Berita OKU Timur
Manfaatkan Lahan Sempit, Petani di Desa Rasuan OKU Timur Raup Cuan dari Tanam Cabai
Ia memastikan daun-daunnya tidak terserang hama, memeriksa kelembaban tanah, dan sesekali membersihkan gulma yang tumbuh liar.
Penulis: CHOIRUL RAHMAN | Editor: Sri Hidayatun
TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - Tulus (42) seorang petani di Desa Rasuan, Kecamatan Madang Suku I, Kabupaten OKU Timur memanfaatkan lahan seluas 50 x 50 meter.
Di lahan sederhana itulah ia menanam cabai, tanaman yang bagi sebagian orang biasa saja, tetapi bagi Tulus adalah sumber kehidupan.
Setiap pagi, Tulus memulai hari dengan menyusuri deretan tanaman cabai yang ditanamnya rapi.
Ia memastikan daun-daunnya tidak terserang hama, memeriksa kelembaban tanah, dan sesekali membersihkan gulma yang tumbuh liar.
Baginya, cabai bukan sekadar komoditas pertanian, melainkan harapan untuk menghidupi keluarga.
“Kalau cabai berhasil panen, hasilnya bisa dipakai untuk biaya sekolah anak-anak, kebutuhan dapur, dan sedikit tabungan,” ujarnya sambil tersenyum tipis, Sabtu (06/09/2025).
Meski luas lahan yang dimiliki hanya terbatas, Tulus tak pernah patah semangat. Dengan ukuran 50 x 50 meter, ia mengatur pola tanam seefektif mungkin agar produktivitas tetap tinggi.
Ia percaya, keterbatasan lahan tidak menjadi penghalang jika dikelola dengan tekun. Cabai dipilih bukan tanpa alasan.
Selain permintaan pasar yang relatif stabil, tanaman ini dinilai mampu memberi keuntungan lebih cepat dibanding komoditas lain.
Namun di balik itu, risiko juga besar. Hama, penyakit tanaman, hingga fluktuasi harga di pasar kerap menjadi tantangan yang harus dihadapinya.
“Kadang harga cabai bisa jatuh sampai membuat kami petani rugi. Tapi kalau pas harga naik, hasilnya bisa menutup kebutuhan rumah tangga bahkan lebih,” kata Tulus, mengingat dinamika yang sudah sering ia alami.
Bagi Tulus, menjadi petani cabai adalah pilihan sekaligus panggilan. Meski cuaca tak menentu, harga pasar sering tidak bisa diprediksi, dan biaya pupuk kian mahal, ia tetap menjalaninya dengan penuh keyakinan.
Baca juga: Hadiri Panen Raya, Ribuan Petani OKU Timur Sambut Mawardi Yahya
“Bertani itu harus sabar. Kalau putus asa, tanaman tidak akan terurus, hasilnya juga pasti jelek. Saya selalu berdoa semoga Allah beri panen yang baik,” ungkapnya lirih.
Ia mengaku, ada rasa bangga ketika melihat cabai hasil tanamannya bisa dijual dan menjadi bahan masakan di rumah-rumah warga sekitar. Dari lahan kecilnya di Rasuan, ia merasa turut memberi sumbangsih pada ketahanan pangan lokal.
Kisah Tulus adalah potret kecil dari banyak petani desa di OKU Timur yang menggantungkan hidup dari lahan pertanian.
Dukungan LKP English Corner Belitang Antar Siswa SMPN 1 BMR ke Ajang WICE 2025 |
![]() |
---|
Dengan Dana Desa, Warga Gotong Royong Bangun Infrastruktur Desa Kotabaru Selatan OKU Timur |
![]() |
---|
Berkendara Saat Hujan Deras, Pemotor Tewas Tertimpa Pohon Tumbang di Jalan Lintas Komering OKU Timur |
![]() |
---|
Canda Tawa Warnai Penutupan Latihan Bersama Super Garuda Shield 2025 di OKU Timur |
![]() |
---|
Super Garuda Shield 2025, Latihan Puncak CALFEX di OKU Timur, Pamerkan Sinergi Militer Multinasional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.