Polemik Bus Mahasiswa Unsri
Berharap Lebih Ekonomis, Mahasiswa Unsri Minta Bus Kaleng Bisa Masuk Kampus, 43 Bus Tak Laik Jalan
Pasha menjelaskan, bus organda yang selama ini bisa masuk ke kampus kini dilarang karena dianggap tidak memenuhi standar kelayakan.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG -- Kampus Unsri Bukit Besar di Palembang kini terlihat ramai oleh sejumlah Bus Damri yang hilir mudik menuju kampus Unsri Indralaya. Bus-bus tersebut menaikkan penumpang di halte yang telah disiapkan di dekat lapangan bola.
Sejumlah mahasiswa Unsri berharap ada solusi bagi mereka yang menempuh pendidikan di kampus Unsri Indralaya dari Palembang, salah satunya dengan mengizinkan kembali bus organda atau yang sering disebut 'bus kaleng'. Pasalnya, Bus Damri yang tersedia masih terbatas dan tidak beroperasi setiap saat.
Sebagai informasi, dalam sejumlah video di media sosial, beberapa mahasiswa Unsri Indralaya bahkan tidak bisa pulang ke Palembang hingga malam hari karena tidak ada lagi bus yang beroperasi.
Persoalan ini ditindaklanjuti oleh BEM Unsri yang melakukan audiensi dengan Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan dan Kerja Sama Unsri. Pertemuan tersebut membahas isu penting seputar transportasi mahasiswa, yang mencakup beberapa poin, yaitu:
Operasional bus organda dan uji kelayakan kendaraan.
Penyediaan shuttle bus bagi mahasiswa.
Armada Damri dan isu tarif yang beredar.
Rencana sosialisasi titik dan jadwal shuttle bus.
Presiden Mahasiswa atau Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsri, Pasha Fazillah Afap, angkat bicara terkait kericuhan yang terjadi di Kampus Unsri Indralaya beberapa hari terakhir akibat persoalan transportasi mahasiswa ini.
Pasha menjelaskan, bus organda yang selama ini bisa masuk ke kampus kini dilarang karena dianggap tidak memenuhi standar kelayakan.
"Alasan utama beberapa bus organda tidak diizinkan masuk ke area kampus karena belum memenuhi standar kelayakan yang ditetapkan oleh Dinas Perhubungan (Dishub)," kata Pasha, Kamis (28/8/2025).
Lebih lanjut Pasha menerangkan, sebenarnya ada beberapa bus organda yang sudah lulus uji kelayakan. Namun, mereka memilih untuk melakukan aksi solidaritas dan serentak kembali ke Palembang bersama bus yang tidak lulus uji.
"Tujuan utama standar kelayakan bus ini adalah untuk memastikan bahwa setiap bus telah terjamin keamanan dan keselamatannya bagi para mahasiswa," ujarnya.
Pasha menambahkan, terkait masalah unit Bus Damri yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan transportasi mahasiswa, ia selaku perwakilan BEM bersama organisasi kemahasiswaan lainnya berkomitmen untuk mengawal dan mengusahakan penambahan unit Bus Damri.
"Kemarin kami telah melakukan audiensi bersama Wakil Rektor IV, dan hasilnya pihak kampus sepakat untuk menambah armada Bus Damri dari 10 menjadi 13 unit. Selain itu, jam operasional Bus Damri yang tadinya hingga pukul 14.00 WIB diperpanjang hingga pukul 20.00 WIB," paparnya.
Pasha juga menyebutkan, pihak kampus telah menyiapkan 2 unit bus besar, 7 unit bus sedang, serta 3 unit shuttle bus untuk membantu transportasi mahasiswa, baik untuk rute Palembang-Indralaya maupun rute internal kampus.
"Pengembangan moda transportasi ini ditargetkan rampung pada akhir tahun 2025," imbuhnya.
Di sisi lain, pihak BEM juga berkomitmen untuk membantu bus organda dalam menyelesaikan masalah standar kelayakan dengan membuka jalur komunikasi ke Dishub. Harapannya, bus organda bisa kembali beroperasi asalkan lulus standar kelayakan.
"Harapannya, mahasiswa dapat dengan bebas memilih moda transportasi darat yang akan digunakan, tanpa khawatir akan kurangnya keselamatan, keamanan, dan kenyamanan," tuturnya.
Pasha menyatakan, diperkirakan ada ribuan mahasiswa yang melakukan perjalanan pulang-pergi Palembang-Indralaya setiap hari.
"Data pasti mahasiswa yang pulang-pergi sejauh ini belum diketahui, tetapi perkiraan kami ada ratusan bahkan ribuan mahasiswa melakukan perjalanan pulang-pergi Palembang-Indralaya setiap harinya," tandas Pasha.
Pasha melanjutkan, banyak masukan dari mahasiswa yang berharap bus organda dapat kembali beroperasi dan masuk ke wilayah kampus karena harganya terjangkau serta jangkauannya yang lebih luas di Palembang, seperti kawasan Plaju dan Kertapati.
"Bus organda ini tujuannya ke Indralaya tanpa harus naik dari halte Unsri Bukit. Mahasiswa juga berharap pihak kampus bisa memberikan subsidi untuk transportasi Damri agar harganya bisa lebih murah lagi," pungkasnya.
