Pensiun Dini dari PNS, Pria Ini Pilih Jadi Petani Jeruk Nipis, Omzetnya Sekarang Bikin Iri

Ditemui di kebun jeruk nipisnya yang memiliki luas 1 hektar, Aspar tampak asyik memeriksa tanaman jeruk nipisnya.

Penulis: Agung Dwipayana | Editor: M. Syah Beni
Tribunsumsel.com/ Agung Dwipayana

Yang lebih membahagiakan lagi,  ia mengaku dapat memberi pekerjaan kepada warga sekitar kebun, yaitu ibu-ibu pemetik buah jeruk.

“Memang penghasilan secara materi belum terlalu besar karena lahan belum terlalu luas. Namun saya senang dan bahagia karena bisa membantu menambah penghasilan warga sekitar terutama ibu-ibu yang jadi pemetik buah,” katanya bangga.

Adapun kendala yang dihadapi saat ini, menurut Aspar adalah musim kemarau, sebab tanaman jeruk membutuhkan air untuk menumbuhkan bunga bakal buah. 

Untuk mengatasinya, Aspar menggali sumur di kebunnya untuk sumber air menyiram tanaman.

c
c ()

Meski di saat musim kemarau, Aspar mengaku ada berkah tersendiri, yakni harga jeruk nipisnya sempat naik mencapai Rp 6000 perkilogram atau naik dua kali lipat.

"Sebab saat ini banyak kebun jeruk petani lain yang tidak berbuah, sementara buah jeruk di sini masih bisa panen," bebernya seraya tersenyum.

Aspar menambahkan, tanah di Kabupaten OI secara umum, sangat cocok untuk bertanam jeruk nipis. Bahkan menurutnya, Kabupaten OI memiliki potensi menjadi sentra kebun jeruk nipis. 

Ia pun menyarankan agar pemerintah agar dapat menjadikan Kabupaten OI sentra tanaman jeruk nipis di Provinsi Sumsel.

c
c ()

"Saya sudah buktikan sendiri, tanah lahan pertanian kita bagus. Kalau kita dapat mengelola tanaman jeruk dengan baik, bukan tidak mungkin Ogan Ilir jadi pusat buah jeruk dan bisa menghasilkan pendapatan bagi daerah," tutupnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved