Polisi Bantu Tunawisma di Palembang
Pulang Jalan Kaki Bawa Jasad Bayinya, Tunawisma di Palembang Diusir Mertua, Akhirnya Dibantu Polisi
Kisah pilu dialami pasutri tunawisma di Palembang yang kebingungan saat hendak memakamkan bayi mereka hingga akhirnya dibantu polisi.
Penulis: Rachmad Kurniawan | Editor: Shinta Dwi Anggraini
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Kisah pilu dialami Joko (40) dan Novi Yanti (29) pasutri tunawisma di Palembang yang kebingungan saat hendak memakamkan bayi mereka.
Tunawisma adalah istilah untuk menyebut orang yang tidak memiliki tempat tinggal tetap. Mereka biasanya hidup berpindah-pindah atau tinggal di tempat umum yang bukan hunian layak, misalnya di jalanan, kolong jembatan, terminal, stasiun, atau bangunan terbengkalai.
Joko dan Novi Yanti, kehilangan bayi perempuan mereka yang baru berusia 20 hari meski sempat mendapat perawatan di rumah sakit pasca dilahirkan.
Pilunya, Joko yang membawa pulang jasad bayinya dengan berjalan kaki namun berujung diusir dari rumah mertua.
Beruntung, pasangan ini kemudian dibantu anggota siaga SPKT Polda Sumsel yakni AKP Sutiyoso bersama dua anggota untuk memakamkan jenazah bayinya di TPU Kamboja, Kota Palembang.
Peristiwa memilukan ini terjadi pada, Sabtu (21/9/2025).
Baca juga: Pertamax di OKU Timur Langka Hingga Buat Warga Resah, Pengelola SPBU Akui Pasokan Tak Lancar
Saat dijumpai di SPKT Polda Sumsel pada Sabtu malam, Joko menceritakan bayi perempuannya itu dinyatakan meninggal dunia oleh dokter di rumah sakit BARI Palembang karena sesak napas.
Bahkan bayinya sudah diberi nama, Firli Saputri.
"Dari semenjak lahir dirawat di sana sudah 20 hari. Selama dirawat alhamdulillah kami urus surat-surat supaya biayanya lebih ringan," ujar Joko.
Kemudian pihak rumah sakit menyediakan ambulans, mulanya Joko minta diantarakan ke rumah mertuanya di kawasan 10 Ilir.
Tapi karena lokasi rumah mertuanya berada di gang sempit, ia minta diturunkan di sekitar bundaran air mancur (BAM) Masjid Agung.
"Saya minta diturunkan di sana, karena mau ke tempat mertua. Dari bundaran air mancur jalan kaki ke rumah mertua," katanya.
Sampai di rumah mertua, Joko yang menggendong jasad anaknya bersama istri justru tak diterima dan diusir. Hal itu membuatnya tambah sedih dan bingung mencari bantuan kemana.
"Sampai di sana saya dimaki-maki. Dibilang bawa mayatlah, apalah. Di situ hati saya bingung," ungkapnya.
Karena tak diterima, akhirnya Joko dan Novi kembali berjalan kaki menuju ke Masjid Agung SMB Jayo Wikramo.
BMKG Prediksi Tiga Hari Hujan di Sumsel Mulai Sabtu Hingga Hari Senin Lusa |
![]() |
---|
Herman Deru Hadiri Peringatan Maulid Nabi di Musholla Al-Huda OPI Palembang, Perkuat Silaturahmi |
![]() |
---|
Makna Lagu Lihat Kebunku Versi Jeje Viral, Lirik: Mengapa Bunga di Taman Hatiku Hanya Satu |
![]() |
---|
Kebakaran Lahan Dekat Tol Palindra Sejak Siang Hingga Malam Ini, Pemadaman Masih Berlangsung |
![]() |
---|
Belum Sempat Nikmati Hasil Curian Sepeda Listrik, Pemuda Sungai Lilin Diciduk Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.