Pemusnahan Bom di Garut Makan Korban
Segini Bayaran 9 Warga Sipil yang Tewas Bantu TNI Preteli Amunisi Sebelum Ledakan di Garut, KDM Syok
9 warga sipil yang tewas akibat ledakan amunisi kedaluwarsa itu mempunyai tugas khusus dari anggota TNI, dibayar upah Rp150-200 ribu, kerja autodidak
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Kharisma Tri Saputra
TRIBUNSUMSEL.COM - Seorang warga bernama Agus mengungkap bayaran yang diterima para korban yang tewas dalam ledakan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Sebanyak 9 warga sipil yang tewas akibat ledakan amunisi kedaluwarsa itu mempunyai tugas khusus dari anggota TNI.
Cerita tersebut disampaikan Agus langsung kepada Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi guna meluruskan kabar soal para korban tewas dalam ledakan karena nekat memulung bekas amunisi.
Baca juga: Tangis Ilmansyah, Korban Selamat dari Ledakan Amunisi Garut, Trauma Ingat Serpihan Kulit Berjatuhan
Diakui Agus, ia pun termasuk dalam warga yang bekerja membantu TNI di lokasi pemusnahan amunisi tersebut.
Namun saat tragedi terjadi, Agus beruntung tak ada di TKP.
Kepada Dedi Mulyadi, Agus menceritakan profesi warga dalam membantu TNI memreteli selongsong amunisi dan peluru.
Bahkan kata Agus, ia sering pergi ke beberapa daerah untuk melakoni pekerjaannya itu.
"Bapak sudah punya keahlian, sudah pergi ke mana-mana?" tanya Dedi Mulyadi, dikutip dari siaran langsung di Facebook Tribun Jabar, Selasa (13/5/2025).
"Saya pernah ke Makassar, mkk buat peluru senjata, peluru kecil," akui Agus.
"Buka selongsong?" tanya Dedi lagi.
"Iya," imbuh Agus.
Penasaran, Dedi pun bertanya detail soal pekerjaan memretli amunisi yang dilakoni warga.
Termasuk soal bayaran dari TNI untuk warga.
"Selama ini selongsong-selongsong besinya dikemanain?" tanya Dedi Mulyadi.
"Enggak tahu bapak itu mah, yang penting saya cuma menjinakan," kata Agus.
Baca juga: Beda Pernyataan TNI dan Warga Soal Keberadaan Warga Sipil di Lokasi Ledakan Amunisi di Garut
Agus mengaku menerima upah Rp150-200 ribu dari TNI.
"Bapak diupah sehari Rp150 ribu. Tiap hari itu kerjanya?" tanya Dedi lagi.
"Enggak lama pak, paling lama 15 hari," akui Agus.
"Sebulan (kerja) 15 hari?" tanya Dedi.
"Maksudnya tiap kesatuan, yang sekarang kesatuan dari Jakarta, itunya (kerjanya) 15 hari, kadang enggak sampai 15 hari," jawab Agus.
Mendengar hal tersebut, Dedi Mulyadi sempat terdiam.
Terkait dengan keahlian membongkar selongsong peluru, Agus mengaku tak punya bukti sertifikasi.
"Posisi bapak bukan mulung, bukan berburu besi bekas? bukan berburu selongsong?" tanya Dedi Mulyadi.
"Bukan bapak," beber Agus.
"Posisi di situ bekerja, kuli dengan upah sehari Rp150 sampai Rp200 ribu. Yang dapat gaji Rp200 siapa?" tanya Dedi lagi.
"Almarhum pak Iyus, sesepuh," jawab Agus.

Meski begitu, beberapa pekerja yang membantu TNI dalam memreteli amunisi itu juga ada yang bekerja mengumpulkan serpihan peluru yang diledakkan.
Hasilnya pun bakal dijual.
"Kan di sana bukan posisi mulung tapi posisi kerja. Pertanyaannya di antara ini suka bawa besi dijual enggak?" tanya Dedi Mulyadi.
"Dijual bapak," akui Agus.
"Berarti suka mulung juga," imbuh Dedi.
"Iya, di luar (gaji Rp150 ribu) buat tambahan. Dapat kadang Rp50 ribu kadang Rp100 ribu," ujar Agus.
"Dijualnya ke mana?" tanya Dedi.
"Ada pengepulnya," kata Agus.
Sebelumnya, Rustiawan, salah satu warga lainnya yang terlibat dalam persiapan pemusnahan amunisi tersebut ikut menjadi korban tewas.
Tak sendiri, ia bersama sejumlah temannya yang turut ikut dalam proses pemusnahan itu.
Video berdurasi 44 detik tersebut direkam saat pekerja yang tengah fokus menyiapkan amunisi sebelum dimusnahkan.
Terlihat seorang pria dengan posisi paling depan yang diketahui merupakan Rustiawan.
Rustiawan terlihat memegangi dan memeriksa objek yang tampak seperti amunisi atau proyektil.
Ia duduk di tanah dengan posisi membungkuk.
Dia mengenakan pakaian lengan panjang bermotif loreng abu-abu.
Aparat Desa Sebut Warga Dipercaya TNI
Tribunjabar.id mengkonfirmasi kebenaran video tersebut kepada aparatur Desa Sagara yakni Doni David.
Ia membenarkan bahwa video tersebut merupakan proses persiapan sebelum pemusnahan amunisi yang berlangsung Senin (12/5/2025).
"Masyarakat memang dilibatkan dalam proses itu, bukan hanya menggali lubang, tapi dari mulai memilah hingga menyusun," ujar Doni kepada Tribunjabar.id, Selasa (13/5/2025).
Ia menuturkan, sejumlah warga selama ini memang dipercaya untuk membantu TNI dalam setiap proses pemusnahan.
Doni menegaskan, kabar yang beredar soal korban tewas akibat memulung sisa ledakan merupakan informasi yang keliru.
Dia menyebut selama ini warga memang dipercaya oleh TNI untuk membantu proses pemusnahan.
"Kami dari pemerintahan desa tidak menerima warga kami dianggap memulung, tidak mungkin memulung karena lokasi tersebut dijaga ketat. Apalagi saat kejadian kan anggota TNI juga jadi korban," ungkap dia.
Doni menjelaskan bahwa saat ini pihak keluarga masih menunggu proses identifikasi yang dilakukan di RSUD Pameungpeuk. Rencananya sembilan korban sipil akan disemayamkan hari ini di rumah duka.
"Kami turut berduka cita atas kejadian ini, semoga amal ibadah pada korban diterima di sisi Allah," ungkapnya.
Baca juga: 7 Fakta Pemusnahan Amunisi di Garut Tewaskan 13 Orang, Korban Warga Sipil Dilibatkan Bantu TNI
Penyataan TNI
Muncul narasi bahwa warga sipil nekat mendekati lokasi demi mengumpulkan selongsong bekas bahan peledak yang bernilai ekonomis karena terbuat dari besi dan kuningan.
Narasi bahwa warga sipil berada di lokasi pemusnahan amunisi kedaluwarsa datang dari pernyataan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen Kristomei Sianturi.
Dalam wawancara bersama Kompas TV, Senin (12/5/2025) Mayjen Kristomei menyebut bahwa warga sekitar memang kerap datang ke lokasi pemusnasan amunisi.
Menurut dia, warga biasanya mengumpulkan logam bekas selongsong yang dimusnakan untuk dijual kembali.
"Memang biasanya di sana apabila selesai peledakan, masyarakat datang untuk mengambi sisa-sisa peledakan tadi, apakah sisa-sisa logamnya yang dikumpulkan, tembaga, atau besi bekas granat, mortir," kata Kristomei kepada KompasTV, Senin (12/5/2025).
"Mungkin ada ledakan kedua atau detonator yang belum meledak sebelumnya, sehingga ketika masyarakat datang ke sana terjadi ledakan susulan."
Kristomei menuturkan, meski prosedur pemusnahan sudah mengikuti standar, tidak tertutup kemungkinan terjadi ledakan kedua setelah proses utama selesai.
"Kita dalami lagi. Mungkin ada ledakan kedua, detonator yang belum meledak, sehingga ketika masyarakat ke sana (terjadi ledakan), tapi itu dugaan awal," ungkap Kristomei.
Kristomei menyebutkan, bahan peledak kedaluwarsa memang tidak bisa diprediksi sehingga butuh pendalaman. "Namanya amunisi kedaluwarsa, tidak bisa kita perkirakan. Nanti kita dalami," tambahnya.
Selanjutnya, tim penyusun amunisi dari TNI AD melakukan persiapan pemusnahan di dalam dua lubang sumur yang disiapkan sebelumnya. Baca juga: 8 Hal tentang Ledakan Amunisi Kedaluwarsa di Garut Versi TNI Setelah itu, tim penyusun amunisi ke pos masing-masing untuk melaksanakan pengamanan.
Peledakan amunisi afkir di dua lubang sumur tersebut pun berhasil dilakukan.
"Peledakan di dua sumur ini berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," ujar Wahyu.
Namun, sejumlah warga dilaporkan langsung mendekati lokasi.
Hal itu dilakukan sejumlah warga untuk mengumpulkan selongsong bom.
Para korban tak menyadari jika ada bom atau peledak yang belum meledak sepenuhnya.
Kemudian, terdapat satu lubang sumur lain yang peruntukannya untuk menghancurkan detonator, termasuk sisa detonator yang ada berkaitan dengan amunisi tidak layak pakai tersebut.
"Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," ujar Wahyu.
Meski begitu, Kristomei menyatakan bahwa hal tersebut baru dugaan awal karena TNI masih melakukan investigasi.
Tujuannya untuk mencari penyebab pasti ledakan amunisi di Garut yang turut menewaskan empat prajurit.
Baca juga: Aparatur Desa Bantah soal Warganya Mulung Sisa Ledakan Amunisi Berujung Tewas: Sudah Dipercaya TNI
TNI AD Tanggung Jawab Penuh
Markas Besar (Mabes) TNI Angkatan Darat (AD) menyampaikan duka mendalam ke para korban ledakan amunisi yang terjadi di Garut, Jawa Barat, Senin (12/5/2025) kemarin.
TNI bahkan menyatakan bertanggung jawab penuh terkait dengan insiden yang memakan korban 4 prajurit TNI dan 9 warga sipil itu.
“TNI Angkatan Darat bertanggung jawab secara penuh untuk membantu semua proses penanganan dan pemakaman para korban. Baik yang berasal dari jajaran TNI Angkatan Darat maupun yang berasal dari masyarakat sekitar," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana dalam keterangan video yang diterima Kompas.com, Selasa (13/5/2025).
"Di mana untuk warga masyarakat sekitar yang menjadi korban, jajaran Kodam III Siliwangi, Korem 062 Tarumanegara dan juga Kodim Garut akan membantu semua proses pemakaman sampai dengan selesai," tambah dia.
Brigjen TNI Wahyu Yudhayana mengatakan bahwa proses pengambilan jenazah dari warga sipil yang menjadi korban akan dilakukan setelah mendapatkan izin dari tim medis.
"Untuk korban yang berasal dari masyarakat sekitar, setelah ada izin dari tim medis, nanti akan diambil oleh pihak keluarga masing-masing," kata Kadispenad.
Selanjutnya, jenazah akan diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan di desa masing-masing.
Ia menegaskan bahwa TNI AD melalui jajaran di wilayah setempat akan mendampingi seluruh proses pemakaman warga hingga selesai.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab moral dan institusional TNI AD atas peristiwa tersebut.
Selain itu, Wahyu juga menginformasikan bahwa kegiatan penyisiran dan investigasi di lokasi ledakan sempat dihentikan pada Senin (12/5/2025) malam karena kondisi sudah gelap.
Namun, investigasi dilanjutkan kembali sejak Selasa pagi.
“Kami juga mohon doa kegiatan investigasi yang hari ini dilanjutkan kembali oleh tim TNI Angkatan Darat dapat berjalan dengan baik," harap Kadispenad.
Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya akan terus memberikan informasi lanjutan mengenai hasil investigasi yang tengah berlangsung.
Diberitakan sebelumnya, ledakan dahsyat terjadi di kawasan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Senin pagi.
Peristiwa tersebut terjadi saat TNI melaksanakan pemusnahan amunisi kedaluwarsa.
Peristiwa memilukan ini menewaskan 13 orang, terdiri dari empat prajurit TNI dan sembilan warga sipil.
Berikut nama-nama korban meninggal dalam insiden ledakan di Garut:
Kolonel Cpl Antonius Hermawan, ST., MM.
Mayor Cpl Anda Rohanda
Kopda Eri Priambodo
Pratu Apriyo Hermawan
Sdr. Agus Bin Kasmin.
Sdr. Ipan Bin Obur.
Anwar Bin Inon.
Sdr. Iyus Ibing Bin Inon.
Sdr. Iyus Rizal Bin Saepuloh.
Sdr. Toto
Sdr. Dadang.
Sdr. Rustiawan.
Sdr. Endang.
Baca berita Tribunsumsel.com lainnya di Google News
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com
Gugur dalam Ledakan Amunisi, Ini Keinginan Terakhir Kopda Eri Priambodo, Sempat Ingin Sunatkan Anak |
![]() |
---|
Tewas Terkena Ledakan, Kisah Tragis Pratu Afrio Setiawan Batal Nikahi Kekasih Bulan Depan |
![]() |
---|
Keinginan Terakhir Kopda Eri Priambodo Sebelum Gugur Ledakan Amunisi di Garut, Ingin Sunatkan Anak |
![]() |
---|
Dinamai "Daerah Peledakan", Warga Ungkap Fakta Lokasi Pemusnahan Amunisi di Garut Tewaskan 13 Orang |
![]() |
---|
Chat Terakhir Mayor CPL Anda Rohanda Sebelum Gugur Dalam Ledakan Amunisi Garut, Kini jadi Kenangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.