Berita OKI

Dinilai Lebih Menjanjikan, Banyak Petani Karet di OKI Kini Beralih Menanam Sawit

Mereka menilai hasil dari kebun karetnya tidak lagi sesuai dengan kebutuhan hidup dan harga jual getah karet yang tidak menentu dan cenderung rendah.

Penulis: Winando Davinchi | Editor: Slamet Teguh
Tribunsumsel.com/ Winando Davinchi
SAWIT - Salah Satu Petani Sawit Saat Berjalan di Kebunnya, Beberapa Waktu yang Lalu. Dinilai Lebih Menjanjikan, Banyak Petani Karet di OKI Kini Beralih Menanam Sawit 

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG -- Hampir sebagian besar petani karet di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan mulai mengalihfungsikan lahannya menjadi perkebunan kelapa sawit.

Fenomena ini terjadi bukan tanpa alasan.

Mereka menilai hasil dari kebun karetnya tidak lagi sesuai dengan kebutuhan hidup dan harga jual getah karet yang tidak menentu dan cenderung rendah.

Dengan keadaan demikian, maka sebagian petani karet tidak lagi berselera untuk memperbaharui kebun karetnya dan mengganti dengan kelapa sawit yang memiliki nilai harga jual lebih stabil.

Salah satu sumber yang didapat dari warga Kecamatan Mesuji Raya, Suryana (48) menyebut kebun karetnya sekarang tidak adalagi yang menyadap di karenakan getah yang dihasilkan sedikit dan harga terus menurun.

"Harga sawit sekarang sekitar Rp 2.500 perkilo walaupun mengalami penurunan, Biasanya hanya dalam waktu singkat,"

"Namun berbanding terbalik dengan harga getah karet. Biasanya harga karet walaupun mengalami kenaikan paling hanya jangka waktu satu atau dua bulan dan setelah itu murah kembali,"

"Sehingga saya memutuskan mengubah tanaman karet menjadi perkebunan sawit," katanya sewaktu dihubungi oleh Tribunsumsel.com pada Selasa (13/5/2025) sore.

Menurutnya, para petani tergiur hasil yang didapatkan dari menjual tandan buah segar (TBS) yang selalu berbuah tanpa ada musim.

"Tentunya yang menjadi daya tarik yaitu harganya yang sempat tinggi bisa sampai Rp 3.000 perkilogram dan jika pemberian pupuk rutin dan perawatan maksimal. Setengah bulan sekali sawit bisa dipanen dan tanpa ada musiman," ungkapnya.

Cerita serupa disampaikan warga Kecamatan Pedamaran Timur, Lukman (40) yang selesai mengubah karet untuk ditanami sawit dilahan seluas 2 hektar.

"Baru beberapa bulan umur sawitnya dan sampai berbuah menunggu sekitar 4 tahun lagi. Tentunya lebih menjanjikan menambah kebutuhan hidup," bebernya.

Dikatakan kembali, untuk harga jual yang saat ini masih rendah.

Akan tetapi dia tidak khawatir karena sejak dahulu buah sawit harganya naik dan turun.

"Sudah tidak kaget kalau soal harga turun. Tetapi saya yakin tidak lama lagi harga akan kembali normal, Insya Allah pas sawit saya berbuah harganya kembali tinggi," harapnya.

Baca juga: Harga TBS Sawit Hari ini, 8 Mei 2025 di OKU Turun Jadi Rp 2.985/Kg di Tingkat Pabrik

Baca juga: Ketahuan Curi 260 Tandan Buah Sawit di Banyuasin, Pemuda Pengangguran Ditangkap, 2 Rekannya Kabur

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved