Berita Palembang
Pengurus Ponpes Mamba'ul Quran Muba Desak Usut Tuntas Kasus Teror, Pelaku Diduga Oknum Preman
Pengurus Ponpes di Muba mendesak agar polisi mengusut tuntas kasus teror di Ponpes yang diduga pelakukan oknum preman.
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL. COM, PALEMBANG -- Pengurus Pondok Pesantren Mamba'ul Quran di Musi Banyuasin (Muba) mendesak agar polisi mengusut tuntas kasus teror yang terjadi di ponpes yang diduga pelakunya adalah oknum preman.
Teror yang dilakukan oknum preman ini berupa pengeroyokan dan intimidasi terhadap ustad sebagai tenaga pengajar dan pengelola ponpes yang beralamat di Desa Kali Berau Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Muba
Bentuk teror lainnya adalah pelemparan bangunan pondok pesantren.
Kasus pengeroyokan oleh sejumlah oknum preman ini telah dilaporkan ke polisi. Karena merasa terancam jiwanya hingga saat ini sejumlah Ustad belum berani kembali ke Ponpes.
Para ustadz ramai-ramai meninggalkan pondok pesantren yang telah mereka besarkan untuk mencari perlindungan.
Baca juga: Sahena Warga Musi Rawas Tenggelam di Sungai Musi Ditemukan, Jasad Mengapung 1 Km Dari TKP Awal
Hal ini diungkapkan Ketua Yayasan Ponpes Mamba'ul Quran Ust Abdul Azis, yang berharap proses hukum yang telah di Polda Sumsel 22 Mei nanti, bisa mengungkap aktor intelektual yang mendalangi teror warga ke ponpes tempatnya ngajar.
"Inginnya kita, masalah ini segera selesai dan disana (ponpes) kembali aman. Serta pihak kepolisian bisa mengungkap aktor-aktor intekektual yang mendalangi teror intimidasi selama ini, " kata Ust Abdul Azis didamping pengurus ponpes lainnya Ust Azhari dan Ust Sudarwanto saat di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Hati Nurani Rakyat (Hanura) di Palembang, Sabtu (10/6/2023).
Menurut Azis dirinya sendiri hampir sepekan dirawat di salah satu rumah sakit di Palembang karena mengalami penganiayaan, dan dirinya sudah lebih sebulan belum berani untuk pulang ke ponpes. Mengingat intimidasi orang tak dikenal masih sering dilakukan.
"Kemarin pada 3 Juni laporan dari pengurus Ponpes lain, terdapat intimidasi dengan dilempar batu orang tak dikenal, rumah digedor, Kyai Agus Suntoro ikut diteror. Jadi kita berharap teror tidak ada lagi, dan kepala desa bisa membela dan tegas, dimana dari laporan ia takut dianggap memihak karena kades baru tidak ada pengalaman, " paparnya, seraya katering untuk perusahaan di desa tersebut sejak adanya pengeroyokan sudah dikembalikan ke BUM Desa (BUMDes).
Diungkapkan Azis, saat ini proses belajar dan kegiatan lainnya di Ponpes Mamba'ul Quran banyak terhenti, karena masih adanya ketakutan dari pengurus, khususnya saat kegiatan pengajian pada malam hari.
"Proses belajar pastinya belum berjalan seperti biasa khususnya kegiatan malam hari, tapi kalau sekolah anak TK masih tetap berjalan karena dilaksanakan siang hari, sehingga bisa dikatakan ponpes saat ini hampir bubar, " tandasnya.
Pihaknya juga berharap rekannya yang ditahan pihak Polres Muba bisa menjalani proses hukum secara adil.
Sementara Kuasa hukum Ponpes Mamba'ul Quran dari LBH Hanura Sumsel Yeperson SH MH berharap, proses hukum terkait kliennya bisa segera mendapatkan kepastian, terkhusus soal dalam pengeroyokan dan teror selama ini, sehingga semua berjalan normal kembali.
"Kita inginnya proses hukum ditindaklanjuti, terkhusus para terduga Ca sama H cs, yang selama ini belum diminta keterangan dan kita ingin imbang. Apalagi Widyanto (pengurus Ponpes Mamba'ul Quran) sudah bertanggung jawab (ditahan) dan mereka juga harus bertanggung jawabkan perbuatannya selama ini, " harap Yeperson.
Sekedar informasi perwakilan Yayasan Mamba'ul Quran bersama pengacara dari kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Hanura Sumsel telah melapor ke Polda Sumsel.
Dalam Surat Tanda Terima Laporan Pengaduan, Nomor: STTL/PN/215/V/2023/SPKT dengan korban Abdul Azis mengalami pengeroyokan dan harus dirawat hampir sepekan di Rumah Sakit Myria cabang RS Charitas Palembang.
Menurut pengacara dari LBH Hanura Sumsel Ririn Dwi Agustian SH dan
Yeperson SH MH, mereka terpaksa mengadu ke Polda Sumsel dan meminta jaminan keselamatan agar mereka dapat beraktifitas bekerja seperti biasa. Mengingat sebelumnya melapor ke Polsek Bayung Lencir tidak ditanggapi.
"Kita sudah melapor, dan berharap segera ditindaklanjuti pihak Polda Sumsel, karena klien kita yang ada si Yayasan Mamba'ul Quran merasa terintimidasi dan terancam untuk beraktivitas, " katanya.
Yeperson mengatakan berdasarkan hasil medical record, bahwasanya pasien mengalami nyeri kepala trauma akibat dipukul rombongan Ca.
"Korban sendiri baru tadi siang bisa pulang dari Rumah Sakit, dan kita langsung melapor kesinia, " tandanya.
Sementara perwakilan pihak Yayasan M Azhari mengatakan, pelaporan ke Polda ini setelah salah satu rekannya menjadi korban pengeroyokan dan harus dirawat di Palembang, dan berharap kedepan bisa selesai.
"Selain mengajar di ponpes, kami juga ada kerjaan sampingan lainnya. Jual bakso, berdagang, menyadap karet masyarakat dan lain-lain. Kami lakukan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari demi anak istri, tapi kami merasa diintimidasi dan terancam, " ujar ustad Azhari tertunduk lesu.
Dijelaskan Azhari, awal pengancaman dari pihak terlapor, dan terjadi pembacokan oleh salah seorang ustad "pihak mereka" dengan masyarakat setempat diduga preman bermuara pada pekerjaan di BUMdes kejadian Mei 2023.
"Jadi BUMdes selama ini memasok makanan catering untuk kebutuhan salah satu perusahaan. Selama ini warga di sana, inisial Ca, mendapatkan pekerjaan tersebut. Realisasi atau fee bagi BUMdes sendiri Rp 200/porsi. Selanjutnya BUMdes, diketuai kepala desa yang baru, bermusyawarah agar BUMdes mendapat bagaian atau fee Rp 1.000 per porsi," bebernya.
Pihak ponpes melihat ini peluang untuk mendapatkan income agar ponpes dapat berkembang dan maju.
"Dua hari baru kita laksanakan pengiriman makanan ke perusahaan, pihak perusahaan sendiri meminta pengawalan dari ponpes. Begitu di tengah jalan mereka dihadang rombongan Ca. Melihat gelagat tak bagus, Ketua Ponpes Ustad Abdul Aziz yang sudah sepuh turun dan menanyakan permasalahan tersebut. Tak terima dengan ketua ponpes, salah seorang dari kawanan Ca, melayangkan bogem mentah ke wajah ketua ponpes Abdul Aziz," ceritanya.
Melihat ketua ponpes dipukul ramai-ramai oleh rombongan Ca, membuat salah satu ustad yang ikut dalam rombongan ustad Wijianto naik pitam untuk membela ketua.
Wijianto, mengambil golok dari mobil dan membacok salah satu kawanan tadi sebagai bentuk membela diri mengingat para preman itu membawa sajam.
Melihat temannya berlumuran darah, kawanan ini kabur. Wijianto sendiri setelah itu menyerahkan diri ke Polsek Bayung Lencir, dan ditahan. Sedangkan Ketua Ponpes Ustad Abdul Aziz yang tak sadarkan diri, dibawa ke rumah sakit hingga di opname ke RS Myra Palembang.
Menurut ustad, Azhari setelah kejadian tersebut kawanan Ca, semakin menjadi-jadi. Ancaman semakin sering dirasakan mereka. Rombongan tersebut yang dikenal preman di daerah sana, sering keluar masuk pesantren untuk menakut nakuti dan mencari cari permasalahan. Takut kejadian berulang rombongan ustad pengasuh ponpes akhirnya bertekad ke Palembang dan mengadukan permasalahan ini ke polisi.
Baca berita lainnya langsung dari google news
Silakan gabung di Grup WA TribunSumsel
Menolak Diceraikan, Anak Polisi di Palembang Aniaya Istrinya Hingga Lebam, Lapor ke Polda Sumsel |
![]() |
---|
Parkside’s Hotel Palembang, Berada di Tengah Kota Tawarkan Fasilitas Lengkap dengan Konsep Modern |
![]() |
---|
Tegur Pemotor yang Ngebut dan Nyaris Diserempet, Mahasiswa di Palembang Malah Jadi Korban Penusukan |
![]() |
---|
Ngaku Dibegal Padahal Motornya Dijual, Pria di Palembang Buat Laporan Palsu, Berujung Diciduk Polisi |
![]() |
---|
Pembelian Beras Premium Dibatasi, Retail di Palembang Sebut Pasokan Terbatas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.