Berita Muratara

Air Sungai Masih Keruh, Sejumlah Pemuda Demo Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Muratara

Demo di depan kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Kamis (26/1/2023).

Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Yohanes Tri Nugroho
TRIBUNSUMSEL.COM/RAHMAT
Sejumlah pemuda yang mengatasnamakan Gerakan Milenial Indonesia (GMI) menggelar Demo di depan kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Kamis (26/1/2023). 

Mereka saat ini masih berkoordinasi dengan camat dan kepala desa yang terdapat wilayah PETI untuk mendata penambang baik warga lokal maupun dari luar daerah.

Pemkab Muratara tengah berjuang mengajukan kepada kementerian terkait bantuan alat pengolahan emas yang ramah lingkungan, tidak menggunakan air raksa.

"Kami tahu banyak masyarakat yang menderita dengan kondisi sungai keruh ini, kami tidak berdiam diri, hanya saja butuh proses, kita harus bersabar," katanya.

 

Sering Ditindak Tapi Masih Marak

 

Sebelumnya, Kapolres Muratara, AKBP Ferly Rosa Putra mengatakan aktivitas PETI di daerah ini memang benar-benar merusak alam.

Itu diungkapkannya setalah terjun langsung melihat lokasi tambang emas ilegal dalam penggerebekan di wilayah Kecamatan Karang Jaya beberapa hari lalu.

"Di dalam hutan itu, di TKP-TKP yang kita temui betul-betul mereka tidak memperhitungkan kerusakan alam, karena kita sudah lihat TKP-nya seperti apa, pembuangan limbahnya seperti apa sehingga mengotori sungai," kata Ferly.

Dia mengatakan, penindakan terhadap PETI selain karena melanggar hukum, polisi juga terus didesak masyarakat yang mengeluhkan kondisi air sungai keruh akibat aktivitas ilegal tersebut.

Ferly menegaskan kepolisian sangat serius ingin menuntaskan tambang emas ilegal di daerah ini agar sungai kembali jernih sehingga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Harapan kita seluruh masyarakat semakin menyadari kelestarian lingkungan, khususnya aliran sungai, karena sungai merupakan sumber kehidupan masyarakat itu sendiri terutama yang tinggal di bantaran sungai," katanya.

Dia mengingatkan betapa tidak mudahnya menindak permasalahan PETI ini, sehingga kepolisian selalu menghadapi sabotase dalam melaksanakan operasi penindakan.

Perjalanan polisi menelusuri sungai untuk ke lokasi PETI menggunakan perahu ketek selalu diadang oleh batang pohon yang baru ditebang melintang menutupi sungai.

"Kita banyak mengalami kendala, ada sabotase dari pelaku dompeng, kita dihadang pakai kayu tebangan-tebangan pohon besar yang menutup aliran sungai," ceritanya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved