“Kami ingin Candi Bumi Ayu menjadi ikon Kabupaten PALI, tidak hanya secara fisik tapi juga dalam ingatan kolektif masyarakat. Kami akan mulai dari edukasi, termasuk memperkenalkan nama-nama arca dan sejarah candi kepada pelajar dan warga sekitar,” terang Novi.
Menurutnya, kerja sama antara pemerintah ,masyarakat, dan lembaga budaya menjadi kunci keberhasilan pengembangan situs ini secara berkelanjutan.
Diskusi yang berlangsung hangat dan interaktif itu juga dihadiri sejumlah tokoh, di antaranya Camat Tanah Abang H. Darmawan, SH, Kepala Desa Bumi Ayu Saprin, Kepala Desa Tanah Abang Selatan Ahmad Sartono, SH, serta Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Andi Patahhila, dan Kepala SMPN 1 Tanah Abang Suparmanto.
Sementara itu, tokoh masyarakat setempat juga turut menyampaikan harapan agar pengembangan kawasan Candi Bumi Ayu turut menyentuh kepentingan warga, terutama dalam hal pemberdayaan ekonomi dan keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam kegiatan wisata.
“Kami siap mendukung, asal pelestarian ini juga memberi ruang bagi warga untuk ikut ambil bagian, seperti menjadi pemandu wisata, pengrajin suvenir, atau pengelola homestay,” ungkap seorang tokoh masyarakat yang hadir dalam forum diskusi tersebut.
Diskusi ini diharapkan bukan menjadi ajang seremonial belaka, tetapi sebagai tonggak awal penguatan identitas budaya lokal dan peningkatan ekonomi masyarakat melalui sektor pariwisata berbasis sejarah.
Jika dikelola dengan serius dan inklusif, bukan tak mungkin Candi Bumi Ayu akan bersinar menjadi Borobudur-nya Bumi Serepat Serasan.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnnya di Google News
Ikuti dan bergabung dalam saluran whatsapp Tribunsumsel.com