Berita OKI

Sudah Ada Sejak Zaman Kolonial Belanda, Anyaman Purun Khas Pedamaran Berinovasi Bentuk dan Warna

Anyaman purun khas Pedamaran sudah ada sejak zaman kolonial Belanda dan terus berinovasi dalam bentuk dan warna.

Penulis: Winando Davinchi | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/WINANDO DAVINCHI
Rosmih perajin purun asal Dusun 2, Desa Menang Raya, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir memperlihatkan produk hasil anyaman purun di depan rumahnya, Sabtu (31/7/2021) pagi. 

Proses selanjutnya, purun dikeringkan selama 2 hari dan kemudian dipipihkan dengan cara ditumbuk sekitar 3 jam dengan kayu antan (alat penumbuk) sampai purun menjadi halus agar mudah dianyam.

Kemudian untuk tikar yang memiliki motif, pembuatan sesuai warna dan teknik anyaman. Terdapat pewarnaan khusus yang diperoleh dari warna tekstil.

"Purun direbus ke dalam panci berisi air yang sudah dicampur dengan pewarna tambahan. Direbus lalu diwarnai dengan variasi warna seperti hijau, merah atau kuning, atau biru kemudian dijemur," katanya.

Belum selesai, terakhir yaitu proses penganyaman yang biasanya dilakukan kelompok ibu-ibu, hal itu selain bisa lebih cepat biasanya dikerjakan sembari menonton televisi.

"Proses menganyam sering dilakukan sejak subuh hingga sore hari. Karena pembuatan tikar dan sajadah bermotif yang cukup rumit maka untuk satu buahnya bisa menghabiskan waktu satu hari. Makanya harga jual menjadi lebih mahal," tandasnya.

Baca juga: Viral Puskesmas Tutup Tolak Pasien Covid, Ini Penjelasan Lengkap Puskesmas Sosial

Ikuti Kami di Google Klik

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved