Liputan Khusus Tribun Sumsel

LIPSUS: Buy Now Or Never, Sumsel Kurang 345.985 Unit Rumah, Backlog Lebih Parah dari Jakarta -1

Di Sumsel backlog perumahan atau kesenjangan antara rumah dibangun dan rumah dibutuhkan masyarakat masih besar. Angkanya di atas DKI Jakarta.

Editor: Vanda Rosetiati
PDF TRIBUN SUMSEL
Liputan khusus Tribun Sumsel backlog perumahan di Sumsel, backlog perumahan atau kesenjangan antara rumah dibangun dan rumah dibutuhkan masyarakat masih besar. 

Bahkan ada juga anak-anak muda yang sudah mempunyai dana untuk membeli rumah seperti dari konten kreator.

"Memang masih banyak anak-anak muda yang belum terpikir untuk beli rumah. Bisa dipahami juga, mungkin pendapatannya mereka masih rendah, sehingga memilih ngekost jadi solusi untuk mengatasi gap antara biaya dan pendapatan," ungkapnya

Ia percaya semua orang kalau mampu pada akhirnya akan beli rumah juga. Yang belum beli rumah, mungkin prioritasnya belum ke sana. Jadi mereka berpikir untuk yang lain dulu.

"Namun pesan saya, akan lebih baik mulai menabung, ketimbang dipakai untuk ngopi-ngopi, holiday, happy-happy tapi nggak punya aset," katanya.

Ditanya soal lokasi perumahan Jakabaring vs Gandus. Menurut Endang, wilayah Jakabaring yang lebih berkembang.

"Buktinya Jakabaring sudah ada mal, hotel bintang lima, bahkan rumah sakit besar. Dari segi transportasi ada angkutan massal LRT. Sedang di Gandus belum ada mal ataupun hotel," katanya.

Masalah Pembiayaan

Di Provinsi Sumsel ada 200 perumahan yang dibangun oleh 126 anggota Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi). Sedangkan di Palembang ada 130 perumahan.

Menurut Ketua DPD Apersi Sumsel, Syamsu Rusman, untuk masalah perumahan lebih ke pembiayaan melalui perbankan yang aturannya terbilang ketat.

"Terlebih masih banyak juga masyarakat yang belum bankable. Misal harus ada usaha, harus ada gaji tetap dan lain-lain. Harapannya aturan perbankan lebih fleksibel," kata Syamsu Rusman

Selain itu kuota, untuk rumah subsidi ini kan ada kuotanya dari pemerintah. Harapannya kuota juga ditambah. Namun balik lagi, percuma kalau kouta ditambah tapi kalau aturan di perbankan tidak fleksibel.

"Kita nggak bisa melebihi dari kuota yang ditetapkan pemerintah, misal tahun ini kuotanya 240 ribu se-Indonesia. Kalau di Sumsel estimasi 15 ribu unit maka cuma itu, kalau bangun lebih dari itu rumah tidak terserap," ungkapnya

Menurutnya, untuk tahun ini Apersi targetnya 5.500 unit rumah subsidi, di Juni sudah 3.000-an. Untuk rumah subsidi ini paling banyak di daerah Kenten dan Mata Merah.

"Untuk di Gandus juga ada, namun kalau untuk di Jakabaring lebih ke komersial. Jakabaring harga tanahnya mahal, jadi kalau rumah subsidi nggak masuk. Kalaupun ada yang subsidi di pinggiran kota," katanya.

Kemudian untuk di Jakabaring fasilitasnya sudah banyak, seperti ada mal, rumah sakit, hotel, angkutan masal dan lain-lain, sarana dan prasarana lebih menunjang.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved