Cerita Eratnya Persahabatan Ustaz Yusuf Mansyur dan Syekh Ali Jaber, Jadi Penerjemah Dakwah
Ustaz Yusuf Mansur memiliki hubungan persahabatan sangat erat dengan Syekh Ali Jaber sejak awal berdakwah
Penulis: M. Ardiansyah | Editor: Wawan Perdana
Presiden meminta isi lagi kultum sebelum Magrib.
"Saya kaget. Satu acara, dua kali isi kultum. Jadi saya naik lagi untuk isi kultum. Biasa, sebelum ceramah biasa pembukaan pakai bahasa Arab. Ketika itu, Bapak Presiden mengambil alat terjemahan di depannya. Begitu saya berkata, yang saya muliakan yang saya cintai, ayah kami Bapak Presiden RI, beliau kaget dan langsung turunkan alatnya," ungkap Syehk Ali Jaber.
Karena memang, menurut Syekh Ali Jaber, Presiden SBY melihatnya saat itu penampilannya bukan seperti orang Indonesia.
Setelah itu, ternyata takdir dari Allah baik lagi. Ia kembali dipanggil ke istana negara, dan malah Presiden SBY memanggil untuk duduk di dekatnya.
Sambil ngobrol, tak menyangka ia mendapat kejutan luar biasa.
"Presiden berkata mau tidak jadi WNI. Padahal, sebelumnya sudah ada yang menawarkan jadi WNI. Tetapi diminta uang Rp 150 juta. Takdir baik, Allah kasih gratis. Presiden malah yang menawarkan."
"Malah Presiden mengungkapkan saat itu, kami sudah kasih kewarganegaraan WNI ke pemain bola. Tetapi belum pernah juara. Kalah Mulu. Sampai ke ke final kalah lagi. Mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk Indonesia. Ingat persis bahasa beliau itu," ceritanya.
Setiap ketemu Presiden SBY, selalu mengucapkan terima kasih kepadanya sudah jadi WNI.
Ia membalas kepada Presiden juga terima kasih karena sudah menjadikan dirinya WNI.
Dari situlah, saat akan jadi WNI mendapat tantangan yang berat. Ada proses, salah satunya mundur dari warga negara Arab. Di situ tantangannya.
Di sini, Syekh Ali Jaber harus memilih pilih Arab atau Indonesia. Sehingga, ia memutuskan untuk musyawarah kepada guru dan keluarga di Arab.
Guru dan keluarga mendorong, dimanapun berada agar bisa bermanfaat untuk orang banyak.
"Dengan Bismillah, saya beranikan diri mundur dari Negara Arab jadi WNI. Ternyata, keputusan ini menjadi takdir dan ternyata takdir itu baik. Selama Indonesia, diberikan kemudahan. Bisa Bahasa Indonesia dan sangat dimudahkan Allah. Jadi WNI, merupakan karunia dari Allah SWT, ungkapnya.
Bahkan, takdir baik dari Allah setelah menjadi WNI, ketika ia mengundang imam besar di Palestina untuk isi program Damai Indonesiaku. Saat bertemu, imam besar Masjidil Aqsa terkejut.
Saat itu imam besar berkata, pakaian Arab, wajah Arab, tapi bahasa pakai Bahasa Indonesia. Tahu dirinya WNI, ia diundang ke Palestina. Ternyata, di Palestina WNI di sana sangat istimewa.