Baca juga: Polemik Angkutan Mahasiswa Unsri, Bus Damri Bakal Ditambah, Jam Operasional Hingga Pukul 20.00 WIB
Baca juga: Harga Lebih Murah, Mahasiswa Unsri Berharap Bus Kaleng Tetap Bisa Masuk Kampus
Tanggapan Mahasiswa dan Orang Tua
Cantika, seorang mahasiswa semester VII Fakultas Hukum Unsri, berharap Unsri dapat memberikan solusi transportasi yang murah dan lebih terjangkau.
"Pastinya, mahasiswa tidak masalah dengan moda transportasi apa pun, asalkan tersedia dan tidak mempersulit kami," kata Cantika, Kamis (28/8/2025).
Ia mengakui memang lebih nyaman menggunakan Bus Damri daripada bus organda. Namun, ongkos Bus Damri lebih mahal, yaitu Rp15.000, dibandingkan bus organda yang hanya Rp10.000 untuk perjalanan pulang-pergi Palembang-Indralaya.
"Mahasiswa tentu inginnya yang lebih murah atau ekonomis. Kami berharap bus organda tetap bisa beroperasi karena sangat membantu," harap Cantika.
Hal senada diungkapkan Erni, seorang orang tua mahasiswa Unsri. Aturan yang melarang bus organda masuk ke kampus Unsri Indralaya memaksa anaknya menggunakan Bus Damri.
"Sekarang anak saya membawa mobil sendiri dan parkir di kampus Unsri Bukit Besar, lalu lanjut naik Bus Damri. Kalau naik bus organda tidak bisa masuk kampus," paparnya.
Ia menambahkan, selama ini anaknya menggunakan bus organda karena tidak harus naik di kampus Unsri Bukit Besar, tetapi bisa naik di beberapa titik tertentu.
"Kalau bus organda, naiknya tidak harus di kampus Unsri Bukit Besar, kadang di titik tertentu bisa langsung naik," jelasnya, seraya mengatakan hal itu membuat uang saku anaknya untuk ongkos harian meningkat.
43 Bus Angkutan Mahasiswa Unsri Tak Laik Jalan
Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menegaskan bahwa bus angkutan mahasiswa Universitas Sriwijaya (Unsri) harus lulus uji KIR (uji kelayakan jalan) demi menjamin keselamatan penumpang. Namun, dari 49 bus yang diperiksa, 43 bus di antaranya dinyatakan tidak layak beroperasi.
Kepala Dishub Sumsel, Ari Narsa, menjelaskan bahwa dari 49 bus yang diuji, hanya 3 bus yang lulus uji KIR, 3 bus direkomendasikan dengan catatan perbaikan, dan 43 bus tidak direkomendasikan untuk beroperasi. Bus-bus yang tidak layak jalan tersebut memiliki berbagai masalah, seperti rem tangan tidak berfungsi, kaca spion pecah atau lepas, dan ban gundul.
"Bus angkutan mahasiswa yang laik jalan ada 29 unit, terdiri dari 16 unit Bus Damri dan 13 unit bus Organda," kata Ari Narsa, Kamis (28/8/2025). "Mengingat jumlah mahasiswa Unsri lebih dari 30 ribu, kami mendorong Organda untuk melakukan peremajaan bus."
Ari Narsa menambahkan, bus yang lulus uji KIR akan dipasangi stiker ber-barcode agar bisa masuk ke lingkungan kampus. Bus tanpa stiker hanya diperbolehkan mengantar penumpang hingga di depan kampus atau parkir di terminal.
Organda:Memang Tidak Memenuhi Syarat
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumsel, Ismail Hamid, mengungkapkan bahwa dari 49 bus yang diuji, hanya 6 bus angkutan mahasiswa yang diizinkan beroperasi di dalam kampus Unsri Indralaya. Enam bus tersebut terdiri dari tiga bus ber-AC dan tiga bus non-AC.
Bus lainnya tidak dapat masuk kampus karena belum memiliki stiker laik jalan dan kartu pengawasan. Ismail menjelaskan, untuk mendapatkan kartu pengawasan, kondisi bus harus baik dan semua komponennya berfungsi.
"Namun, faktanya, kondisi bus di lapangan banyak yang rusak," ujar Ismail.
"Pemilik bus menuduh kami 'main mata' karena bus mereka tidak mendapatkan stiker. Padahal, kondisi busnya memang tidak memenuhi syarat."
Ismail menyebut bahwa selama ini pemilik bus kurang memperhatikan kondisi kendaraan karena hanya fokus pada operasional. Ia berharap dengan adanya aturan ini, pemilik bus terdorong untuk memperbaiki armada mereka. "Intinya harus dipaksa dulu baru mau diperbaiki," tegasnya.
Untuk mengatasi kesulitan mahasiswa mendapatkan angkutan pulang, Bus Damri menambah jam operasionalnya dari pukul 14.00 WIB menjadi pukul 16.00 WIB. Meskipun tarif Bus Damri lebih mahal (Rp15.000) daripada bus Organda (Rp10.000), jumlah bus Organda yang bisa beroperasi saat ini masih sangat terbatas. (arf/nda)
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com
Polemik Angkutan Mahasiswa Unsri, Bus Damri Bakal Ditambah, Jam Operasional Hingga Pukul 20.00 WIB |
![]() |
---|
Harga Lebih Murah, Mahasiswa Unsri Berharap 'Bus Kaleng' Tetap Bisa Masuk Kampus |
![]() |
---|
Polemik Angkutan Mahasiswa Unsri, Dari 49 Bus yang Diperiksa Dishub Sumsel, Hanya 3 yang Laik Jalan |
![]() |
---|
Polemik Moda Angkutan Mahasiswa Unsri, Damri Terbatas, Bus Kaleng Dilarang Masuk Kampus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.