Beras Oplosan

Petani di OKU Timur Berharap Harga Gabah Tetap Stabil Saat Praktek Beras Oplosan Terbongkar

Penulis: CHOIRUL RAHMAN
Editor: Slamet Teguh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI PETANI PADI - Petani di OKU Timur Berharap Harga Gabah Tetap Stabil Saat Praktek Beras Oplosan Terbongkar, Minggu (13/7/2025).

TRIBUNSUMSEL.COM, MARTAPURA - PT Belitang Panen Raya (BPR), perusahaan produsen sekaligus distributor beras yang berbasis di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan, tengah menjadi sorotan setelah dikabarkan menjalani pemeriksaan oleh Bareskrim Polri. 

Pemeriksaan tersebut terkait dugaan kecurangan dalam kualitas dan takaran beras yang dipasarkan ke masyarakat.

Dimana PT. Belitang Panen Raya telah menghasilakan produk beras dengan brand 'Beras Raja' dengan berbagai jenis produk yang telah dipasarkan di seluruh Indonesia baik di pasar tradisional maupun di pasar modern.  

Meski proses hukum masih berjalan dan belum ada keterangan resmi dari kepolisian, kabar ini sudah menimbulkan berbagai reaksi, terutama dari kalangan petani.

Rodi, seorang petani di wilayah Belitang, menyambut baik langkah penegakan hukum ini.

Menurutnya, pengawasan terhadap distributor besar seperti PT BPR memang perlu dilakukan demi menciptakan sistem penjualan beras yang adil bagi masyarakat.

"Kami mendukung jika pemerintah ingin memperbaiki sistem penjualan beras. Jangan sampai ada monopoli yang ujung-ujungnya merugikan rakyat kecil," ujar Rodi, Minggu (13/7/2025).

Sementara itu, kekhawatiran datang dari kalangan petani yang berharap agar isu ini tidak berdampak pada stabilitas harga gabah di tingkat petani.

Ratno, seorang petani dari wilayah Semendawai Suku III, mengaku waswas jika proses hukum terhadap PT BPR justru memicu ketidakpastian harga gabah di pasar.

"Kalau soal urusan hukum perusahaan, kami petani ini tidak ikut campur. Yang penting bagi kami itu harga gabah tetap stabil,” ujar Ratno.

Ia juga menyoroti dampak yang mungkin timbul terhadap harga gabah petani.

"Kalau soal itu, petani tidak ikut campur. Tapi jangan sampai harga gabah jadi turun gara-gara isu ini. Sebentar lagi kan panen raya," ucapnya.

Baca juga: Polisi dan Kementan Bongkar Praktek Beras Oplosan, DKPP Sumsel Ngaku Belum Terima Laporan Masyarakat

Baca juga: Pemerintah Indonesia Berikan Bantuan 10.000 Ton Beras untuk Palestina

Ia menambahkan bahwa dalam waktu dekat para petani di wilayahnya akan memasuki masa panen raya, dan situasi seperti ini bisa menimbulkan kekhawatiran tersendiri.

“Jangan sampai gara-gara masalah ini, perusahaan berhenti beli atau harga gabah turun. Soalnya sebentar lagi kami panen. Petani itu kan hidupnya tergantung dari hasil gabah,” tambahnya.

Menurut Ratno, selama ini petani sudah cukup menghadapi tantangan mulai dari cuaca yang tak menentu hingga ongkos produksi yang terus naik.

Halaman
12

Berita Terkini