pun putus.

Dia tak lagi bersekolah. Kehidupannya menjadi tak menentu.

Ayah dan ibunya tinggal di daerah yang berbeda, sehingga komunikasi pun jarang.

Kehidupan jalanan pun dilakoni.

Muhamad Rauf selain tinggal di rumah nenek, dia juga kerap tinggal di pos ronda dan tempat umum lainnya.

Untuk makan pun Rauf meminta-minta hingga mencuri.

Menurut kesaksian warga, kakeknya beperilaku mudah marah ketika masih belum terkena stroke.

Baca berita lainnya di Google News

Sumber : Tribun Jabar

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved